Selamat sore para hadirin dan hadirot
Terima kasih sebesar – besarnya saya haturkan untuk pendiri, pengelola, penanggung jawab serta admin forum tercinta ini, yang memberikan wadah LKTCP kepada saya si nubi
Terima kasih saya sampaikan kepada para donatur yang telah menyumbangkan 2,5% dari penghasilannya.
Terima kasih bagi para kolega yang ikut meramaikan LKTCP ini sebagai peserta…. Tolong…… Jangan posting, berat… Biar saya saja
Terima kasih juga buat para pembaca setia forum ini yang senantiasa fokus dengan komen – komennya walo cuman pada titip – titip
Akhirul kata, begini cerita saya…………
——————–$$$$$$—————-
“Uhuuk… uhuuk… hhooeek..”
Suara batuk dan muntahan tanpa ada yang dikeluarkan kembali kudengar dari balik pintu kamar ayah malam ini, dengan perasaan sedih aku memandangi pintu tertutup itu. Sudah hampir satu tahun ini ayahku menderita penyakit batuk yang tidak kunjung sembuh, badan yang dulunya tegap dan gagah saat ini tinggal tulang dibalut kulit. Perubahan fisik ayahku selalu membuat dokter yang kami kunjungi terkejut, dengan usia yang baru 45 tahun fisik ayahku kini sudah seperti seorang yang berumur 65 tahun.
Kini penyakit ayah semakin parah, tidak hanya batuk dan muntah namun saat ini badan ayah sudah semakin sulit digerakkan sehingga praktis sehari – hari ayah hanya tidur dalam kamar yang didesain untuk keperluan medis, seorang suster telah disewa oleh ibu khusus untuk merawat ayah. Untuk kebutuhan biologis seperti buang air besar ataupun kecil hingga mandipun kini ayah dibantu oleh suster tersebut.
Soal ekonomi keluarga kami sama sekali tidak kekurangan malah dapat dikatakan berlimpah. Sebelum sakit, bisnis ayah telah menggurita dengan cepat menjadi salah satu bisnis retail yang cukup diperhitungkan di level domestik, dan saat ini seluruh bisnis ayah tersebut dipegang dengan baik oleh ibu dalam setahun ini.
Ibuku sendiri saat ini berumur 42 tahun dengan penampilan yang sangat menarik, paras cantik, kulitnya yang putih ditunjang dengan sepasang kaki jenjang yang menopang sepasang pantat bulat dengan pinggul yang kecil manis, payudara dengan ukuran yang terasa pas dengan tubuhnya menghiasi bagian depan tubuh sempurna ibu. Dulu saat ayah masih sehat, pasangan ibu dan ayah memang menjadi sasaran iri bagi pasangan ataupun jomblo lainnya, yang cowok tampan dan gagah, yang cewek cantik dan sexy, ditambah hidup yang bergelimang harta.
Aku sendiri sudah mulai beranjak dewasa dan saat ini pekerjaan ku adalah membantu bisnis keluarga, tugasku adalah menagih hutang bagi para rekanan bisnis ayah maupun ibu. Di usia ku yang beranjak dewasa, tanpa kusadari dalam setahun terakhir aku sepertinya mulai tertarik dengan lawan jenis… khususnya ibu.
—–ooo0ooo—–
Semenjak sakitnya ayah, aku sering merasa gelisah. Pekerjaan ku pun menjadi sedikit terganggu, kasihan aku melihat ibu yang harus bekerja keras memenuhi kebutuhan hidupnya.
Ibu…. Hmmm…. Lagi-lagi aku memikirkan ibu, entah kenapa belakangan aku seringkali membayangkan ibu bukan hanya bayangan biasa namun juga bayangan erotis. Kugoyangkan kepala ku dengan cepat untuk mengusir bayangan ibu dari otak ku, bergegas aku beranjak dari tempat ku tidur dan seketika aku melihat terselip amplop dibawah pintu.
Huuuufffhhh…. Kerjaan menanti, ibuku selalu menyelipkan daftar orang yang memiliki hutang sebagai check list pekerjaanku dalam bentuk surat yang diamplop dan diselipkan di bawah pintu tiap paginya. Berbeda dengan ayah dulu yang selalu memberikan daftarnya langsung padaku di malam hari.
Sepertinya ibu sedikit enggan bertemu denganku apalagi setelah sakitnya ayah… Entah kenapa. Bahkan terkadang aku bisa melihat tatapan sinis dan jijik dari ibu terhadapku… Biarlah… Bagaimanapun beliau tetap ibuku.
Hari ini aku terbangun dengan penuh semangat, setelah sarapan dengan ayam dan lalapan yang telah disiapkan ibu di meja makan, akupun bergegas berangkat bekerja. Kupandangi rumah besar ini, dalam hati aku merasa bangga mengingat ibu lah yang mengerjakan hampir seluruh pekerjaan rumah mengingat pembantu rumah ini hanya datang pagi, selebihnya dilakukan oleh ibu.
Hari ini aku pulang kerja lebih cepat, hasil yang kudapat tidak maksimal, tapi menurutku masih lumayan lah. Seperti biasa, setelah bekerja aku akan menyimpan hasil tagihanku di ruang kerja ayah. Namun hari ini aku mendapati hal yang berbeda.
Kulihat pintu ruang kerja sedikit terbuka, tidak biasanya pikirku…. Atau ibu sudah pulang? Mengingat selama ayah sakit ibu lah yang menggunakan ruang kerja tersebut. Perlahan kudekati ruang itu dan kakiku berhenti melangkah saat dari dalam kamar aku mendengar suara ibu.
“Hihihi… Geli ah mas….” suara ibuku terdengar genit
“Geli juga kamu suka kan… Sini dibuka aja aah…” kudengar suara laki – laki yang kutahu pasti itu bukan suara ayah.
Perlahan karena takut ketahuan, aku berjingkat mendekati celah pintu dan saat kuintip ke dalam, aku melihat pemandangan yang membuatku tercengang.
Kulihat ibu duduk di atas meja kerja, kedua kakinya mengangkang naik ke pinggir meja, rok span yang digunakannya sudah tergulung hingga pangkal pahanya memperlihatkan seluruh kakinya yang montok dan putih. Dari sini aku dapat melihat sebagian samping pantat ibu yang terbuka.
Badan ibu merebah kebelakang dan melengkung bertumpu dengan kedua tangannya, membuat siluet yang sangat indah. Saat ini tinggal sepotong BH yang melindungi tubuh atas ibu dari ketelanjangan, kulihat dilantai kemeja dan blazer ibu sudah bergeletakan dilantai.
“Ooouhh.. Iya mas buka ajaaa…” terdengar bisikan ibu.
Karena sedari tadi terpana oleh kecantikan badan ibu, baru kusadari bahwa didepan tubuh ibu berdiri lelaki berperawakan sedikit tambun berkulit gelap, kulihat lelaki itu sudah tidak memakai celana dan hanya memakai kemeja yang telah terbuka kancingnya.
Kulihat kontol lelaki itu menggesek area tempik ibuku yang kusadari juga telah terbuka tanpa penghalang, badan lelaki itu condong merapat tubuh ibuku, wajahnya tertanam di lembah gunung kembar ibu yang besar, tangan lelaki itu bergerak lincah dibelakang tubuh ibu membuka kait BH yang dikenakan.
Terlihat payudara ibu tumpah dan bergoyang saat penutupnya berhasil dilepas, kulihat payudara ibu yang putih montok dengan ukuran 36 C dan puting mencuat kecoklatan.
