Awal mulanya aku membaca baca tentang majalah dewasa di internet hampir aku selesaikan yang intinya dia berkenalan dengan seorang cewek bisa bertemu dan diajak kencan, aku kira itu bohongan tapi setelah aku amati dan menulis coment aku percaya itu terbukti aku juga bisa mendapatkan teman kencan yang bisa diajak ML.
Setelah menyimak daftar nomor HP wanita-wanita’yang butuh teman kencan melalui SMS date aku segera menyebar SMS perkenalan. Hasilnya, SMSku dapat jawaban dari seorang wanita 33 tahun asal Jakarta (sebut saja namanya Reza).
Awalnya, dia merasa terkejut dan mengaku tak pernah mencari teman kencan pria lewat SMS. Namun setelah berdialog beberapa saat, akhirnya dia mengakui bahwa dirinya adalah seorang wanita yang kesepian. Bahkan, dia malah memintaku datang ke Jakarta dan segala biaya akan dijamin.
Tanpa pikir panjang, aku menyatakan siap. Dengan memanfaatkan jasa kereta cepat Argolawu jurusan KotaX-Jakarta, aku bisa melesat ke Stasiun Gambir Jakarta. Seperti yang dia pesan, aku diminta menunggu di peron Stasiun.
Cukup lama, aku menunggu sendiri di peron, hampir satu jam hanya duduk memandang orang-orang berlalu-lalang. Semula aku hampir putu asa dan curiga, jangan-jangan aku hanya dikerjai. Ketika matahari sudah lenyap dan langit Jakarta sudah gelap, ketika aku memutuskan untuk pergi dari Stasiun Gambir (karena merasa dikerjai), tiba-tiba ada seorang wanita tua yang menghampiriku.
Wanita yang mirip nenek-nenek itu menyampaikan pesan bahwa aku telah ditunggu wanita bernama Reza di sebuah taksi yang berhenti di halaman parkir. Karuan saja, perasaan dadaku jadi plong. Seketika itu aku lari mencari taksi tersebut.
Begitu aku membuka pintu taksi, Oh.. dadaku berdetak. Wanita kencan SMSku itu ternyata tidak setua usianya. Tubuhnya terlalu tinggi bagiku, sekitar 170cm, sedang aku hanya 165cm. Kulitnya putih layaknya etnis Tionghoa.
“Ayo, masuk..,” pinta wanita berambut sebahu itu sembari memberi ruang duduk di sampingnya.
Wajahnya tampak gembira sekali ketika menatap wajahku.
“Ke Hotel XX, ya Bang,” ujar Reza kepada sang pengemudi taksi.
Di dalam taksi, duduk berhimpitan bersama Reza, aku seperti dibawa terbang ke awang-awang. Betapa tidak, tubuhnya super montok. BRA-nya kira-kira berukuran 36. Dan pinggulnya, wah membuatku benar-benar gemas.
Sementara tatapan matanya, seolah ada rasa dahaga yang tertahan bertahun-tahun. Hmm.. rasanya itu membuatku tak sabar untuk melumatnya. Karena itu, begitu tiba di hotel aku bergegas chek-in dan membogkar rahasia perasaanku di kamar nomor 102.
Di kamar hotel 102, di antara lampu remang-remang, Reza hanya termangu memandangiku. Matanya meneliti leku-lekuk tubuhku yang maih basah habis mandi.
“Sini sayang, aku pijiti. Pasti, kau capek sekali, kan,” ujar Reza kemudian.
Tanpa banyak kata, akau hanya menurut saja. Maklum tubuhku capek sekali setelah menempuh perjalanan KotaX-Jakarta. Kalau dipijiti, oh.. rasa pegal di tubuhku akan hilang. Karena itu, aku segera tidur tengkurap di ranjang dengan setengah telanjang di dekat Reza.
“Bagian mana dulu yang dipijit sayangku,” suara Reza yang mendesah membuat darahku mendesir-desir.
“Terserah kaulah,” jawabku singkat.
Tak lama kemudian, jemari lentiknya sudah menelusuri lekuk-lekuk tubuhku. Kadang-kadang tangan Reza nakal menggoda bagian sensitifku. Urutannya lembut, seperti menyulam setiap pori-pori kulitku. Beberapa saat kemudian, aku ganti menawarkan diri untuk memijit tubuh Reza yang super montok.
Seperti yang dia lakukan padaku tadi, aku mulai mengurut-urut bagian lehernya, kemudian turun ke punggung, pinnggang dan paha. Setelah itu tubuhnya ku balik sehingga tidak tengkurap lagi. Kali ini aku mengurut bagian payudaranya dengan lembut. Selanjutnya aku mulai beraksi erotik. Awalnya saya membelai rambut Reza dan mencium bibir-nya. Dia membalasnya dengan hangat, penuh kasih sayang.
Kurebahkan dia dengan perlahan, kutatap matanya erat-erat, kusingkirkan bajunya yang menutupi buah dadanya, yang sungguh merangsang diriku. Perlahan tapi pasti kulumat puting susu-nya dan dengan tangan kiriku kumainkan puting yang satunya lagi.
