Ya masa masa di putih abu abu tak pernah dilupakan apalagi soal asmara selama disekolah aku pernah berpacaran selama 4 kali, dimana waktu kelas 1 aku bisa mendapatkan cewek yang cantik dan banyak digandrungi oleh pria lain kerena kepopuleran dia waktu disekolah, tak berpaa lama kami putus kemudian aku mendapatkan pacar baru lagi sebaliknya dia manis dengan wanra kulit sawo matang tapi juga tak bertahan lama hanya 1 tahun kita pacaran.
Untuk pacar selanjutnya kami sudah kenal lebih dulu dan akrab bisa dibilang kita sahabat tapi mungkin karena ada rasa diantara kita, ya kita sepakat untuk mejalin hubungan, suatu ketika saat boring di depan tv aku putuskan untuk keluar di teras rumah , karena orang tuaku juga tidak ada dirumah aku keluar bentar di warung untuk membeli rokok.
Sesampainya ke warung yang aku tuju rupanya malah tutup, awan sudah terlihat mendung petang aku berfikir untuk pulang atau mencari rokok di toko sbelanya yang jaraknya tidak jauh juga, ya aku putuskan untuk jalan lagi dan akhirnya mendapatkan rokok di wrung tersebut, hujan germis sudah turun, saat aku ingin pulang aku melihat orang yang aku kenal.
“Eh ibu Astrid dari mana , aku sapa dia dengan senyum dan dia juga menyapaku”
“lho kamu disini lex, ngapain habis beli rokok ya”
“Ibu kok tau, hehe”
“lha iya Ibu juga sedah memandangi kamu dari kejauhan dari sana, boleh merokok tapi jangan kebanyakan ya Lex, kalau sehari 1-2 batang gak papa, jaga kesehatanmu”
“hehehe iya bu, aku dengan senyum dan menggaruk garuk kepalaku, oiya Ibu Astrid guru privat adekku yang masih bersekolah SD, biasanya Ibu Astrid kalau datang seminggu 2 kali harinya juga tidak menentu, kadang rabu dan jumat, atau selasa dan kamis. Ibu Astrid sering member les pada adekku sudah 4 bulan.
“lha ibu astrid mau kemana nih, mau kerumahku kan, keburu hujan bareng aja bu”
Dari dulu aku sudah terpesona dengan kecantikan ibu Astrid, murah senyum , baik hati, kadang aku juga sering mengintip ibi Astrid sedang memberi pelajaran kepada adekku, anganku.com lama kelamaan aku jatuh hati kepada ibu Astrid jangan pada kaget ya kalau Ibu Astrid adalah pacar selanjutnya setelah aku putus dari pacar ketigaku, tapi awalnya aku takut mengungkapkan rasa cintaku pada dia.
Terang saja umur aku dan Ibu Astrid cukup jauh dia usianya yang 27 tahun sedangkan aku 18 tahun, tapi aku sangat cinta kepada dia, hujan dikala itu sudah membasahi kami saat pulang kerumah, sampainya rumah aku tawarkan untuk kuambilkan handuk.
Saat mengasihkan handuk aku baru sadar kalau ibu Astrid semakin cantik dengan rambut yang basah dan nampak tubuhnya yang seksi serta gundukan payudaranya juga membekas di pakaiannya, aku langsung berpikiran yang tidak tidak, aku buatkan minuman tehh hangat sebelum dia mengelesi adekku.
Pukul berapa bum au member pelajarannya ke pada adekku, “
“masih satu jam lagi kok”
“ya sudah nikmati dulu teh yang aku buatkan ini untuk menghangatkan tubuh yang kena hujan tadi”
“kami asyik mengobrol, sampai tak sadar kalau minumannya habis, aku tuangkan lagi kedalam gelas”
Sebelumnya weaktu aku membuat minuman teh hangat tersebut sempat ada pikiran ngeres yang datang, aku membayangkan jika bu Astrid telanjang karena pakaiannya basah dan itu membuat aku semakin memunculkan hasratku.
“terimakasih lex malah kamu jadi repot begini kedatangn ibu yang basah karena hujan tadi”
“ah gak masalah bu, tenang saja, sudah biasa kok aku sering membuat minuman jimka ada tamu bapak atau ibuku”
“aku yang posisinya di samping ibu Astrid sempat bingung kenapa kamu berdiri lex”
Aku langsung merangkul tubuh bu Astrid itu dan gak tau kenapa aku senekad itu bisa langsung memeluk tubuhnya , ibu Astrid berusaha untuk melepaskan dekapanku, tapi aku dengan kuat masih menahan dan aku dorong.
Kamu kenap lex, Ibu astrid juga mendorong aku untuk melepaskan pelukanku, tapi pelukanku semakin kuat.
Aku berbisik pelan, “Aku mencintaimu, Bu!” dan kulihat Bu Astrid semakin terkejut. Ia diam terpaku untuk sesaat. Aku memanfaatkan waktu sesaat itu untuk merenggut lepas kancing-kancing kemejanya.