Dengan beringas lelaki itu langsung meremas buah dada ibu dan menjilati putingnya dengan kelaparan, kumis lebat lelaki itu menggesek area areola ibu membuat ibu mendesah dan menandak kenikmatan, kedua tangan ibu kini bergelayut di leher lelaki itu, kedua kakinya bergerak melingkari pinggang dan kulihat lelaki itu melakukan gerakan di pinggulnya.
“Oooouuuhh…. Kontolmu massss…. Aaaaahh…” desah ibu
“Hmmm…. Tempik mu rapet dik, lama nggak di kenthu ya?” Balas lelaki itu
” nnngghhh…. Puasin aku massshh… Oooooh….” desah ibu sambil menggoyang pinggangnya
Aku yang tidak tahan melihat itu langsung membuka celanaku dan mengeluarkan kontolki yang sudah menegang, ku kocok cepat kontolku sambil terus melihat persetubuhan itu dengan nafas menderu.
“Aaah… Aaaah… tempik gatel.. Aaaaaauuuhh.. Enaaakhh….” ceracau ibu sambil terus menggoyang pinggangnya, berputar bertumpu pada meja, bergerak maju mundur dengan kasar.
“Asssuuuuu….. Tempik mu enaaaak….. Aku keluaaaar…” dengus lelaki itu, kulihat gerakan pinggulnya semakin cepat
“Jangan dulu maaasssss…. Aaaaaaahhh… bareeng… Ooougggh…” racau ibu
Gerakan tanganku semakin cepat mengocok kontolku, geli semakin kurasakan seiring goyangan ibu yang semakin brutal.
Tiba – tiba kulihat mata ibu menatap tempatku berdiri, sedikit terkejut kulihat ibu terkesiap, wajahnya menunjukan rasa kaget dan ngeri. Tanganku otomatis terhenti mengocok, mulutku terbuka kaget. Pandangan mata ibu kulihat perlahan turun menatap kontol yang kugenggam.
Gerakan pinggul ibu yang tadinya sempat terhenti perlahan kembali bergerak menyambut sodokan kontol di tempiknya, kulihat mata ibu terpejam dan menggigit bibir bawahnya.
Sedikit gemetar, aku kembali mengocok kontolku melihat ibu tidak memarahiku, aku semakin berani, perlahan aku maju sedikit sehingga dapat kupastikan ibu melihat aktifitasku dengan jelas.
Mata ibu kembali terbuka, menatap langsung kearahku, ke kontolku.
“Aaah… Aaaaahkkk… Aaahhkkkk…” desah ibu sambil menatapku, matanya yang sayu dan mulut terbuka seakan diarahkan kediriku.
“AAAAARRRGGHHHH….!!!” Lelaki itu terhentak dan berkedut beberapa kali saat orgasme menjemputnya.
“oooougghh… Oooohh…” pinggul ibu bergerak semakin liar seakan tidak mau kehilangan momen, matanya masih terus menatapku seakan mencari kenikmatan dariku.
“OOOOOUUUHHHH…..FUUUUCK…!!” jerit ibu saat tubuhnya melenting dan berkejat kejat menikmati orgasmenya.
Bau nafsu persetubuhan memancar dari ruang itu membuatku tidak tahan lagi, dengan sedikit menggeram aku mengalami orgasme yang dahsyat untuk pertama kalinya dengan memandang tubuh telanjang ibuku yang dihiasi peluh dengan pose menantang.
“Eeeh… Siapa itu?” Lelaki itu terkejut.
Aku yang sedang menikmati momen nikmat ini ikut terkejut dan bergegas berlari kembali ke kamarku.
“Enggak…. Ga ada siapa – siapa….” sempat kudengar kata ibu menenangkan lelaki itu.
Didalam kamar aku langsung berbaring dan membayangkan kembali adegan itu, aku yakin ibu melihatku, namun ibu tidak marah. Pikiranku berkecamuk dan gelisah sepanjang malam.
—–ooo0ooo—–
Hari – hari berikutnya aku tidak bisa konsen bekerja, hasil yang kudapat semakin kecil dari sebelumnya.
Hingga suatu hari aku mendapati ibu terduduk di samping ranjang ayah dan menangis kecil.
“Mas….” ujar ibu sambil tersedu membelai wajah ayah.
“Maafkan aku… Aku tidak kuat hidup begini”
“Ekonomi kita semakin memburuk…. Nafkah batin pun aku susah mencarinya… Aku masih pengen masss…” tangis ibu pecah
“Maafkan aku maas….” kini ibu memeluk ayah dengan erat.
Aku yang melihat kejadian itu kembali memikirkannya dikamar. Apa itu yang membuat ibu berbuat dengan lelaki lain? Pikirku. Akhirnya aku terlelap dengan pikiran yang berkecamuk.
—–ooo0ooo—–
https://m.soundcloud.com/2weimusic/crimson-blaze (play me)
Dalam lelap kudengar suara pintu kamar yang terbuka, perlahan kupicingkan mataku dan aku terkejut saat melihat ibu yang berdiri di dekat pintu, tubuh ibu terlihat basah dan hanya dibelit dengan kain lurik batik yang dikaitkan disamping kanan buah dadanya yang terlihat membuncah tertekan belitan kain. Bagian bawah kain itu hanya mampu menutupi sebagian kecil paha atasnya, bagian lainnya yang terbuka menunjukan batang kaki yang mulus dan montok.
Perlahan ibu masuk kekamarku dan menutup pintu lalu menguncinya, ibu lalu berjalan pelan kearahku, bau mawar tersiar dari tubuh ibu yang basah membangkitkan gairahku, terasa kontolku bergerak membesar dari balik celanaku. Kulihat ibu memandang sekilas kearah kontolku dan berhenti disebelah ranjang, tangan ibu bergerak kearah simpul kain dan membukanya, kain tersebut langsung jatuh kelantai.
Aku terpana saat melihat tubuh telanjang ibu yang sangat menggairahkan, tubuhnya basah dan dapat kulihat beberapa helai daun mawar menempel dikulit dada dan pahanya, rambutnya yang basah tergerai menempel sebagian di bulatan payudaranya yang menggantung dengan indah dihiasi puting kecoklatan menantang.
Bulir air kulihat mengalir dari perutnya menuju kebawah, mengitari pusarnya yang dalam dan terus turun dan tertahan di rimbunan jembut basah yang menutupi tempik ibu, bau wangi bunga bercampur dengan bau cairan kenikmatan yang terlihat berkilau tipis diujung liang kelaminnya.
Ibu lalu duduk disamping ranjang, tangannya bergerak membuka kain celanaku, seketika kontolku yang tegang mencuat keluar, kulihat ibu sedikiy terkesiap, diliriknya mataku sekilas kemudian sambil menghela nafas tangan ibu bergerak mengocok lembut kontolku, tangannya yang masih basah terasa dingin dan licin.
Aku tidak berani berbuat apa – apa, mataku terpejam dan terkadang terbuka untuk melihat payudara ibu yang berguncang seirama dengan kocokan tangannya. Tangan kiri ibu tidak tinggal diam, menggerayangi tubuhnya sendiri, kulihat tangan ibu meremas buah dadanya yang mengkal menggantung bebas, disentuhnya pentil yang mengacung dan diusap lalu dipelintirnya.
“Oooouuhh…..” desah ibu dengan mata terpejam, tangan kanannya cepat mengocok kontolku.
Tangan ibu kini turun kebawah, dikangkangkan kakinya sehingga bisa kulihat tempik ibu yang memerah dibalik jembutnya. Jemari ibu mulai mengusap klitorisnya dengan penuh nafsu.
“Aaaah.. aaaah… aaaah….” desahan ibu membahana dikamarku.