Reza melenguh keenakan, sungguh suara yang merdu dan hal ini membuatku grenng lagi. Selang beberapa menit kemudian kuangkat kepalaku sambil tetap kumainkan tangan kiriku, kemudian kulihat pussy Reza yang basah.
Kulumat clitorisnya dan semua ruang vaginanya hingga Reza menggelinjang berat. Ketika penisku menegang gagah perkasa, kurenggangkan kedua pahanya dan kumasukkan jariku ke lubang pussynya, kuputar-putar dan kusodok-sodokkan, Reza pun semakin mengerang keras, sampai kusadari kalau waktu kusodokkan di bagian kanan atas, eluhannya semakin keras dan cairannya makin banyak, penasaran kupusatkan jariku di situ dan kugosok-gosok bagian tersebut ternyata Reza pun berteriak makin keras.
Cairannya keluar banyak sekali, aku pun mulai grenng tidak sabar, kuangkat kontolku dan kusodokkan ke lubang pussynya dengan cepat, kali ini aku sodokkan terus menerus tapi rupanya kontolku masih membutuhkan waktu untuk reload sehingga spermaku tidak lekas keluar.
Reza masih mengerang dengan kerasnya, dan kusodokkan penisku ke bagian kanan atas, dan yah dia pun makin melenguh keras, dan kurasakan cairannya menyembur-nyembur dengan derasnya, aku makin grenng dan kulihat wajahnya yang khas, wajah yang penuh kepuasan dan erangan penuh kenikmatan yang merdu, yang membuat kontol laki-laki manapun tidak tahan, dan akupun keluar lagi dengan deras di pussy Reza.
Ketika aku terbangun dari tidur, sekitar tengah malam, Reza telah menyediakan kopi panas dan duduk di sebelah ranjang. Tapi hasratku masih menggelora. Tidak bisa tidak aku harus beraksi lagi. Maklum, aku hanya bisa berada di Jakarta hanya sehari.
Sayang kalau hanya sekali main di panggung ranjang panas. Karena itu, setelah mencicipi kopi aku segera membuka kancing BH-nya kulepaskan. Tanganku bergerak bebas mengusap buah dadanya. Putingnya kupegang dengan lembut.
Kami sama-sama hanyut dibuai kenikmatan walaupun kami masih berdiri bersandar di dinding. Kami terangsang tak karuan. Nafas kami semakin memburu. Aku merasa tubuh Reza menyandar ke dadaku. Dia sepertinya pasrah.
Baju daster Reza kubuka. Di dalam cahaya remang dan hujan lebat itu, kutatap wajahnya. Matanya terpejam. Daging kenyal yang selama ini terbungkus rapi menghiasi dadanya kuremas perlahan-lahan. Bibirku mengecup puting buah dadanya secara perlahan.
Kuhisap puting yang mengeras itu hingga memerah. Reza semakin gelisah dan nafasnya sudah tidak teratur lagi. Tangannya liar menarik-narik rambutku, sedangkan aku tenggelam di celah buah dadanya yang membusung. Mulutnya mendesah-desah.
“Ssshh.., sshh!”.
Puting payudaranya yang merekah itu kujilat berulangkali sambil kugigit perlahan-lahan. Kulepaskan ikatan kain di pinggangnya. Lidahku kini bermain di pusar Reza, sambil tanganku mulai mengusap- usap pahanya. Ketika kulepaskan ikatan kainnya, tangan Reza semakin kuat menarik rambutku. Suaranya melenguh-lenguh.
Nafasnya terengah-engah ketika celana dalamnya kutarik ke bawah. Tanganku mulai menyentuh lagi daerah kemaluannya. Rambut halus di sekitar kemaluannya kuusap-usap perlahan. Ketika lidahku baru menyentuh kemaluannya, Dia menarikku berdiri. Pandangan matanya terlihat sayu bagai menyatakan sesuatu. Pandangannya ditujukan ke tempat tidurnya.
Aku segera mengerti maksudnya. Dia minta ingin segera digenjot di atas ranjang. Dengan sebuah tarikan, tubuh Reza kubaringkan terlentang, tapi kakinya masih menyentuh lantai. Mukanya berpaling ke sebelah kiri.
Matanya terpejam. Tangannya mendekap kain sprei. Buah dadanya membusung seperti minta disentuh. Puting susunya terlihat berair karena liur hisapanku tadi. Perutnya mulus dan pusarnya cukup indah.
Kulihat tidak ada lipatan dan lemak seperti perut wanita yang telah melahirkan. Kemudian, tanganku terus membuka kancing bajuku satu-persatu. Ritsluiting jeans-ku kuturunkan. Aku telanjang bulat di hadapan Reza. Penisku berdiri tegang melihat kecantikan sosok tubuh Reza.
Buah dada yang membusung dihiasi puting kecil dan daerah di bulatan putingnya kemerah-merahan. Indah sekali kupandang di celah pahanya. Reza telentang kaku. Tidak bergerak. Cuma nafasnya saja turun naik. Lalu akupun duduk di pinggir kasur sambil mendekap tubuhnya.