“Aku menginginkanmu, Bu!”
Kulihat payudara Bu Astrid yang bulat berisi di balik bra putihnya. Bu Astrid hanya memandangku seakan tak percaya apa yang baru saja terjadi. Ia sudah tak lagi meronta, sepertinya sudah pasrah akan apa yang akan terjadi.
Pelan-pelan kuturunkan roknya, lalu kulepaskan bra putih itu. Di depanku kini tampak jelas payudara Bu Astrid yang sungguh indah, pinggang ramping, pinggul seksi, dan kaki-kaki jenjangnya. Tubuh Bu Astrid kini hanya tertutupi oleh celana dalam putih.
Tanpa menunggu aku mulai mencumbui tubuh seksi Bu Astrid. Mula-mula dari payudaranya. Kumainkan lidahku, kuciumi dengan penuh nafsu, anganku.com sesekali lidahku memainkan putingnya yang menantang. Kurasakan tubuh Bu Astrid tergetar pelan, dan ia mulai mendesah pelan.
Kulanjutkan cumbuanku turun ke arah perut, dan semaki ke bawah. Kulepaskan penutup terakhir tubuhnya. Saat itu kudengar suara Bu Astrid memohon pelan.
“Ja.. Jangan, Lex!”
Tapi aku tak peduli, aku mulai mencumbu sela-sela paha itu. Harumnya liang kewanitaan Bu Astrid membuatku semakin bergairah. Kepalaku kusisipkan di antara kedua paha Bu Astrid, dan mulai mencumbu liang kewanitaan yang ditumbuhi bulu-bulu halus.
Kumainkan lidahku di sana, kadang bibirku memainkan klitorisnya hingga tubuh Bu Astrid bergetar, dan desahan-desahan pelan terdengar dari bibir Bu Astrid saat jariku menyusup ke dalam vaginanya.
“Mmmh, ya!Oh.. Ya, enak.. Oh.. Oh!”
Lidah nakalku terus menari-nari di sana, menyalurkan kenikmatan yang mulai membius kesadaran Bu Astrid. Sekarang Bu Astrid mulai hanyut dalam permainan cumbuanku, desahan dan erangannya mengimbangi tarian lidahku pada klitorisnya. Kedua pahanya menjepit kepalaku.
“Yaa.. Ya!Oh.. Oh, ya sayang.. Teruskan.. Oh.. Oh!”
Tak lama kemudian kurasakan getaran hebat tubuh Bu Astrid. Erangannya pun terdengar semakin keras,
“AH.. Ya, ya.. Oh sayang.. Aku.. Aku keluar.. Oh ya.. Ooohh!” Bu Astrid menggelinjang hibat dan liang kewanitaannya mulai dibanjiri cairan vaginanya, membuat vagina Bu Astrid semakin becek. Aku menyapukan lidahku, menjilati cairan itu.
Aku melihat wajah cantik Bu Astrid, kini bersemu merah, matanya terpejam, nafasnya terengah-engah, bibirnya mengeluarkan desahan-desahan pelan. Keringat membasahi tubuhnya. Bu Astrid membuka matanya, lalu memandangaku.
Masih belum hilang rasa ingin tahu dalam pandangan itu, seakan bertanya ‘Mengapa kamu melakukan ini pada ibu?’ tetapi bibirnya tetap terkatup.
Kusambut bibir Bu Astrid dengan bibirku. Selama beberapa saat kami berpagutan. Dan kurasakan Bu Astrid mulai membalas ciumanku.
Aku mulai melepaskan semua pakaianku. Kini kami berdua sudah tak mengenakan apa-apa lagi. Senjataku sudah tegang sejak tadi, seperti sebuah rudal yang siap ditembakkan. Ukurannya memang tidak seperti milik bintang film porno yang sering kulihat, tapi cukup besar juga. Bu Astrid memandangku dengan tatapan ragu bercampur takut.
“Maaf, Bu!” kataku pelan.
Kutuntun penisku ke lubang vagina Bu Astrid. Kurasakan Bu Astrid sedikit menolak saat kepala penisku menyentuh klitorisnya.
“Ja.. Jangan, Lex! Ja.. Jangan dimasukkan, nan.. Nanti..”
“Ibu nggak usah khawatir, Lex tanggung jawab,” kataku, “Lex mencintai Ibu!”
“Ta.. Tapi Lex..”
Belum selesai Bu Astrid bicara, aku sudah menusukkan senjataku hingga masuk setengahnya.
“Ah.. Lex!” Bu Astrid mulai meronta.
“Tenang Bu!” kupegangi kedua tangannya.
Kurasakan lubang vagina Bu Astrid yang masih sempit itu menjepit penisku dan meremas-remasnya.
Aku bertanya-tanya, apa Bu Astrid masih perawan. Kudorong penisku hingga menyusup lebih jauh. Bu Astrid merintih,
“Sa.. Sakit Lex..”
“Iya.. Iya Bu! Lex pelan-pelan masukinnya.”