Kulihat lubang tempik ibu berkilat karena lendir, ibu tiba – tiba menghentikan kocokannya tanpa melepas genggaman dari kontolku. Dengan tergesa ibu beranjak mengangkangi badanku, batang kontolku diarahkan kearah tempiknya.
“Oooouuuuughh… mmmppphh..” erang ibu, matanya terpejam dan mulutnya yang terbuka kini menggigit bibir bawahnya.
Badan ibu bergidik saat batang kontolku perlahan amblas hingga ujung liang vaginanya, terasa bagiku tidak seluruh bagian kontolku dapat masuk, tapi rasa nikmat menyerangku, desakan batang kontolku membuat klitoris ibu tergesek kedalam, kembali badan ibu bergidik.
“Aaaaggghh…” erang ibu lagi.
Pantat ibu bergerak perlahan naik turun, setiap gerakannya kurasakan liang vagina ibu seperti terdorong dan tertarik oleh batang kontolku, baru dua gerakan kurasakan pantat ibu menghujam dalam kebawah.
“AAARRRGGGHHH…. OOOH… OOOUGGHH..!!!!!” Tiba tiba ibu berteriak kencang, wajahnya terdongak keatas.
Dari dalam tempik ibu rasakan keluar cairan yang membasahi batang kontolku, meresap kedalam tubuhku dan seketika membangkitkan gairah luar biasa dalam tubuhku, gelombang nafsu seakan membuncah menguasai diriku, kurasakan batang kontolku kembali sedikit membesar didalam tempik ibu.
Ibu yang merasakan itu seketika seperti tersadar dan membelalakkan matanya menatapku ngeri, pinggul ibu berusaha naik melepaskan kontol dari tempiknya, namun aku tidak memperbolehkannya, kedua tanganku bergerak mencengkeram kedua bongkah pantat ibu dan menahannya diam.
Ibu terus bergerak berusaha membebaskan dirinya, tangan ibu menahan dadaku, dan pantatnya berusaha menjauh, namun ibu kalah kuat. Kini kedua tanganku menggerakkan pantat ibu bergerak naik turun mengocok kontolku dengan tempiknya.
“Aaaahh… Sakiiiit… ooouugghh” raung ibu, namun tidak menghentikan gerakan ku.
Beberapa saat kemudian perlawanan ibu melemah, kini ibu pasrah menggerakkan pantatnya sendiri menumbuk selangkanganku. Mulut ibu terus terbuka dan seperti tadi ibu mengejan.
“OOOOOHHH…. HAAAAH….. AAAAHKKK….. AAARRRGGGHHH…..” kembali ibu melolong nikmat, pantatnya berkejat dan tempiknya terasa meremas kontolku. Cairan nikmat kembali membasahi liang senggama ibu.
Badanku bergerak kedepan dan kepalaku langsung mengarah ke dada ibu, mulutku langsung mencaplok buah dada ibu yang menggantung.
“Oooouhh… Ssshhhh…. ooouhh” desah ibu saat kukenyot pentilnya dengan buas, pantat ibu kembali bergoyang naik turun dengan cepat.
” kenyoot… pentilku gataaal.. Ooohh..” pinta ibu
Gerakan pinggangku saling menyahut dengan ayunan pantat ibu yang semakin beringas, kurasakan tempik ibu berkedut berkali – kali, kepala ibu menggeleng kekanan dan kiri seolah berusaha mengingkari kenikmatan ini, nafsuku semakin tinggi, buah dada ibu menjadi bulan – bulananku, bercak merah mulai timbul di kulit putih bongkahan montok itu.
Kurasakan aku semakin memuncak, pantatku terlonjak lonjak dari kasur berusaha menyodok tempik sempit ibu.
“OOOOOOORRRRHH…. OOOHHH… AAAHH… AAAARRGGHHH…..” Ibu melolong keras saat orgasmenya datang kembali, lendir nikmat beleleran di seputaran selangkangan kami.
Akupun semakin tidak tahan, sambil mengenyot kencang dada ibu, aku menggigit dan menghisap pentil ibu hingga ibu berteriak kesakitan, teriakan ibu justru membuatku memuncak, dengan geraman panjang melepaskan keperjakaanku, kontolku mengembang dan mengempis saat lahar panas kukeluarkan kedalam tempik ibu.
“Ooohh… Rahimku… Semprooot…. Oooouh…. ouuuuh… AAAARRRGGHH… AAAHHHKKK…. FUUUCK!!!” badan ibu menggelinjang berkelojotan diatasku saat orgasme kembali mendera.
Badanku yang letih terhempas ke ranjang dan menarik badan ibu diatasku, payudara ibu yang besar tertekan dadaku. Sesaat hanya dengusan kami berdua terdengar dikamar ini. Beberapa saat kemudian ibu berguling kesampingku, mulutnya mengembik saat kontolku tercabut dari tempiknya yang terlihat membesar lubangnya, cairan kental meluber deras dari liang itu membasahi ranjangku.
Setelah reda ibu bangkit dan mengambil kainnya lalu kembali melilitkan ditubuhnya dengan asal, diliriknya diriku sekilas sebelum ibu berjalan keluar kamar dan meninggalkan ku yang terlelap.
—–ooo0ooo—–
Dalam lelap kurasakan kehadiran orang lain dikamarku, ibu…. Pikirku.
Saat mataku terbuka, aku terkejut ternyata sosok ayah yang renta berdiri di dekat pintu, matanya nyalang menatapku penuh amarah, sangat mengancam meski badannya yang ringkih terlihat menyedihkan. Aku yang terkaget langsung terbangun dari ranjangku.
“BANGSAAT…!!” raung ayah sambil mendekatiku dengan kecepatan yang mencengangkan, sebuah pukulan tepat mengenai wajahku dan membuatku terjerembab, kekuatan yang cukup mengagetkan dari seorang renta pikirku.
“BAJINGAAAN…!! JAUHI ISTRIKU KAU MAKHLUK HINAAAA….!!!! BERANI – BERANINYA KAU TIDURI ISTRIKU…!!!” amuk sambil menendangi tubuhku tergeletak tak berdaya.
Bukan….. Bukan karena aku tidak mampu melawan, tapi karena aku tahu aku bersalah, kubiarkan ayah melampiaskan kemarahannya.
“ENYAH KAU BANGSAAAAT….!!! PERGI DARI RUMAA…..” kalimat ayah menggantung, kulihat mata ayah terpaku kearah belakangku, mukanya jelas terlihat sangat ketakutan.
“Jaa… Jangaan…. JANGAAAN… AKU TIDAK MAU MATIII…..!!!” teriak ayah ketakutan sambil terhuyung mundur.
Aku yang penasaran menengok kearah pandangan ayah mendapati dua sosok badan tinggi besar namun terlihat ramping tertutup rapat oleh jubah berkudung hitam, wajah keduanya tidak terlihat namun kedua mata mereka terlihat jelas menyala dalam keremangan kamar, salah satu sosok memiliki bola mata merah menyala memancarkan kemurkaan dan sesosok lainnya memiliki bola mata putih menyala memancarkan perasaan segan.
Keduanya membawa semacam tongkat dengan ujung pengait yang melengkung mengancam berkilauan. Keduanya bergerak tenang seperti mengambang, si mata merah bergerak mendekati ayah yang tiba – tiba seperti sulit bergerak dan berbicara, gerakan si mata merah berhenti tepat didepan ayah dan dengan gerakan yang cepat menancapkan ujung pengait ke kepala ayah.
Aku berjingkat melihatnya, terkaget tidak melihat adanya darah yang keluar saat pengait tajam itu menghujam. Tiba – tiba si mata merah bergerak lurus keatas menyeret tubuh ayah dengan mudah terbang menembus langit rumah, aku yang masih terpana merasakan hawa dingin yang menusuk hingga terasa panas di tengkuk ku.