Sungguh lembut tubuhnya. Kupeluk dengan gemas sambil kulumat mesra bibir ranumnya. Tanganku meraba seluruh tubuhnya. Sambil memegang puting susunya, kuremas-remas buah dada yang kenyal itu. Kuusap-usap dan kuremas-remas. Nafsuku terangsang semakin hebat. Penisku menyentuh pinggangnya. Kudekatkan penisku ke tangannya. Digenggamnya penisku erat-erat lalu diusap-usapnya.
Memang Reza tahu apa yang harus dilakukan. Dipegangnya penisku yang sudah tegang dan dimasukkannya ke dalam mulutnya.
Mataku terpejam-pejam ketika lidah Reza melumat kepala penisku dengan lembut. Penisku dikulum sampai ke pangkalnya. Sukar untuk dibayangkan betapa nikmatnya diriku. Bibir Reza terasa menarik-narik batang penisku.
Tidak tahan diperlakukan begitu aku lalu mengerang menahan nikmat. Kubuka lebar-lebar paha Reza sambil mencari liang vaginanya. Kusibakkan vaginanya yang telah basah itu. Kujulurkan lidahku sambil memegang clitorisnya. Reza mendesah. Kujilat-jilat dengan lidahku. Kulumat dengan mulutku. Liang kemaluan Reza semakin memerah.
Bau kemaluannya semakin kuat. Aku jadi semakin terangsang. Seketika kulihat air berwarna putih keluar dari lubang vaginanya. Tentu Reza sudah cukup terangsang, pikirku. Aku kembali pada posisi semula. Tubuh kami berhadapan.
Tangannya menarik tubuhku untuk rebah bersama. Buah dadanya tertindih oleh dadaku. Reza memperbaiki posisinya ketika tanganku mencoba mengusap-usap pangkal pahanya. Kedua Kaki Reza mulai membuka sedikit ketika jariku menyentuh kemaluannya. Lidahku mulai turun ke dadanya. Putingnya kuhisap sedikit kasar. Punggung Reza terangkat-angkat ketika lidahku mengitari perutnya.
Akhirnya jilatanku sampai ke celah pahanya. Reza semakin membuka pahanya ketika aku menjilat clitorisnya, kulihat Reza sudah tidak bergerak lagi.
Kakinya kadang-kadang menjepit kepalaku sedangkan lidahku sibuk merasakan kenikmatan yang telah dirasakan. Erangan Reza semakin kuat dan nafasnya pun yang terus mendesah. Rambutku di tarik-tariknya dengan mata terpejam menahan kenikmatan.
“Gimana rasanya?” tanyaku lembut dengan nada manja.
Dia tidak menjawab. Dia hanya membuka matanya sedikit sambil menarik napas panjang. Aku mengerti. Itu bertanda dia setuju. Tanpa disuruh, aku mengarahkan penisku ke arah lubang vaginanya yang kini telah terbuka lebar.
Lendir dan liurku telah banjir di gerbang vaginanya. Kugesek-gesekan kepala penisku di cairan yang membanjir itu. Perlahan- lahan kutekan ke dalam. Tekanan penisku memang agak sedikit susah. Terasa sempit. Kulihat Reza menggelinjang seperti kesakitan.
“Pelan-pelan, Yang!”, ujarnya berharap, suaranya terdengar sesak.
Aku sekarang mengerti. Memang aku belum berpengalaman. Kutekan lagi.
Kumasukkan penisku perlahan-lahan. Kutekan punggungku ke depan. sangat hati-hati.
Terasa memang sempit. Lalu Reza memegang lenganku erat-erat.
Mulutnya meringis seperti orang sedang menggigit tulang. Hanya sebagian penisku yang masuk. Kubiarkan sebentar penisku berhenti, terdiam. Reza juga terdiam. Tenang. Sementara itu, kupeluk tubuhnya dengan gemas sambil memainkan buah dadanya, menjilat, mengusap dan menggigit-gigit lembut.
Mulutnya kukecup sambil lidahnya kumainkan. Kami memang sudah sangat bernafsu dan terangsang.
“Mau diteruskan..?” tanyaku kemudian.
Reza membuka matanya. Di bibirnya terlihat senyum manis yang menggairahkan. Kutekan penisku ke dalam. Kemudian kutarik ke belakang perlahan-lahan. Kuhentakkan perlahan-lahan. Memang sempit kemaluan Reza, mencengkram seluruh batang penisku. Penisku terasa seperti tersedot di dalam vaginaya.
Kami mulai terangsang! Penisku mulai memasuki kemaluan Reza lebih lancar. Terasa hangatnya sungguh menggairahkan. Mata Reza terbuka menatapku dengan pandangan yang sayu ketika penisku mulai kukeluar-masukkan. Bibirnya dicibirkan rapat-rapat seperti tidak sabar menunggu tindakanku selanjutnya. Sedikit demi sedikit penisku masuk sampai ke pangkalnya.