Mungkin Bu Astrid nemang masih perawan, pikirku. Kulihat titik-titik air mata mulai basahi matanya, dan ada sebagian yang jatuh ke pipinya.
“Lex.. Hentikan! Ja.. Jangan diteruskan!” desah Bu Astrid.
Kepalang tanggung, pikirku. Dan kulesakkan penisku hingga masuk seluruhnya, sampai-sampai Bu Astrid menjerit.
“Ah.. Lex, sakit Lex!”
“Tak apa-apa, Bu. Cuman sebentar sakitnya.”
Kudiamkan penisku di dalam vagina Bu Astrid selama beberapa saat, kurasakan pijatan lembut dinding vagina pada penisku. Terasa nikmat sekali. Lalu aku mulai menggerakkan pinggulku maju mundur, mengocokkan penisku di dalam vagina Bu Astrid. Bu Astrid mengerang, pada awalnya tedengar rintihan kesakitan, namun lambat laun berganti desahan kenikmatan.
“Ya.. Ya, Oh ya sayang!”
Peluh membanjiri tubuh Bu Astrid, matanya terpejam seakan-akan menjemput kenikmatan yang datang bertubi-tubi. Desahannya mengiringi gerakan pinggulku.
“Oh, ya.. Oh.. Ouh. Terus sayang! Enak, ja.. Jangan berhenti, oh..”
Aku terus memompa penisku keluar masuk, menggesek dindinjg vagina yang basah itu. Kulihat tangan Bu Astrid meremas-remas payudaranya sendiri. Kenikmatan sudah menjalari seluruh tibuhnya. Desahan dan erangan terus menggema di ruangan itu, berbaur dengan deru suara hujan di luar.
Tak lama kemudian kulihat Bu Astrid menggelinjang hebat, dan dari bibirnya terdengar erangan panjang menendakan ia telah mencapai klimaks. Kurasakan cairan hangat basahi penisku di dalam vaginanya.
“Oh, oh.. Ya.. Ooohh, sayang! Aku keluar, oh.. Oh..!”
Dan tanpa sadar tangannya meraihkui dan memelukku erat sambil terus mengerang merasakan kenikmatan puncak yang menguasai tubuhnya.
“Oh.. Oh, ya ough!”
Nafasnya tersengal-sengal.
“Ya, nikmat sekali, oh..!”
Akupun merasa sudah hampir mencapai klimaks, maka kupercepat gerakan pinggulku. Dan sepertinya gerakanku memacu kembali gairah Bu Luna. Kurasakan pinggul seksi Bu Astrid mengimbangi gerakan pinggulku.
“Oh.. Ya.. Oh, lagi sayang.. Oh!” desah Bu Astrid,”Lebih cepat lagi.. Oh.. Oh!!”
Dan tak lama kemudian kurasakan penisku berdenyut-denyut.
“A.. Aku hampir keluar Bu!” kataku,”Keluarin di mana?”
“Oh.. Keluarin saja.. Di dalam.. Nggak apa-apa..”
Dan seketika itu juga aku mencapai puncak, penisku memuntahkan banyak cairan mani ke dalam vagina Bu Astrid, memenuhi rongga kewanitaannya.
“Ough.. Bu! Aku keluar, Bu! Oh nikmat sekali, oh..!”
Bu Astrid menggelinjang lagi, ia mencapai klimaks lagi sesaat setelah aku orgasme.
“Ya.. Oh, ya sayang.. Aku juga keluar.. Oh.. Oh..”
Tubuh kami bersimbah pelu, aku merasakan sangat lelah. Tubuhku kurebahkan di sofa di samping tubuh Bu Astrid. Nafas kami tersengal-sengal. Kulihat wajah Bu Astrid yang bersemu merah tampak cantik, ia tersenyum.
“Kau.. Kau nakal Lex!” katanya pelan,”Tapi aku senang.”
“I.. Ibu tidak marah?”
Bu Astrid mencium bibirku. “Aku memang marah pada mulanya, tapi-sudahlah-semuanya sudah terjadi,” katanya, “Kau hebat!”
Hujan masih turun dengan derasnya. Adikku menelpon, katanya ia belum bisa pulang karena hujan belum reda. Dan aku menghabiskan sore itu berdua bersama Bu Astrid. Kami masih sempat bermain cinta sekali lagi sebelum kedua orangtua dan adikku pulang.
Setelah hubunganku dengan bu Astrid semakin dekat, dia semakin akrab bila ibu Astrid dirumah sendiri kadang aku diminta untuk datang kesana dan sebaliknya jika rumahku sepi ibu Astrid berkenan untuk datang kerumahku, kisah cintaku dengan ibu Astrid hanya bertahan 7 bulan karena habis lulus aku meneruskan di PTS luar kota. Demikian sedikit ceritaku dengan guru les privat adekku. Terimaksih sudah berkenan untuk membaca cerita dewasaku ini.
The post Candu Cerita Sex Guru Privat Adekku appeared first on CeritaSeksBergambar.