Saat aku menoleh kudapati si mata putih berdiri tepat dibelakangku, matanya tajam menatapku.
“Janganlah sekali – kalinya menyekutukan sang Pencipta hai makhluk ciptaanNya”
Suara berat dan dalam terngiang langsung didalam otak dan hatiku membuat ku bergidik seram, secepat makhluk sebelumnya, si mata putih pun melayang keatas dan menghilang.
Belum sempat aku berpikir, kudengar teriakan ibu, segera aku berlari menuju arah teriakan ibu… Kamar ayah. Sesampainya disana aku tertegun melihat ibu ditemani suster menangis di atas badan ayah… lalu… yang tadi dikamarku… aku beringsut perlahan, langkahku berat kembali menuju kamar dan kegelapan menyelimutiku.
—–ooo0ooo—–
2 bulan semenjak kematian ayah….
Aku dan ibu semakin dekat, hampir setiap hari ibu mendatangi kamarku, kami bercinta bagai hewan buas yang kelaparan, tempik ibu yang sudah menyesuaikan dengan besarnya kontolku sama sekali tidak mengurangi nikmat itu. javcici.com Aku perhatikan ibu rutin mendatangiku tiap Senin dan Kamis malam dengan menggunakan kemben kain lurik dan terlihat seperti mandi kembang, bau wangi kembang itu selalu membuatku bergairah. Namun diluar hari itupun ibu juga sering mendatangi kamarku untuk bercinta namun tidak mengenakan lurik dan mandi kembang sebelumnya.
Kulihat perubahan dalam tubuh ibu, badannya semakin berisi, payudaranya semakin membesar terutama bagian pentil yang selalu kukenyot, kulitnya semakin bersih dan aura seksnya semakin besar.
Hubunganku dengan ibu juga membawa pengaruh besar dalam pekerjaanku, hasil yang aku dapat semakin banyak dan berkali lipat, ibu yang terlihat senang mulai menambahkan daftar pelanggan yang perlu kudatangi untuk kutagih hutangnya.
Namun hari ini ada yang berbeda, ibu tampak gelisah, berulangkali ibu menatap luar rumah dan jam dinding, sepertinya ibu menunggu tamu. Tak salah beberapa saat kemudian bel rumah berbunyi dan ibu segera membukakan pintu dengan wajah tegang.
Saat pintu terbuka ibu terlihat lega.
“Mas… terima kasih sudah datang” sambut ibu kearah tamunya sambil mempersilahkan masuk.
Saat tamu tersebut masuk badanku langsung terasa menegang, ada aura berbahaya dari tamu ibu. Tamu itu pria berumur hampir sama dengan ibu, berpenampilan ala anak muda, kaus hitam bertuliskan “KPPI” tampak ketat menempel dibadannya yang atletis, celana jeans belel menghiasi kakinya, wajahnya yang tampan namun garang terlihat lucu karena kepalanya yang botak namun dihiasi jenggot tebal, tangan lelaki itu menggenggam sebuah botol minum dan dijarinya terlekat 3 buah cincin berwarna warni yang memancarkan aura.
“Pesan mu kuterima… tampaknya kau sedikit kebablasan dalam hal ini, apakah harta begitu penting bagimu?” omel pria itu kepada ibu, ibu hanya bisa menunduk.
“Tolong aku…” pinta ibu sambil menutup pintu dan menyeret pria itu ke kursi tamu.
“Mana…. Astaghfirullah…” Pria tersebut terkaget saat melihatku, lalu berpaling ke ibu
“Kau… dia sudah besar sekarang” katanya sambil menggelengkan kepala
“Lalu bagaimana… bisakah kau tolong aku mas… aku tidak mau melahirkan anak keturunannya” ibu mulai menangis.
Aku yang mendengar hal itu terkaget, ibu hamil… oleh siapa? akukah? atau ada orang lain? namun melihat ekspresi mereka aku bisa menyimpulkan janin yang dikandung ibu adalah anakku.
“Sulit… dia sudah besar… sulit… hampir tidak ada yang bisa melakukannya” jawab pria itu
“TAPI DULU KAMU YANG MEMBERIKAN MAKHLUK ITU…!!!” teriak ibu
“DIAAM…!!! kau tahu peraturannya jelas!!! kau sudah mengorbankan suamimu!!! seharusnya kau hanya memberikan susu buat tuyul itu!!! bukan tempikmu dasar wanita haus harta!!” balas pria itu sambil menunjuk – nunjuk kearahku yang terkesiap
TUYUL…!!!???!!! siapa yang dimaksud… aku kah?? pikiranku terguncang, bukaaan… aku bukan tuyul!!! aku anak ibu..!!!
“hiks… hiks… kemampuannya menurun… sepertinya daging ayam cemani dan daun mawar sudah tidak mengenyangkannya…” ratap ibu, tunggu… jadi yang selama ini aku makan…. ingatanku berkelebat daging ayam yang kumakan…
Aku bergegas melihat makanan yang dibawa ibu untuk ku di dalam kamar…. tercekat aku saat melihat seonggok ayam utuh berwarna hitam legam dengan leher yang telah tergorok dengan darah yang masih mengalir berada di atas nampan yang tertutup dengan lalapan…. aku menggeleng… bukan, itu bukan lalapan, setumpuk kembang mawar tabur, melati, pandan, dan beraneka ragam. Badanku bergidik dan merasa mual… apa apaan ini, perhatianku kembali teralih ke ibu.
“uang yang dia bawa semakin sedikit tiap harinya, suamiku sudah mulai sakit… seperti yang dulu kau bilang… akan ada masa dimana kemampuan makhluk itu berkurang,….. aku menjadi kalut, ingatanku kembali ke daftar nasabah yang harus aku tagih…. bukan… itu bukan daftar, tidak ada alamat disana… hanya ada nama orang dan tanggal lahirnya… bukan alamat…. tapi itu bagai alamat bagiku
….maka harus ditingkatkan makanannya… susuku… atau salah satu dari kami akan jadi tumbal… saat suamiku mulai sakit, aku mulai ketakutan, namun aku memalsukan semua rekam medisnya… kubuat agar dia percaya bahwa dia memang menderita penyakit, bukan karena pengaruh tuyul itu… hikss… aku… aku tau sepertinya suamiku mengetahui hal itu namun dia mendiamkan semua kelakuanku… huaaa… huu… huu.. maafkan akuuu… aku terlalu takut” tangis ibu tumpah, badanku menggigil dingin, ayah… ternyata akulah yang membunuh ayah, tanganku terkepal.
“lalu…?” tanya pria itu
“Aku seorang wanita mas… aku punya kebutuhan biologis, dengan sakitnya suamiku aku praktis tidak pernah berhubungan dengannya, aku mencoba beberapa kali berhubungan dengan orang lain seperti klien maupun pejabat yang kukenal agaraku mendapatkan kepuasan batin dan juga dana segar, namun itu semua tidak kudapatkan”
“Pelacur kau….”
“Huaaa… huaa… iya maaas… aku memang pelacur… aku hinaaa… hiks… tapi kemudian aku melihatnya, melihat tuyul itu mengocok kontolnya saat melihatku berhubungan badan dengan salah satu klien ku, nafsuku mengalahkan ketakutanku mas…. dia punya sesuatu yang tidak dipunyai lelaki lain sebelumnya”
“Gobloook!!! kontol tuyul memang besar, bahkan bisa menyesuaikan dengan liang tempikmu!! tapi membiarkan dirimu di setubuhi olehnya itu berbahaya!! setiap kali kau menyiram kontolnya dengan lendir nafsumu, kekuatannya akan meningkat, namun dia menjadi tidak terkontrol, air susu sudah tidak dipedulikan, dia akan selalu mencari tempik dan tempik… berbahaya saat kau sudah tidak mampu melayaninya, lari kemana dia… bahkan kini kau hamil…” kata pria itu lagi sambil memandang jijik keibuku.