Reza mendesah dan mengerang seiring dengan keluar-masuknya penisku di kemaluannya. Kadang-kadang punggung Reza terangkat-angkat menyambut penisku yang sudah melekat di kemaluannya. Berpuluh-puluh kali kumaju-mundurkan penisku seiring dengan nafas kami yang tidak teratur lagi.
Suatu ketika aku merasakan badan Reza mengejang dengan mata yang tertutup rapat. Tangannya memeluk erat-erat pinggangku. Punggungnya terangkat tinggi dan satu keluhan berat keluar dari mulutnya secara pelan.
Denyutan di kemaluannya terasa kuat seakan melumatkan penisku yang tertanam di dalamnya. Goyanganku semakin kuat. Lehernya kurengkuh erat sambil badanku rapat menindih badannya. Ketika itu seolah-olah aku merasakan ada denyutan yang menandakan air maniku akan keluar.
Denyutan yang semakin keras membuat penisku semakin menegang keras. Reza mengimbanginya dengan menggoyangkan pinggulnya. Goyanganku semakin kencang. Kemaluan Reza semakin keras menjepit penisku.
Kurangkul tubuhnya kuat-kuat. Dia diam saja. Bersandar pada tubuhku, Reza lunglai seperti tidak bertenaga. Kugoyang terus hingga tubuh Reza seperti terguncang-guncang. Dia membiarkan saja perlakuanku itu. Nafasnya semakin kencang.
Dalam keadaan sangat menggairahkan, akhirnya aku sampai ke puncak. Air maniku muncrat ke dalam kemaluan Reza. Bergetar badanku saat maniku muncrat. Reza mengait pahaku dengan kakinya. Matanya terbuka lebar memandangku.
Mukanya serius. Bibir dan giginya dicibirkan. Nafasnya terengah-engah. Dia mengerang agak kuat. Waktu aku memuntahkan lahar maniku, tusukanku dengan kuat menghunjam masuk ke dalam. Kulihat Reza menggelepar-gelepar. Dadanya terangkat dan kepalanya mendongak ke belakang. Aku lupa segala-galanya.
Untuk beberapa saat kami merasakan kenikmatan itu. Beberapa sodokan tadi memang membuat kami sampai ke puncak bersama- sama. Memang hebat. Sungguh puas. Memang inilah pertama kalinya aku melakukan senggama dengan orang lain selain istriku.
Walaupun dia seorang janda yang sudah berumur, bagiku dia adalah wanita yang sangat cantik. Waktu kami melakukan senggama tadi, kami berkhayal entah kemana. Reza memang hebat dalam permainannya.
Sebagai seorang yang tidak pernah merasakan kenikmatan persetubuhan dengan orang lain selain istriku, bagiku Reza betul-betul memberiku surga dunia. Aku terbaring lemas di sisi Reza. Mataku terpejam rapat seolah tidak ada tenaga untuk membukanya. Dalam hati aku puas karena dapat mengimbangi permainan ranjang Reza. Kulihat Reza tertidur di sebelahku. Dia mengaku puas sekali.
“Kamu memang hebat, penismu luar biasa..!”, katanya dengan nada meronta.
Anehnya, ketika aku merasa capek, Reza malah mengocokkan batang penisku. Suaranya mengiba-iba membangkitkan gairahku.
“Kau suka?”, tanyaku.
Dia tersenyum. Dia mengangguk tanda suka. Saat itu juga tanganku memegang buah dadanya. Tangannya mengocok terus penisku. Penisku tegang lagi. Kami jadi terangsang lagi.
“Kau mau lagi?”, tanyaku dengan suara manja.
Dia tersenyum manis. Apa yang kuimpikan kini benar-benar menjadi kenyataan. Perlahan-lahan kubuka selimutnya. Kulihat kaki Reza sudah mengejang. Sedikit demi sedikit terus kutarik selimutnya ke bawah.
Segunduk daging mulai terlihat. Uff.., detak jantungku kembali berdegup kencang. Kunikmati kembali tubuh Reza tanpa perlawanan. Gundukan bukit kecil yang bersih, dengan bulu-bulu tipis yang mulai tumbuh di sekelilingnya, tampak berkilat di depanku. Kurentangkan kedua kakinya hingga terlihat sebuah celah kecil di balik gundukan bukit Reza.
Kedua belahan bibir mungil kemaluannya kubuka. Melalui celah itu kulihat semua rahasia di dalamnya. Aku menelan air liurku sendiri sambil melihat kenikmatan yang telah menanti. Kudekatkan kepalaku untuk meneliti pemandangan yang lebih jelas.
Memang indah membangkitkan birahi.
Tak mampu aku menahan ledakan birahi yang menghambat nafasku. Segera kudekatkan mulutku sambil mengecup bibir kemaluan Reza dengan bibir dan lidahku.
Rakus sekali lidahku menjilati setiap bagian kemaluan Reza.
