Berawal dari chating dan berkiriman email disitus khusus penggemar Bondage, aku berkenalan dengan seorang nyonya, eghh.. nona muda karena diliat dari usianya baru 25-an, seksi, lekuk badannya terlihat kencang dibalik pakaian ketatnya. Sebut saja Angel karena parasnya putih bagai bidadari dengan rambut lurus tak kalah dengan bintang iklan shampoo. Setelah mengobrol dan saling mengenal lebih jauh ternyata kami dalam satu universitas yang sama hanya beda angkatan dan jurusan saja.
Pertemuan demi pertemuan kami lakukan, pada akhirnya kami setuju melakukan hubungan pada tahap lebih lanjut. Hari sudah mulai gelap, aku yang lagi nyantai bermain game dikomputer, mendengar dering hape ternyata dari Angel yang ngajak ketemuan dicafe tak jauh dari kampus, kami pun bertemu dan setelah berbincang-bincang setelah sepakat, Angel mengajak aku ikut mobilnya, ternyata dia orang kaya, tuturku melihat BMW biru tipe baru. Didalam mobil ternyata Angel sudah mempersiapkan segalanya. Dia meminta aku membuka semua pakaian, termasuk CD, spontan aku kaget karena ini pertama kalinya aku telanjang didepan cewe, tapi apa daya permainan sudah dimulai, untung kaca mobilnya tidak tembus dalam kegelapan malam, hanya saja AC mobil terasa menusuk badan yang tak terbungkus lagi, “Ini merupakan ujian kepercayaan,” pikir aku dalam hati.
Angel meminta aku menurut dan menjadi budaknya, meskipun dalam perjanjian permainan kami sepakat bergantian antara menjadi “budak” dan “majikan”. Ternyata Angel sudah mengambil keputusan aku sebagai budaknya terlebih dahulu. Angel mengeluarkan barang-barang yang mungkin baru aku lihat aslinya, biasa aku melihat di vCD atau internet. Badanku tambah merinding memikirkan apa yang akan Angel lakukan, “Heii.. kenapa bengong?, takut?” hardik Angel memecah keheningan. “Ah.. nggak.. nggak kok,” jawab aku terbata-bata. Terasa tangannya yang halus membelai wajahku, kucium aroma yang menyegarkan yang dapat membuai pria. “Kamu harus nurut saya, kalo nggak saya hukum lebih berat,” kata-katanya sambil mulai memasangkan hood (topeng yang menutupi seluruh kepala ketat dengan satu-satunya lubang yang tersedia hanyalah tepat pada lubang hidung saja). Kepalaku terasa digencet helm fullface baru, lebih sesak, jantungku berdegup dalam kebutaan aku dikagetkan Angel yang cekatan memborgol tanganku kebelakang badan. Aku hanya bisa duduk tak berdaya menunggu perlakuan dari mistress-ku. “Gimana? Sabar ya saya bawa kamu ketempat saya, tapi untuk sekarang kamu tau nyampe aja ok, nikmati aja,” kata Angel membuat aku tambah bingung.
Dalam perjalanan yang tidak tau arah, aku dipermainkan mulai dari menjepit kedua putingku dengan jepitan jemuran, “Aaagh,” rintihku ketika Angel sesekali menyentil jepitan tersebut, kadang Angel juga mengocok kemaluanku yang sudah tegang dari pertama naik mobil. Aku hanya dapat merintih dan tak lama kurasa mobil berhenti, terdengar suara pintu terbuka yang ternyata Angel membuka gerbang. “Sampai juga akhirnya,..tapi dimana ini ya,” tanya diriku dalam hati. photomemek.com Setelah masuk garasi, Angel membuka pintuku dan menuntunku. Dalam keadaan telanjang aku ditarik “Ah..,” rintihku ternyata Angel menarik kemaluanku sebagai “tongkat penuntun” sampai pada suatu ruangan dia membuka hood dikepalaku. Kukejap-kejapkan mata beberapa saat menyesuaikan pandanganku dengan cahaya di ruangan itu. Kemudian kulihat Angel sudah berganti pakaian dengan pakaian ketat serba hitam, seksi dilengkapi High-heel (sepatu bertumit tinggi). Kulihat juga ruangan yang belum pernah kubayangkan, berbagai alat tergantung di ruangan ini. Dalam kebingungan aku disadarkan dengan penjepit yang dilepas yang menimbulkan nyeri karena darah yang mulai mengalir pada puting yang telah lama yang dijepit, borgolku pun dilepas, sekarang aku terbebas.