Pandangan dan perkataan pria itu membuatku marah, dari pandangan jijik itu aku dapat melihat adanya bara nafsu dimatanya.
“Tolooong…. tolong aku mas… aku takut, tolong bantu aku menggugurkan janin ini dan tolong bawa kembali makhluk itu bersamamu” pinta ibu memelas
“Sulit…. makhluk itu sudah menikahimu, dia akan sulit mau berpindah, sementara janin tuyul juga tidak akan bisa dikeluarkan dengan mudah”
“mass…. tolong aku… aku akan bayar berapapu..”
“aku tak butuh uang”
“baiiik… aku akan menuruti semua kemauan mas Pram… bantu aku tolong”
Lelaki yang dipanggil ibu dengan sebutan mas Pram itu tersenyum menyeriangi mendengarnya membuatku seketika merasa muak.
Baik kalau itu maumu… kalau begitu ritual akan kita lakukan malam ini, pukul 22.00 WIB aku akan datang lagi kerumah ini membawa perlengkapannya kata mas Pram
makasih mas sahut ibu terlihat lega
Kamarmu ada kamar mandi dalam?
Ada… kenapa?
Perlu ada mandi kembang sebelum ritual, akan lebih mudah jika ada kamar mandi didalam kamar
ooooh….. ada
Sekarang aku minta kamu masuk ke kamarmu, jangan keluar keluar bahkan membuka pintu, aku akan menyegel kamarmu agar aman dari gangguan, tunggu disana sampai aku kembali
iyaa…
Kunci rumahmu biar aku yang bawa agar kamu tidak perlu membukakan pintu bila aku datang
Boleh mas…. kata ibu sambil bergegas mengambil kunci rumah dan menyerahkan ke mas Pram
Masuk kamarmu sekarang perintah mas Pram
Ibu langsung masuk ke dalam kamarnya, pintu ditutup oleh mas Pram dan seketika kulihat mas Pram mulai berkomat kamit didepan kamar ibu, perlahan terlihat gelenyar dinding tipis menyerupai agar agar yang menyelubungi kamar ibu, mas Pram lalu mencopot salah satu kalung emas yang dipakai dan membelitkannya di gagang pintu kamar dan mulai berkomat kamit lagi, lalu memandangku dengan mata yang tajam menusuk. Aku membalas tatapan matanya tanpa gentar.
Kembali ke kamarmu perintahnya namun kuabaikan, pandanganku masih tertuju pada mas Pram.
hahahaha…. benar benar…. baru kali ini aku berhadapan dengan mahkluk sepertimu…. luar biasa… bahkan aku masih bingung akan jadi apa janin itu kelak. Kau boleh tidak menuruti perintahku, namun biarlah… aku yakin kamu tidak akan pergi dari rumah ini… hahahaha gerutu mas Pram sambil pergi keluar rumah dan menutup pintu dengan keras.
Aku termenung memahami kejadian ini, aku telah mendengar semua itu dengan kemarahan yang semakin memuncak, ibu hendak membuangku dengan bantuan mas Pram. Aku menatap kamar ibu, perlahan aku mendekat dan mencoba masuk
Aaarrggh!!! geramku saat panas membara kurasakan ditanganku yang memegang daun pintu, dengan gusar aku kembali mencoba mendorongnya dan kembali panas kurasakan.
AAAARRRGGGHH!!! teriakku marah dan mendobrak pintu itu dengan tubuhku namun alih alih terbuka tubuhku terpental kebelakang dengan suara berdebam keras.
ALLAHU AKBAAAR…!!! Jerit ibu dari dalam kamar lalu mulai terdengar isakan tangis ibu, aku semakin kalut, kembali aku menerjang pintu kamar dan kembali aku terlempar lebih jauh kebelakang, teriakan ibu terdengar histeris dari dalam kamar saat mendengar dentuman keras dari pintu kamarnya.
Aku menjadi semakin marah dan kesal, seketika akupun berlari kekamarku dan mulai melampiaskan kekesalanku, kutendang meja tempatku makan membuat daging ayam menghantam dinding dan mencipratkan darah kesegala arah, bunga bertebaran dilantai, kuayunkan tanganku ke ranjangku yang langsung patah menjadi 2 bagian dan dengan gusar kulemparkan setengahnya ke pintu kamarku sehingga menimbulkan suara pecah berderak, teriakan histeris ibu sayup sayup masih dapat kudengar membuatku semakin muak, aku yang tidak kuat lagi berdiri ditengah ruang dengan mengepalkan tanganku lalu mulai berteriak dengan keras
UUAAAAAAAHHHHRRRRGGGGG!!!!!!! teriakan putus asa…. aku lalu menunduk dan tersungkur dilantai, tenagaku terasa habis, namun perlahan aku merasakan sesuatu yang lain mengalir ditubuhku, rasa hangat bercampur dingin mengaliri tubuh dari kelaminku, badanku mulai terasa enteng dan perlahan aku memejamkan mataku.
—–ooo0ooo—–
Allaaahu Akbaaaar… Astaghfirullaaaaah… hiks.. hiks… ratapku lirih dalam tangisan menyebutkan nama sang Pencipta yang sudah lama tidak pernah terucap dari mulutku, suara debaman di pintu kamarku sudah tidak lagi terdengar, suara barang hancur dan geraman menyeramkan dari kamar tuyul itu sudah tidak lagi kudengar, namun aku masih meringkuk diatas ranjangku, mataku sembab dan hatiku sungguh kalut.
Aku terdiam sejenak dan kembali terisak pelan, kenapa aku ini…. rutuk ku, aku sudah gila… mataku menatap perutku dengan jijik, bangsaat!!! kenapa aku bisa hamil pikirku, aku mulai kacau…
Perlahan aku bangkit dari ranjang dan menatap cermin, kulihat diriku sendiri, Dian Kartika… kau masih cantik…. pikirku, aku masih cantik di usia ini, bodiku pun masih terawat, pinggulku cukup menggoda, payudaraku besar kagumku pada diriku sendiri. Perlahan kubuka pakaianku hingga aku telanjang bulat, kupandangi tempik ku dari cermin, bertahun tahun aku bercinta dengan suamiku dan tidak ada anak yang kudapatkan, bahkan saat aku mulai berselingkuh dengan sejumlah pria ataupun gigolo yang kubeli jasanya, tidak ada satupun yang bisa menghamiliku. Kenapa justru dengan mahkluk itu aku harus hamil pikirku geregetan.
Tanpa sadar tanganku bergerak menyusuri perutku lalu turun ke bawah, merinding saat telapak tangan dan jemariku menemukan klitorisku, jari tengahku terus turun menyusuri lembah tempik ku dan menyelusup kedalam liang tempik yang sudah basah kuyup membuatku merasa sedikit jengah, kenapa….!!! Kenapa tempik ku jadi seperti ini!!! Kenapa badanku tidak mau menuruti otak ku!! Kenapa aku selalu terangsaaang!!!
nnngghhhhhhh….!!!!! dengan geregetan aku mencolokan jari tengahku dalam dalam dan menggenggam erat gundukan tempik ku dengan gemas, getaran lembut kurasakan dan akupun tersungkur di lantai dengan tangan yang masih mencengkeram dengan kuat, rasa hangat bercampur dingin mengaliri tubuh dari kelaminku, badanku mulai terasa enteng dan perlahan aku memejamkan mataku.