Terasa seperti tak ingin aku menyia-nyiakan kesempatan yang dihidangkannya. Setiap kali lidahku menekan keras ke bagian daging kecil yang menonjol di mulut vaginanya,
Reza mendesis dan mendesah keenakan.
Lidah dan bibirku menjilat dan mengecup perlahan. Beberapa kali kulihat dia mengejangkan kakinya. Aku tak peduli bau khas dari liang kemaluan Reza memenuhi relung hidungku. Malah membuat lidahku bergerak semakin menggila. Kutekan lidahku ke lubang kemaluan Reza yang kini sedikit terbuka. Rasanya ingin kumasukkan lebih dalam lagi, tapi tidak bisa.
Mungkin karena lidahku kurang keras. Tetapi, kelunakkan lidahku itu membuat Reza beberapa kali mengerang karena nikmat. Dalam keadaan sudah terangsang, kutarik tubuh Reza ke posisi menungging. Ia menuruti permintaanku dan bertanya dengan nada manja.
“Aku kau apakan, sayang?”, bisiknya.
Aku diam saja. Kuatur posisinya. Tangannya meremas sprei hingga kusut. Air mani Reza sudah membasahi kemaluannya. Kubuka pintu kemaluannya. Kulihat dan perhatikan dengan seksama. Memang aku tidak pernah melihat kemaluan wanita serapat itu.
Bau anyir dan bau air maniku bercampur dengan bau asli vagina Reza yang merangsang. Bau vagina seorang wanita! Jelas semua! Bulu kemaluan Reza yang lembab dan melekat berserakan di sekitar vaginanya. Kusibakkan sedikit untuk memberi ruang.
Kumasukkan jari telunjukku ke dalam lubang vaginanya. Kumain-mainkan di dalamnya. Kulihat Reza menggoyang punggungnya. Kucium dan kugigit daging kenyal punggungnya yang putih bersih itu. Kemudan kurangkul pinggangnya. Kumasukkan penisku ke liang vaginanya. Pinggang Reza seperti terhentak. Perlahan-lahan kutusukkan penisku yang besar panjang ke lubang vaginanya dengan posisi “doggy-style”.
Tusukanku semakin kencang. Nafsu syahwatku kembali sangat terangsang. Kali ini berkali-kali aku mendorong dan menarik penisku. Hentakanku memang kasar dan ganas. Kuraih pinggang Reza. Kemudian beralih ke buah dadanya. Kuremas-remas semauku, bebas. Rambutnya acak-acakan. Lama juga Reza menahan lampiasan nafsuku kali ini. Hampir setengah jam.
Tusukanku memang hebat. Kadang cepat, kadang pelan. Kudorong-dorong tubuh Reza. Dia melenguh. Dengusan dari hidungnya memanjang. Berkali-kali. Seperti orang terengah-engah kecapaian.
“Ehh.. ek, Ekh, Ekh.”
Akirnya aku merasakan air maniku hampir muntah lagi. Waktu itu kurangkul kedua bahu Reza sambil menusukkan penisku ke dalam. Tenggelam semuanya hingga ke pangkalnya. Waktu itulah kumuntahkan spermaku.
Kutarik lagi, dan kuhunjamkan lagi ke dalam. Tiga empat kali kugoyang seperti itu. Reza terlihat pasrah mengikuti hentakanku. Kemudian kupeluk tubuhnya walaupun penisku masih tertancap di dalam kemaluannya.
Kuelus-elus buah dadanya. Kudekati mukanya. Kami berciuman. Begitu lama hingga terasa penisku kembali normal. Reza sepertinya kelelahan. Keringat bercucuran di dahi kami. Kami telentang miring sambil berpelukan.
Reza terlihat lemas lalu tertidur. Melihat Reza begitu, dan hujan masih belum reda, birahiku bangkit kembali. Kurangkul tubuh Reza dan aku bermain sekali lagi. Tak terasa, kami berdua seperti bermandikan air mani. Setelah itu, kami terkapar berdua.
Ketika aku bangun hari sudah siang. Sekitar jam 12.00 aku buru-buru chek-out dan pulang ke KotaX. Ternyata Reza masih mau kencan lagi denganku. Tapi entah kapan waktunya, dia belum memastikan dan akupun belum memikirkannya.
“Kau memang lelaki KotaX tulen. Tenang-tenang menghanyutkan. Lemah lembut, tapi luar biasa dahsyat,” bisik Reza ketika mengantarku ke Stasiun Gambir.
Setelah kencan mesra di Jakarta tiga bulan lalu, Reza-janda 33 tahun asal Jakarta, sering kirm SMS mesra padaku. Katanya, dia merindukan sentuhanku. Sesungguhnya aku sangat ingin mengulangi kencan mesraku dulu. Tapi waktu tak memungkinkan.
Karena itu, aku harus putar otak agar ganti dia yang datang ke KotaX, tempat tinggalku. Bagaimanakah aku harus memaksanya datang ke KotaX? Aku harus cari akal.
Sekedar untuk diingat, aku mengenal Reza setelah menyimak daftar nomor HP wanita-wanita yang butuh teman kencan melalui SMS di internet. Awalnya aku hanya menyebar SMS perkenalan kepada sejumlah wanita.