“Tight, sekarang kamu bebas pakai ruangan ini (ruang penyiksaan) dan ruangan sebelah (kamar tidur)disana semua tersedia, tapi jangan sekali-kali kamu keluar dari 2 ruangan ini, karena diluar sana berkeliaran anjing penjaga yang hanya mengenal saya,” kata Angel sambil membelai sekujur tubuhku. Memang terdengar suara anjing lebih dari satu kurasa. “Terus.. saya ngapain” tanya aku dalam kebingunan dalam ruangan yang cukup besar dan luas yang penuh dengan wewangian yang membuat gairah meningkat.”Hebat.. ternyata dia professional” sambil melihat ruangan yang membuat diriku lebih bergairah. “Tight, mulailah, sekarang kamu master di ruangan ini, saya budak kamu, ayo” pintanya memelas dengan nakal.
“Ok saya mulai sesuai perjanjian kamu milik saya malem ini” tegas aku sambil langsung mengambil sebuah topeng yang terdapat lubang di mata, hidung dan mulut. Kupasangkan ketat di wajahnya, Angel tampak menikmati hal ini. Lalu kuikat rambut panjangnya dengan tali agar tidak menggangu aktivitas aku. Dengan cekatan aku melepas semua pakaian yang dikenakannya hanya tersisa CD putih membalut tubuh yang putih, halus dan wangi tersebut. Tak tahan aku langsung meraba-raba sekujur tubuh tersebut, desahan nafas Angel makin memburu ketika aku memainkan putingnya. “Aku akan menggunakan gaya barat dalam permainan kali ini, ok Angel,” tanyaku yang dijawab dengan anggukan yang pasrah.
Kuambil dan kupasangkan sarung tangan panjang (Arm-binder-Body Restraints) pada setiap lengannya, lalu disatukan melipat ke belakang punggung dan kemudian dibalut dengan arm-binder dan sabuk pengaitnya dikancingkan di depan tubuh. Kini sepasang lengan halus itu bukan miliknya lagi, tak bergeming sekalipun Angel berusaha menggerakkan tubuh, mungkin pegal pikirku. Dalam ketidakberdayaan tersebut Angel kubimbing ke sebuah spread-bar papan untuk kaki dan kuperintahkan Angel melebarkan kakinya tersebut dan kukunci setelah pas, sekarang Angel tidak dapat merapatkan kakinya lagi, kulihat CD-nya mulai basah karena rangsangan. Lalu kuambil sebuah ball-gagged sebesar bola ping-pong tanpa basa-basi kubenamkan dalam mulutnya dan kuikat penjepit dibelakangnya. Selanjutnya wide-collar untuk menyangga lehernya agar selalu mendongak.
Mulailah aku memainkan kemaluan yang sudah basah tersebut dengan mengklitik-klitik membuat desahan nafas Angel makin memburu diselingi rintihan yang tertahan ball-gag dimulutnya. Tak puas dengan itu aku mengambil sepasang penjepit lengkap dengan rantai dan serangkaian pemberatnya. Angel terlihat terperanjat menatap benda itu. Sambil tersenyum aku memasang jepitan itu di puting kirinya. Senyumamku makin lebar melihat wajah Angel yang meringis kesakitan menahankan rasa perih yang serasa membakar. Kemudian aku melanjutkan dengan puting kanannya. Tubuhnya menggelinjang menahan sakit, kemudian aku tertawa-tawa kecil, puas rasanya pikirku sambil memasang beberapa pemberat sehingga putingnya tertarik kebawah dan sebagai akibatnya jepitannya semakin kuat.
Aksi selanjutnya kugunting CD, terlihat rambut-rambut dikemaluannya menebar bau khas wanita, tak tahan aku lansung meraba, membelai tubuhnya dari atas sampai bawah, lalu berjongkok dan mulai merangsang vaginanya dengan mulutku. Nafas Angel makin tersengal-sengal menikmati jilatan pada vagina sampai lama kelamaan membuat Angel tidak tahan dan hampir orgasme. Tetapi pada saat itu aku sadar Angel hampir mencapai puncak, spontan aku menghentikan permainan. “Tidak sekarang Pleasee.. terusin,” pikirku melihat gelengan kepala dan mata Angel yang mengharapkan aku melanjutkan tapi sayang aku tidak mau melakukan, Angel tetap memelas dengan kata-kata tak jelas karena terhalang ball-gag.
Kulihat alat elektronik berupa sabuk berbentuk CD dengan 2 tonjolan (dildo) panjang – satu besar dan lainnya agak sedang dengan pengatur waktu. “Wah barang bagus nih perlu dicoba,” pikirku sambil langsung menyetel waktu jalan-berhentinya alat tersebut setiap 5 menit sekali, lalu lansung diikatkan pada pinggang Angel yang sudah mulai lemas dan putus asa karena tidak dapat orgasme. Dengan melintasi selangkangannya kumasukan setiap dildo tersebut memasuki masing-masing lubangnya; anus dan vagina, sebelumnya kulumurkan minyak agar tidak lecet dan kemudian tak lupa aku kancingkan agar kencang pada sabuk pinggangnya, lalu rantai yang mengait kedua puting susunya tadi sekarang ditambatkan juga ke sabuk penahan di pinggangnya itu.