—–ooo0ooo—–
Kleeek… kleekk…
Sayup sayup aku mendengar pintu yang hendak dibuka, setengah sadar aku mulai terbangun dan terkejut saat mendapati aku masih terbaring telanjang dilantai kamar dengan tangan kanan yang masih berada di selangkanganku
Apaaa… apaan ini terlihat mas Pram berdiri di pintu yang terbuka langsung terkejut diriku, aku yang tergeragap langsung terduduk dan berusaha menutupi tubuh telanjangku, kulihat mas Pram menelan ludah dengan mata nyalang yang menyelusuri setiap inchi tubuhku yang terbuka.
eeh… aku… aku…
Apa apaan kamu Dian!!! bentaknya sambil berjalan mendekat, aku sedikit beringsut mundur
Aku…. aku tertidur saat menunggumu jawabku beralasan
Kamu telanjang!! apa tuyul itu menyetubuhimu lagi???
Tidak…!! dia tidak bisa masuk kesini, berulangkali dia mencoba masuk namun tidak berhasil mendobrak pintu kataku sambil bangkit dan berjalan ke ranjang untuk mengambil pakaian yang kulemparkan sebelumnya, sungguh malu hatiku mengingat kini mas Pram bisa melihat bokong telanjangku yang bergoyang setiap ku melangkah.
Kau masturbasi…?? tanya mas Pram mengagetkanku
sudah jangan dipakai dulu pakaianmu, toh juga kamu tidak perlu pakaian untuk ritual ini sergah mas Pram saat melihatku memegang pakaian, dengan bingung aku meletakkan kembali pakaianku ke ranjang
aku tanya lagi… kamu masturbasi? tanyanya menyelidik dengan mata yang kini terarah ke payudara dan tempik ku yang masih berusaha kututupi walau kini posisinya aku berhadapan dengan mas Pram, kilau nafsu dapat kulihat dari pancaran matanya, mata yang sama yang sering aku lihat pada para pria yang mengincarku, tatapan yang membuatku merasa basah dibawah, dapat kurasakan lendir mulai membasahi telapak tangan kiriku yang kini menangkup tempik ku.
Enggak… gila apa… kataku menutupi rasa maluku, memang aku tidak masturbasi kok… pikirku. Walau dalam hati kecil aku merasa tidak yakin mengingat rasa hangat yang kualami tadi
aku merasa marah… kotor… rasanya aku hendak mengorek seluruh janin ini agar cepat keluar tambahku lagi
ahahahaha…. ngentotnya aja doyan, tapi akibatnya ga berani tanggung, kau selalu seperti itu dari dulu Dian… kata mas Pram pedas
Bangsat kau mas… ujarku pelan
hahaha… terserah kau lah, tapi ingat kalau kau telah 2 kali datang minta pertolonganku… uuuppss… sorry 3 kali tepatnya termasuk untuk membuat suamimu bertekuk lutut padamu
Sudah… jangan bahas yang dulu dulu, sekarang tolong segera buang janin ini dari tubuhku dan bawa tuyul itu bersamamu
hahahaha…… oke… bukan apa apa, setiap kali kenikmatan yang kau rasakan akan berbagi dengan tuyul itu dan menjadi sumber kekuatannya kata mas Pram sambil meletakkan tas yang sedari tadi di bawanya, dari dalam tas tersebut mas Pram mengeluarkan beraneka ragam barang mulai dari dupa, kemenyan, cawan, keris, bunga, hingga air botol.
Sini… duduk bersila didepanku pintanya kepadaku, dengan sungkan aku menurutinya, posisi duduk ini membuat tempikku yang basah berkilat menjadi santapan empuk matanya yang nanar melihat belahan tempik ku terbuka hingga terlihat lubang kenikmatanku, bau lendir nafsu mulai tercium diruangan, aku menjadi gelisah.
hahahaha… sudah tidak usah bingung kau tutupi, biar bagaimanapun dulu aku yang mengambil keperawananmu, jadi kau tak perlu malu goda mas Pram menyeringai
Brengsek…. kalau dipikir semua ini terjadi akibat ulahmu dulu mas…
kau yang meninggalkanku Dian… untuk pria yang kau pilih… dengan harapan kau akan hidup kaya raya, namun lihatlah…. warisan suamimu habis dalam sekejap dan mau tak mau kau kembali lagi kepadaku untuk meminta jalan pintas
sudah tolong mulai saja ritualnya mas… kataku, yang langsung disambut dengan rapalan mantra dari mas Pram, asap tipis mulai membumbung dari cawan yang membakar campuran sajen mas Pram, baunya enak…. wangi namun menusuk hidung.
Tiap beberapa detik mas Pram meniupkan asap itu hingga menabrak tubuhku, mulai dari kepala, leher, dada, perut hingga kemaluanku. Perlahan badanku mulai terasa hangat, perasaanku mulai gelisah ketika aku menyadari nafsuku mulai meningkat, tanganku mulai gelisah ingin meraba tempik ku sendiri, mas Pram yang melihat itu hanya tersenyum kecil. Tiba tiba mas Pram bangkit dan mengguyurkan air botol yang telah dicampur kembang ketubuhku, efeknya sungguh luar biasa, badanku menggigil hebat serasa aku hendak mengalami orgasme namun tertahan, air yang mengalir ditubuhku serasa jilatan lidah panas yang menjilati seluruh bagian tubuhku hingga ke sela terkecil, aku terhentak hentak tak karuan, mataku terbalik hingga terlihat putih dan mulutku ternganga tanpa mengeluarkan suara.
AAAARRRGGGHH!!!! jeritan kencang penuh kekesalan lah yang muncul dari mulutku, nafasku terengah engah membuat buah dadaku bergoyang lembut.
Kau apakan aku maasss!!!
hahaha… kenapa? Kesel ya ga bisa orgasme? Sabar… itu memang prosesnya, kau harus terangsang hebat hingga liang senggamamu siap untuk dilalui namun tidak boleh merasa nikmat yang amat sangat yang dapat menyebabkan kamu orgasme sehingga membuat tuyul itu tambah kuat
haaah…. haaah…. cepaat selesaikan ini pintaku sambil menunduk meredam nafsuku, cairan kewanitaan sudah mengalir dari liang tempik ku menandakan aku siap disetubuhi.
hahahaha…. kembali mas Pram meniupkan asap ke tubuhku lalu menuangkan kembali air kembang itu
NNNNGGGGHHHH….. AARRGGHHH!!!!! kembali badanku kelojotan tidak karuan sehingga kini aku sudah tidak lagi bersila, badanku bergelinjang di lantai yang basah menahan rasa yang sungguh tidak enak ini.
MASSS!!! GA TAHAAAN…!!! jeritku sambil terus menggelinjangkan tubuh tanganku mulai merabai seluruh tubuhku, jemariku tak tahan lagi memasuki liang vaginaku, 1 jari…. hingga 3 jari… namun hal itu hanya menambah nafsuku, aku tidak bisa orgasme!!!