Hasilnya, SMSku dapat jawaban dari seorang wanita 33 tahun asal Jakarta (sebut saja namanya Reza). Ketika bercakap-cakap denganku via telepon, semula dia merasa terkejut dan mengaku tak pernah mencari teman kencan pria lewat SMS.
Namun setelah berdialog beberapa saat, akhirnya dia mengakui bahwa dirinya adalah seorang wanita yang kesepian. Bahkan, dia malah memintaku datang ke Jakarta dan segala biaya akan dijamin. Tanpa pikir panjang, aku menyatakan siap. Dengan memanfaatkan sebuah kamar hotel berbintang, kami bisa saling memuaskan hingga beberapa ronde.
Sejak kencan pertama itulah, dia sering SMS dan memintaku datang ke Jakarta lagi. Sejujurnya, aku senang-senang saja melihat rintihannya, rengekannya, dan segala kemanjaannya. Namun, ketika aku ingin memenuhi permintaannya, aku tak bisa cuti dari kantor tempat kerjaku.
“Banyak pekerjaan yang belum kau selesaikan, kenapa harus cuti? Apa kau tak mau promosi jabatan?” tukas manajer personaliaku.
Peringatan manajer personaliaku itu membuatku benar-benar tak berani nekat bolos ke Jakarta. Karuan saja, hatiku gundah. Sementara Reza semakin gencar mengirmkan SMS-SMS rindunya.
“Ayu dong, say. Dahagaku rasanya sudah tak tertahan. Tegakah kau?”
Setelah beberapa hari merenung-renung, akhirnya aku punya ide. Aku rayu saja dia melalui email erotic. Ya, aku harus memaksanya datang kemari dengan rayuan-rayuan email eroticku.
Kiriman email pertamaku seperti ini isinya: Rezaku, sayang.. Kau tahu, jika aku bisa bertemu denganmu di kotaku, aku akan mengajakmu pergi tempat yang jauh dan menggairahkan jiwa. Akan kuajak kau ke tempat secret untuk berdua saja, biar aku bisa mereguk kemontokan tubuhmu.
Bila memang hubungan semacam itu yang kau cari, maka akan kubawa kau ke kamar yang gelap dan rahasia. Kemudian akan kumanjakan kau dengan jutaan rasa nikmat.
Setiap kali mengirim email, aku selalu mengimajinasikan pengalaman eroticku padanya. Seperti ini contohnya: Rezaku, jika kau datang padaku, aku akan melahirkan syurga-syurga baru untukmu. Kau tahu kan, awalnya pasti aku akan kuminta kau berbaring, melepas gaun, juga BHmu.
Selanjutnya akan kupijit-pijit lehermu, bahumu, pinggangmu, hingga pahamu dengan sentuhan selembut sutra. Kemudian akan kujamah gundukan daging kembar yang menghiasi dengan indahnya dadamu. Tapi diamlah, akan kubelai-belai payudaramu dengan jemariku, juga dengan lidahku secara bergantian.
Biarkan saja jika penisku menegang. Aku ingin membuat payudaramu menjadi kenyal sampai kau mendesis-desis. Dan, biarkan saja aku terpana melihat tubuhmu putih dan mulus. Biarkan saja kujilati leher jenjangmu.
Menggerinjallah bila kau memang ingin menggerinjal. Oh.. puting susumu mulai mengeras dan begitu menggelitik telapak tanganku. Segera kuelus-elus puting susu yang indah itu dengan telapak tanganku. (Oh.. kau tersentak menghadap ke atas sambil memejamkan matanya.)
Tapi tetaplah diam. Ibu jariku dan telunjukku akan memilin-milin puting susu sebelah kirimu. Kemudian aku ganti menyedot-nyedot puting susuMu. (Oh.. puting susumu semakin lama makin bertambah keras).
Setelah itu mulutku kini pindah merambah bukit membusung sebelah kanan. Apa yang kuperbuat pada belahan indah sebelah kiri tadi, kuperbuat pula pada yang sebelah kanan ini. Payudara sebelah kananmu tak luput menerima jelajahan mulutku dengan lidahnya yang bergerak-gerak dengan kukulum ujung payudaramu, lalu kujilati dan kugelitiki puting susumu yang tinggi.
Lidahku tetap tak henti-hentinya menjilati puting susumu yang sudah demikian kerasnya. Sementara itu tanganku mulai bergerak ke arah bawah. Kurenggangka pahamu pelan-2. Kulepas pula kain satu-satunya yang masih menutupi tubuhmu yang memang sintal itu. Dan akhirnya tubuh mulus guru sekolahku itu pun terhampar bugil di depanku, siap untuk kunikmati.