Lengkap sudah penderitaan Angel, tubuhnya makin lunglai terasa saat kulepas dari spread-bar kakinya sudah tidak sekuat tadi, tapi permainan belum berakhir, kukaitkan sebuah rantai panjang pada collar dilehernya dan mulai menarik dia untuk “berjalan-jalan” dengan 2 dildo dan high-heel Angel susah untuk berjalan, napasnya terengah-engah setelah mengantar aku melihat kamar sebelah yang memang sudah tersedia semua dari ranjang, kamar mandi, kulkas berisi makanan dan minuman. Kubuka ball-gagg dan penutup kepalanya, tapi masih dalam keadaan berdiri dengan collar dari bahan keras yang mengharuskan Angel tetap mendongak. “Masih bisa lanjut, sayang” bisikku dekat telinganya. “Iya, terusin donk saya belum puas nih,” jawabnya. “Boleh sayang, saya nggakkan sungkan lagi”.
Sekarang aku biarkan bagian mukanya bebas karena aku sedang memasangkan sabuk kulit pada bagian hig-heelnya. Lalu kaitan dipasangkan pada ring yang terdapat di setiap sabuk tersebut, sehingga mendekatkan kedua kakinya dan menghalangi langkahnya kelak. Untuk lebih membatasi langkahnya aku memakaikan semacam cocoon (rok panjang) dari bahan latex. Bereslah bagian bawah yang sudah terpasang high-heel, cacoon, sabuk 2 dildo otomatis tinggal wajah yang cantik mulai lesu.
Aku memasangkan blindfold pada kedua matanya, kepalanya dibungkus dengan hood (topeng yang menutupi seluruh kepala) yang tadi kupakai dimobil. Lalu dinding pemisah kedua lubang hidung tersebut dikaitkan dengan ring jepit. Yang menjadikan Angel bagaikan kerbau yang harus mengikut jika ditarik.Kubimbing Angel menuju “kandang” sebuah jeruji besi yang bisa disetting ketinggiannya dan hanya berdiameter 50cm. Angel harus melangkah mengikuti dengan penuh kehati-hatian, anganku.com agar tak terjatuh. Ternyata Angel menyadari denyitan suara pintu kandang yang dibuka, dalam kegelapan Angel berusaha menolak, namun mana mungkin Angel melawan karena dia tidak punya pilihan. Akhirnya dengan terpaksa Angel harus menghuni kandang agar Angel selalu berdiri, maka ujung rantai penuntun tadi kulepaskan dan kusetting tinggi kandang tersebut sampai kepalanya keluar dan karena ada bulatan yang cukup untuk leher kumasukkan leher tersebut hingga hanya badan Angel didalam kandang dan bagian kepala diluar. Belum puas melihat penderitaan Angel kubelitkan kejeruji pada collar leher dengan rantai penghubung kedua puting susunya. “Selesai,” spontan kataku dengan bangga sambil keluar dan menggembok pintu kandang.
Tinggallah kini Angel berperan sebagai tahanan itu sendirian dalam penderitaannya. Berulang kali kakinya bergerak lelah dan ingin turun, namun gantungan leher dan puting susunya memaksanya untuk terus bertahan, entah sampai kapan siksaan ini berlangsung yang pasti aku mulai memencet tombol pada sabuk 2 dildo tersebut dan dildo yang sudah tertanam tersebut akan bergetar-getar dan meliuk-liuk setiap 5 menit sekali jalan-berhenti-jalan-berhenti, satu yang dapat aku pastikan Angel akan putus asa dalam mencapai orgasme yang tertunda-tunda tersebut. Seakan kurang puas aku memperhatikan bagian bawah kandang tersebut ternyata siksaan untuk Angel belum berakhir, landasan pijaknya berupa lempengan yang dapat ditarik keluar, dibaliknya adalah timbunan butir-butiran lunak yang kemudian merosot saat terinjak oleh high-heel. Perlahan tapi pasti Angel mulai merasakan siksaan yang sesungguhnya.
“Tampaknya saya harus meninggalkan untuk beberapa waktu agar kamu dapat menikmati siksaan yang dihadiahkan ini ya sayang,” bisikku penuh dengan kemenangan.
“Emh.. mh.. mhh,” jawab Angel sambil geleng-geleng. Tapi apa daya aku sudah berjalan keruang sebelah untuk bersantai beberapa saat sambil membayangkan benda-benda yang belum kupakai diruangan tersebut bila diriku dalam posisi seperti Angel sebagai seorang “Slave”.
Tamat,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,