Kulihat mas Pram mulai membuka pakaiannya hingga telanjang bulat, sungguh menggelikan melihatnya telanjang bulat namun masih tetap memegang tasbih yang dibalutkan dipergelangan tangan, cincin cincin akik yang menghiasi jemarinya, hingga kalung emasnya. Namun benda di bawahnya sungguh tidak menggelikan, malah lebih tepat dikatakan menyeramkan, kontol mas Pram terlihat besar, hampir sebesar kontol tuyul brengsek itu. Aku menatapnya dengan tatapan tak percaya, dulu milik mas Pram tidak sebesar itu.
kenapa? Kau kaget melihat ukuran kontolku? Nyesel dulu ga mau sama aku? tanya mas Pram
….. ahhh… mas desahku sambil memejamkan mataku, nafsu benar benar menguasai tubuhku
Mas Pram membaca mantra lagi, kini sambil meniup niup cincinnya lalu mengoleskan mata cincin itu di batang kontolnya, tiba tiba kontol mas Pram menjadi lebih besar dan panjang, terlihat keras batangnya dan kini benjolan benjolan urat kecil tampak menghiasi batang kontol mas Pram membuatnya tampak seperti pare, dengan ngeri aku melihat perubahan itu, namun tempikku berkata lain dengan berkedut tak karuan ingin segera mencicipi batang penuh bintil urat itu.
Sambil telanjang, mas Pram berjalan kearah ranjangku dan mulai membaca mantra lagi lalu dengan cepat dia membuat gerakan gerakan seakan mengitari ranjang, setelah selesai mas Pram menatapku dengan mata nyalang. Dengan perlahan mas Pram mengangkat tubuhku dengan mudah, padahal aku yakin bahkan orang dewasa yang kuat sekalipun akan kesusahan mengangkatku.
Dibaringkannya aku terlentang diatas ranjang, aku yang sudah dilanda nafsu birahi tanpa disuruh langsung mengangkangkan kakiku menunggu batang panas milik mas Pram memasukiku, tanganku mulai bergerilya meremasi kedua buah dadaku yang mencuat besar dan mencabuli pentilku sendiri. Kini mas Pram berada diatasku, kepala kontolnya berada di depan tempikku, pantatku yang mulai tidak tahan bergerak gerak berusaha memasukan batang kontol itu namun pegangan tangan mas Pram dengan kuat mencegahnya
sing meling….
sing dumeling…
adohno ingon ingon ndunyo ….
sak lambang kaliyan kulo, ojo sudi dumateng syaitan….
niat ingsun mlebet tutuge rogo….
mbenjing teguh rahayu kang santoso kagungane gusti pangeran….
Rapalan mantra mas Pram membuat bulu kuduk merinding bukan cuma bahasa namun suara yang keluar dari mulut mas Pram sungguh berbeda, tiba tiba aku merasa terancam, aku merasa ketakutan ditengah nafsuku, nafasku tertahan saat kurasakan ujung kontol mas Pram mulai kurasakan memasuki liang tempikku, mataku terbelalak ketakutan dan mulutku ternganga
AAAAAAAAAAAKKKKKKHHHHHHH!!!!!!!! jeritku keras merasakan sakit yang luar biasa di tempikku….
—–ooo0ooo—–
AAAAAAAAAAAKKKKKKHHHHHHH!!!!!!!! jeritku keras saat merasakan sakit dibagian perutku, dengan pandangan nanar aku terbangun, apa ini pikirku…. rasa sakit ini…. IBU. Aku langsung melesat ke arah kamar ibu dan memandang penuh amarah, dengan penuh tenaga kembali ku hantamkan seluruh berat tubuhku ke arah pintu itu
BRRUUUUAAAKK!!
Suara keras terdengar saat daun pintu itu bergoyang akibat hantamanku walau tidak terbuka dan akupun kembali terlempar kebelakang, aku kembali bangkit dan seketika aku merasakan sakit lagi di perutku…. bangsat…. ANAKKU!!! sambil meringis menahan sakit aku kembali memuntahkan seluruh rasa amarahku menghantam pintu itu.
BRRRUUUUUUUAAAAAKK!!
Pintu itu seketika hancur dengan suara menggelegar
—–ooo0ooo—–
BRRUUUUAAAKK!!
Terkaget aku mendengar dentuman keras dipintu, namun tidak demikian dengan mas Pram, wajahnya masih tetap terlihat tenang ditengah genjotan kasar kontolnya, tubuhku terus bergelinjang tanpa henti, rasa nikmat berganti ganti dengan rasa sakit yang teramat sangat membuatku menahan rasa itu dengan menancapkan kuku di lengan mas Pram.
Batang kontol mas Pram terasa sangat ketat menggaruk dinding tempik ku dengan batangnya yang bergerinjal, ujung kontolnya yang panjang menyentuh ujung dinding rahimku, aku hanya bisa menggeram penuh nikmat bercampur sakit.
BRRRUUUUUUUAAAAAKK!!
Kembali aku terkaget saat suara dentuman kembali terdengar kali ini lebih kuat, mas Pram yang menoleh terlihat sedikit kaget dan mulai menunjukan wajah kuatir, gerakan pinggulnya bertambah kasar dan brutal. Saat aku memiringkan kepalaku, aku dapat melihat ayah dari janinku berdiri didalam ruang dan memandang kami dengan pandangan penuh amarah, kecewa dan kebencian.
—–ooo0ooo—–
Aura kamar ini penuh dengan hawa membunuh, dengan pandangan penuh amarah, kecewa dan kebencian mendalam aku melihat ibuku sedang bersetubuh dengan mas Pram, dan yang membuatku tambah muak adalah itu semua dilakukan untuk membunuh calon anakku. Kulihat tatapan mas Pram yang terkejut melihat kehadiranku dikamar ini, lalu kulihat tatapan mata ibu yang bercampur antara kaget, takut dan nafsu…. darah dalam tubuhku mendidih melihat itu.
Kuperhatikan ranjang itu terselubungi oleh pelindung semacam gel yang berwarna merah darah, aku menarik nafas panjang
“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAKKKKKKKKKHHH…..!!!” Teriakanku membahana kencang didalam ruang, seiring teriakanku perlahan kulihat dinding gel itu mulai bergetar perlahan lama lama semakin kencang dan tiba tiba dinding itu lumer dengan sendirinya.
Mas Pram berjenggirat saat menyadari dinding pelindungnya runtuh, kontolnya tercerabut dari tempik ibu, dengan jijik kupandangi mas Pram, aku berteriak kencang sambil berlari kearah pria itu yang tampak kaget dengan gerakanku, tangannya melemparkan tasbih dipergelangan tangannya kearahku sambil membaca mantra yang tak kumengerti, seketika tasbih itu seperti membesar dan membelitku, panas kurasakan di tubuh namun aku memberontak dengan kuat, perlahan aku merasakan tasbih itu meregang, pria itu terlihat sedikit panik dan mempercepat rapalan mantranya, tangannya mulai mengelus salah satu cincin biru dijarinya.
Kali ini aku merasakan dekapan kuat dari arah belakang, kulihat ada sesosok makhluk besar kebiruan yang memegangiku, namun aku tidak gentar. Bayangan kenikmatan tempik ibu membuatku menggila, tasbih yang mengekangku kini mulai putus dan berceceran dilantai, segera aku mendorong tubuhku kebelakang dan menghempas makhluk biru tadi dengan sekali gerakan, lalu dengan gerakan cepat aku kembali mendatangi pria itu.