Tak ayal, jari tengahku mulai menjamah bibir vaginamu. Tenanglah, mendesahlah kalau ingin mendesah, akan kutelusuri sekujur permukaan bibir vagina itu secara melingkar berulang-ulang dengan lembutnya. (Oh.. payudaramu semakin membusung menjulang tinggi)
Ooohhm, penisku jadi berdenyur-denyut! Tapi jari tengahku mulai menjamah gundukan daging kecil berwarna kemerahan yang terletak di bibir vaginamu yang mulai dibasahi cairan-cairan bening. Mula-mula kuusap-usap daging kecil yang bernama klitoris ini dengan perlahan-lahan.
Lama-kelamaan kunaikkan temponya, sehingga usapan-usapan tersebut sekarang sudah menjadi gelitikan, bahkan tak lama kemudian bertambah lagi intensitasnya menjadi sentilan.
Hm, klitorimus makin bertambah merah akibat sentuhan jariku yang bagaikan sudah profesional, membuat tubuhmu semakin menggerinjal-gerinjal tak tentu arahnya. Tapi tetaplah tenang, aku akan menambah kecepatan gelitikanku pada klitorismu biar vaginamu dibanjiir cairan-cairan kenikmatan yang terus mengalir dari dalam lubang keramat yang masih sempit itu.Puas menjelajahi klitorismu, jari tengahku mulai merangsek masuk perlahan-lahan ke dalam vagina. Setahap demi setahap kumasukkan jariku ke dalam vaginanya. Mula-mula sebatas ruas jari yang pertama.
Kemudian perlahan-lahan jariku kutusukkan lebih dalam lagi.
Sementara lidahku mulai menjilati bibir vaginamu berputar-putar. Menjeritlah bila ingin menjerit, tapi lidahku akan terus mengkorek-korek semua permukaan kulit vaginamu dan tanganku akan terus mengosok-gosok klitorismu.
Tak lama kemudian, lidahku ganti menyedot-nyedot ujung klitorismu. Sedang tanganku ganti mengokrek liang vaginamu. (Oh.. kau mengerjap-ngerjap ketika klitorismu kusedot kuat-kuat dan jemariku menggosok liang vaginamu lebih cepat dan makin dalam lagi.)
Tenang saja, aku tidak akan menusukkan penisku ke dalam vaginamu. Aku hanya ingin membuatmu orgasme tanpa harus kusetubuhi dengan penisku.
Gosokan jariku ke dalam vaginamu makin kupercepat, terus-menerus, sambung-menyambung. Bahkan tambah lama bertambah tinggi temponya. Akibatnya, kau sanggup berbuat apa-apa lagi kecuali hanya menjerit-jerit tidak karuan.
Apalgi ketika lidahku menyedot isi klitorismu kuat-kuat dan senmakin kuat, kau seakan-akan terbang melayang sampai langit ketujuh. Matamu terpejam sementara tubuhmu bergetar dan menggelinjang keras. Tak lama kemudian kau mengejang dan ada cairan meleleh yang meleleh keluar dari vaginamu.
Dan itu membuatku terangsang. Ketika aku makin terangsang, akhirnya kugosok-gosok batang penisku itu dengan tanganku sendiri. Lama sekali, kemudian penisku kuarahkan ke payudaramu dan kujepit dengan kedua susu payudamu.
Setelah kugosok-gisikan penisku di bali jepitan kedua payu daramu. Makin lama, kugosok makin cepat dan semakin cepat. Hasilnya, cairan-cairan kental berwarna putih muncrat dari ujung penisku. Sebagian mengenai wajamu. Ada pula yang mengenai payudara dan bagian tubuhmu yang lain.
Singkat cerita, Reza jadi sering minta dikirimi email erotic. Tapi jika kebetulan aku tak bisa buka internet dia memaksaku untuk mengirimi SMS erotic.
“Ayo dong Say, Aku sedang in nih. Rasanya haus sekali vaginaku,” pinta suatu ketika, “Rayulah aku, cumbulah aku dengan SMS mesramu. Aku sudah siapkan penis electrik di sampingku. Ayoo, dong antar aku ke gunung panas biar terobati dahagaku.”
Aku tak kuasa menolak jika Reza meronta-ronta dan selalu mendesah-desah mengharapkan sentuhan asmaraku. Tidak bisa tidak, aku harus mengerahkan jari-jariku untuk pencet huruf demi huruf untuk memuaskan hasrat sex Reza.
“Kau mau kan,” rintih Reza di tengah malam melalui HPku.
“Oke, deh say,” jawabku. Dan tangankupun menari di atas HPku:
Begini kalimat pertama yang kukirim via SMS: Anggap saja aku sudah ada disampingmu. Kini berbaringlah. Biar kurobek saja ya gaunmu, kuserobot CDmu, dan kutindih tubuhmu
(Reza membalas SMS mesra. Katanya, dia sudah siap menerima dengan segala actionku)
Kemudian aku mengirim SMS lagi padanya: Oh.. puting susumu yang coklat itu, rasanya aku kutelan dengan lidahku, dan bibir vaginamu itu pun ingin kusedot dan jilat dengan lidahku yang dahaga ini (dia membalas dengan kalimat mendesah-desah haus dan manja: aku sudah menunggumu say.. jawabnya)
Aku segera membalasnya: Buka pahamu, say: jariku akan menari-nari di liang vaginamu. Dan biarkan lidah menggeliat-geliat di puting susumu: Apa yag kau rasa. Hmm putingmu sudah mengeras Say? Oh.. aku suka itu, aku kugigit pucuknya akan kugosok-godok dagingnya yang mengenyak-kenyal.