Melihat gerakanku pria itu langsung melepas sebuah cincin lain dan melemparkannya kedepan, saat jatuh kelantai cincin itu berubah menjadi sesosok ular besar, sementara dengan tergesa pria tadi menarik ibuku terduduk disebelahnya dan membuat gerakan melingkar dengan cincin yang tersisa, rapalan dimulutnya terus dikumandangkan.
heh…! lontee!! kamu tampaknya tidak bersungguh sungguh hendak menyingkirkan tuyul ini ya??? bentak mas Pram ke ibu disela rapalannya
hiks… hiks.. ibu hanya terisak tanpa menjawab, pandangannya kosong bergantian menatap aku dan mas Pram
Brengsek!! dasar pelacur kau Dian!!! kau sudah kecanduan kontol tuyul itu sepertinya, hatimu tidak sepenuhnya ingin dia pergi, pantas mantraku tidak mempan… bangsat!!! caci mas Pram kepada ibu diakhiri dengan sebuah tamparan cepat dengan punggung tangannya membuat ibu terjengkang kebelakang
Perbuatan pria itu terhadap ibu membuatku semakin marah, dengan sebuah pukulan tak kasat mata kuhantam ular itu dibadannya, sang ular mendesis keras dan memandangku marah, saat aku hendak melakukan pukulan kedua, sebuah tangan memegang lenganku, makhluk biru…. dalam waktu bersamaan ular itu menerjang kearahku, dengan teriakan marah aku menarik tangan makhluk biru yang memegangku lalu kulemparkan kearah mulut ular yang terbuka lebar menerjangku.
Seketika ledakan keras terjadi dengan kepulan asap putih, saat mereda kulihat makhluk biru tadi sudah lenyap, sementara sang ular terlihat kepayahan. Kulihat darah mengalir dari mulut pria itu, melihat itu aku menjadi semakin bersemangat, teriakan kencang mengiringi pukulan bertubi-tubi. Tubuh ular itu lama kelamaan melemah dan bergetar halus, kulihat darah keluar kembali keluar kali ini dari telinga mas Pram, kontolnya sudah menciut kembali ke ukuran normal.
Dengan beringas aku menajamkan telapak tanganku, lalu secepat kilat aku menusukannya tepat dileher ular itu
CRRAAAASSSHH….!!!!
Tanganku menembus tubuh ular itu membuat tubuhnya perlahan memudar dan menghilang, dihadapanku kini terlihat mas Pram mencengkeram lehernya dengan muka penuh sakit mata yang ketakutan, darah mulai mengalir dari sela sela lehernya. Ibu mulai menjerit jerit histeris disebelahnya, melihat itu hatiku semakin terasa marah, seketika aku membuka telapak tanganku yang terkatup, saat jari jariku meregang sempurna kepala mas Pram mulai terlihat miring, lalu terjatuh paha ibu yang bersimpuh telanjang. Mata ibu menatap nanar kepala tanpa tubuh yang tergeletak dipahanya
AAAAAAAHHHHHH!!!!! jerit ibu keras, aku menyeringai puas melihatnya, seketika tubuh ibu limbung hampir kehilangan kesadaran ke samping.
Seketika aku melesat dan menangkap tubuh ibu dipelukanku, lalu dengan gerakan cepat aku megguncang tubuh ibu yang lemas, ibu mulai mengerjap sadar dan terbangun, jeritan ibu melengking memekakan telingaku.
DIAAAAAMMM!!!! Teriak ku menggelegar mengejutkan ibu dan diriku sendiri, selama ini aku tidak pernah berbicara…. bahasa manusia, aku tertunduk menatap ibu.
Ka… kau… ibu tergeragap
Ibu… jangan pernah berani mengenyahkanku… jangan pernah berani menyentuh dan menyakiti anakku… apa yang kau ingini akan aku turuti, namun ibu tahu apa yang akan menjadi bayarannya…. kataku dengan suara berat dan dalam
hiiks… hiikss… toloong… tolong jangan… aku tidak mau… aku takuuut…
tubuhmu sudah jadi milikku, akan kuberi ibu kekayaan yang tidak pernah ibu bayangkan sebelumnya…
Tolooong…. hikss.. aku … hiksss… jangaan hamili aku, jangan bunuh aku… aku akan menurutimu…. toloong…
akan kubuat ibu tetap seperti sekarang bahkan menjadi tambah cantik, namun ibu tahu syaratnya… lanjutku lagi tidak mengindahkan ratapan ibu, tanganku mulai membaringkan ibu dan membuka kakinya, kontolku yang sudah menegang mulai menyeruak masuk
aaaaah…. jangaaaaan…. nikmaaaattt… AAAAAHHHHHRRGG…. OOOUHH!!!!! tubuh ibu bergetar hebat saat orgasme yang tertahan semenjak tadi langsung datang membanjiri birahinya, badannya terkejat kejat dan terus mengikuti genjotanku yang semakin keras, satu kali orgasme belum cukup pikirku…….
—–ooo0ooo—–
2 tahun kemudian……
Sore itu tampak beberapa orang satpam komplek mengobrol dengan seru sambil menggoda pembantu rumah tangga yang kebetulan lewat, gurauan mereka terhenti saat sebuah sedan Mercedes Benz S450 meluncur memasuki kompleks, bunyi klakson mobil menyadarkan mereka untuk segera membukakan portal, mobil tersebut berhenti sejenak dan kaca depan terbuka memperlihatkan seorang wanita 40 tahunan yang sangat cantik dengan hiasan natural dan rambut yang digelung membuat bulu di tengkuknya terlihat menggoda, balutan busana dress abu abu membungkus badannya dengan ketat dan potongan dadanya yang terbuka rendah memperlihatkan belahan buah dadanya yang besar tertekan oleh seat belt. Satpam yang melihat hanya bisa menelan ludah dan menahan diri agar gelembung dicelananya tidak terlihat.
Pak…. ini ada martabak, lumayan buat camilan suara merdu terdengar
aaah…. terima kasih bu Dian, report repot kata satpam dan bergegas mengambil uluran camilan tersebut.
Tanpa berkata lagi jendela mobil tertutup kembali, lalu menghilang dari pandangan meninggalkan para lelaki terbengong
Woooii…. gila ni bapak bapak ga bisa liat bening bening dikit kata salah seorang PRT
Gila itu bu Dian…. cakep banget kayanya ga ketulungan pula…. sahut salah seorang satpam
Janda pulaa…. anjiing!!! pengan gua entot rasanya tambah rekannya
geloooooo….!!! sana kalo mau dihabisin sama jin pesugihannya rumpi para PRT
emang ada?
katanyaaa….!!!
Iya kabarnya suaminya dulu jadi tumbal!!
kalo ningsih sih bilang pasti pake susuk itu… cantik terus
Bego lu, orang kaya mah bisa operasi plastik
pada berisik, kalo gua sih jadi simpenannya juga mau, denger dari temen marketing perusahaannya bu Dian ada 14 biji!!!
gile… duitnya berapa ya??
eh lu liat ga sih kayanya ada anak kecil dibelakang jok?
kagaaa
Mata lu picek
fatamorgana
dedek kecil lu kali, ngaceng ampe nongol
Anjiiiiinggg!!!!!
Seiring obrolan tidak bermutu itu mobil yang dikendarai Dian masuk ke dalam garasi rumahnya yang menampung 2 unit mobil lainnya yang tak kalah mewah.
Dengan tergesa Dian turun dari mobilnya dan memasuki rumah, saat akan menutup pintu rumah pahanya yang terbuka tersentuh hawa dingin yang tak biasa…..
sayaang…. jangan lari lari ya… kaget ibu kata Dian lembut, lalu menutup pintu dan saat berbalik pandangannya terpaku pada sesosok tuyul dewasa yang berdiri gagah menunggu kedatangan mereka… suamiku…. bisik batin Dian, tampak tuyul itu menggendong sesosok tubuh yang tidak terlihat, hanya semacam udara yang bergelenyar berbentuk anak kecil….. Anak ku…. bisik batin Dian kembali dengan senyum tersungging dan melangkah menghampiri keduanya sambil membuka ikatan dress nya lalu membiarkannya melorot ke lantai dan menampilkan tubuh telanjangnya…..
Tuan… hari ini aku sudah siap disetubuhi……,,,,,,,,,,,,,,,,,,
TAMAT