Mendesislah. Oh vaginamu sudah basah say? Mana buka pahamu lebar-lebar, akukan sedot cairannya dan kutelan sebagai obat dahaga.
(Reza membalas SMS, intinya dia sudah tak tahan)
Sekarang gantian kau yang mainkan aku, lihat cockku sudah tegang berdiri, kepalanya mengkilat berdenyut-denyut..
Ya say, hmm.. aku sudah tak sabar, jilatlah penisku dari ujung sampai pangkal. Gosok-gosok batangnya dengan lembut, tanganku akan tetap membelai-belai liang vaginamu biar makin licin.
Dia membalas SMS mesra dan sanggup menjilati penisku:
Oh.. ohh.. sst.. enak say, terus, gini saja kangkangi mukaku dengan 2 pahamu, biar lidahku mengkorek vaginamu, dan mulutmu teruslah menyedot penisku. Oke duduki saja mulutku dengan mulut vaginamu, biar clitorismu kusedot-sedot, tapi kau jangan diam ayo mainkan aku dong saayy.. Hhh..
(Reza membalas SMS, dia sangup melumat batang penisku danmengurut-urutnya dengan lidah)
Hmm.. kini aku sudah tak sabar, berbaringlah say, buka pahamu lebar-lebar, dan mana liang vaginamu, penisku sudah ingin menusuk-nusuknya, menggenjotnya, sampai kau meronta-ronta.
O, penisku susah masuk say, tolong bantuin pakai tangamu, tanganku akan terus memuntir-muntir susumu, kau sudah siap menerima penisku kan?
Ayo bantuin masukkan penisku dong, say.. Hhmm Yah bagus, enak gila oh.. ohh.. goyang terus say, penisku akan kusodok-sodok masuk ke vaginamu, maju mundur, oh.. kau mengerang say, merintih-rintih?
Aku terus bergoyang menyodok vaginamu, makin lama makin cepat, sementara tanganku terus memilin-milin putingmu kadang lidahku menyerobot putinmu dan kugigit-gigit.
Hm kau menggelinjang say? Oh.. cairanmu makin banyak, penisku basah kuyup, ah.. susumu makin membusung keras say dan desahanmu itu hmm..
Ah, kamu ganti tengkurap saja say, tapi angkat bokongmu, biar aku bisa menyodok vaginamu dari belakang,
Oke say, angkat bokongmu tinggi-tinggi, biar penisku bebas menyoodk vaginamu, mana lubangnya, eit sleep ohm, enak, sekarang aku bergerak maju mundur, kau mendesah-desah.
Sodokanku makin lama makin cepat dan buas, sementara tanganku memilin-milin puting susumu, (Apa yang kau rasa?)
AH, kini ganti kau yang di atas say, aku ingin lihat permainanmu, tenang saja, putung susumu akan ku buat terus menggelinjang. Ya, duduki saja penisku dengan bibir vaginamu, terus gosok-gosoklah dengan goyangan erotic plus ngebor gaya inul. Penisku pasti akan mengejangkanmu.
Tenang saja say, kalau mainmu dahsyat, aku pasti akan lebih dahsyat membuatmu tak berdaya, kini aku menunggu bentuk goyanganmu. Ohh.. indah sekali goyangmu SAY, hmm, tapi kau berbarig lagi saja, penisku akan menusuk vaginamu dari atas, ohh.. vaginamu sudah banjir?
Hanya dengan SMS-SMS semacam itulah, Reza mengaku bisa orgasme, tapi dengan bantuan penis elektric yang dia beli dari sexshop. Bahkan, kadang bukan hanya sekali saja orgasmenya, tapi sampai dua hingga tiga kali. Sedang SMS-SMSku dijadikan pengantar perangsang cairan vaginanya.
Bila vaginanya sudah basah oleh rayuan SMS erotic, Reza mengaku memainkan penis elketricnya dengan mata ditutup rapat kemudian membayangkan seolah-olah aku benar-benar hadir di sampingnya. Hmm sebuah perilaku yang menggemaskan bagiku.
Setelah sering kukirimi email erotic semacamitu, lama-lama Reza akhirnya sanggup datang ke kotaku. Aku senang sekali, berarti ada kesempatan untuk live in action bersama Reza, janda kembang super montok yang kukenal dari SMS erotic internet.
“Oke, deh aku datang. Tapi kau harus membuaskanku seribu tahun. Kalau tidak, Hmm, kau akan kumakan,” begitu gertak gemas Reza melalui teleponnya, kemarin.
Kini aku sudah tak sabar lagi menunggu kedatangannya.
The post Cerita Bokep Nikmatnya Tubuh Reza Janda Montokku appeared first on CeritaSeksBergambar.