Ketika aku lulus SD, Ayah bercerai dengan Mama, semenjak itu aku hanya tinggal dengan Mama dan Kakakku, Angga, yang harus berhenti kuliah karena Mama sudah tidak mampu membiayai kuliah. Sejak perceraian itu terjadi, Ayah kawin lagi dengan seorang wanita muda dan tinggal di Jakarta. Kak Angga sekarang bekerja di sebuah pabrik pengolahan kayu yang berjarak tak begitu jauh dari desa tempat tinggalku. Sementara Mama bekerja sebagai pembantu rumah tangga di rumah seorang juragan di desaku. Mama dan kakakku tidak pernah berada di rumah pada saat siang hari. Mereka sibuk dengan rutinitas pekerjaaannya masing-masing. Jadi, setiap pulang dari sekolah, aku hanya sendiri di rumah. Karena terbiasa sendiri itu, aku juga terbiasa dengan pekerjaan rumah seperti memasak dan mencuci pakaian.
Hari itu sepulang sekolah, aku langsung ke rumah tempat Mamaku kerja. rencananya mau minta izin langsung ke sekolah, karena sorenya ada kegiatan PRAMUKA di sekolah. Tetapi ku lihat dari luar, rumah tempat Mamaku bekerja sebagai pembantu itu terlihat sangat sepi. Pintu pagar memang terbuka, pintu depan tertutup dan sepertinya tidak ada suara orang di dalam rumah. Akhirnya, ku coba mengetuk pintu dan memanggil pemilik rumah.
“Juragan!” panggilku sambil mengetuk pintu depan. Beberapa kali ku coba mengetuk, tetapi tidak ada jawaban. Semula aku berpikir untuk pulang ke rumah, mungkin Mamaku pulang lebih cepat. Tetapi sebelum itu, aku mencoba menyisir jalan di samping rumah tersebut, siapa tahu pemilik rumah atau Mama mungkin sedang berada di belakang rumah.
Saat aku sedang menelusuri sisi rumah tempat Mamaku bekerja, aku mendengar suara seorang perempuan sedang mendesah dalam kamar yang berada di bagian bekang rumah. Aku penasaran dengan suara itu, akhirnya ku dekati sebuah jendela kaca dan mencoba melihat siapa yang ada di dalam kamar itu dan kenapa wanita itu mendesah.anganku.com
Alangkah terkejutnya diriku dengan apa yang ku lihat melalui jendela kamar tersebut. Pak Hermadi, Juragan pemilik rumah tempat Mamaku bekerja sebagai sebagai pembantu rumah tangga, sedang berbaring terlentang di atas tempat tidur tanpa sehelai pakaian pun. Sementara itu, duduk di atas perutnya seorang perempuan yang tidak lain adalah Mamaku sedang menggoyang-goyang pantat dan pinggulnya juga dalam keadaan bugil.
Melihat pemandangan yang tidak biasa itu, bibirku secara tidak sadar memanggil Mama. Pak Hermadi dan Mama terkejut mendengar suaraku dari balik jendela kamar. Mereka langsung menghentikan aktivitas mereka dan kembali mengenakan pakaian yang berhamburan di dalam kamar tidur itu. Aku yang masih belum mengerti, tentang apa yang mereka lakukan hanya terdiam melihat mereka mengenakan kembali satu-persatu pakaian mereka. Mama kemudian bergegas keluar dari kamar dan datang menemuiku di depan rumah.
“Kenapa kamu kesini, Sayang?” tanya Mamaku yang menyambutku di pintu depan rumah Pak Juragan.
“Ma! tadinya aku cuman mau minta izin, soalnya sore ini ada kegiatan PRAMUKA di sekolah. Aku ketok-ketok pintunya, nggak ada yang buka, makanya aku coba lihat ke belakang, siapa tahu Mama ada di belakang.”
“Ya, sudah..!! Kamu boleh langsung balik lagi ke sekolah. Tapi jangan kamu ceritakan pada siapa-siapa ya tentang apa yang kamu lihat hari ini, ya Sayang!” Kata Mama padaku, seraya memberikan uang 5ribuan kepadaku. Tiba-tiba di belakang Mama, Pak Juragan juga memberikan selembar uang 50ribu kepadaku, kemudian berkata kepadaku:anganku.com
“Ini, Bapak kasih uang jajan juga buat kamu!”
“Ah..! Tidak usah juragan!” kata Mamaku pada Pak Hermadi. Tetapi Pak Hermadi mendekatiku dan berdiri di sampingku sambil memasukkan uang tersebut ke saku baju seragam PRAMUKA yang ku kenakan. Entah sengaja atau tidak, ia sempat menyentuh payudaraku yang baru tumbuh, sambil membisikkan di telingaku:
“Bapak akan memberikan 2x lipat, jika besok kamu mau kesini dan melakukan seperti yang dilakukan Mamamu pada Bapak.”
Mendengar permintaan Juragan yang dibisikkan ke telingaku itu, tiba-tiba Mama menjawab:
“Jangan Juragan! Ridhya masih terlalu muda! Jangan hancurkan masa depannya Juragan..!!”
Aku yang tidak mengerti dengan apa yang mereka bicarakan, hanya mengiyakan dan beranjak meninggalkan Mama dan Juragan yang masih berada di depan rumah. Meskipun tersimpan sejuta pertanyaan dalam benakku tentang apa yang baru saja ku lihat antara Mama dan Juragan, tetapi tidak begitu perduli. Hal yang membebaniku adalah, kenapa aku harus merahasiakan apa yang mereka lakukan di dalam kamar tersebut.
*****************
Rasa penasaran tentang apa yang hari itu ku lihat, membuatku merasa benar-benar ingin tahu. Awalnya, aku ingin mencoba bertanya pada Kak Angga, tetapi aku ingat bahwa Mama melarangku untuk menceritakan pada siapapun, jadi niat itu ku urungkan. Pak Hermadi juga menawariku uang jajan 2x lipat jika aku mau melakukan apa yang dilakukan Mama terhadapnya. Entah apa yang harus ku lakukan, tetapi jelas tawaran Juragan sangat menggiurkan bagiku.
Malam itu, sekitar pukul 22.00, dari kamarku ku dengar Kak Angga mematikan TV dan kembali ke kamarnya untuk beristirahat, karena besok ia akan kembali bekerja. Sementara aku dan Mama sudah sejak tadi berada di kamar kami masing-masing. Karena rasa penasaran atas pertanyaan yang tak terjawab, beberapa saat setelah Kak Angga masuk ke kamarnya, aku keluar dari kamarku menuju kamar Mama. ku ketok kamar Mama dengan perlahan, karena berharap Kak Angga tidak mengetahui rahasia antara aku dan Mama. Dengan suara sedikit berbisik, ku panggil Mamaku dari depan pintu kamarnya. Ku dengar Mama berjalan melangkah ke depan pintu dan kemudian membuka pintu kamar.
“Ridhya!” Kata Mamaku yang terkejut saat melihatku ada di epan kamarnya. Bersamaan dengan itu, aku juga sangat terkejut dan terperangah, karena saat membukakan pintu kamarnya, Mama tidak mengenakan sehelai kain pun untuk menutupi tubuhnya. Dalam keadaan sama-sama terkejut itu, Mama kemudian menarikku ke dalam kamar dan menutup pintu kamarnya.anganku.com
“Kenapa kamu kesini, Sayang?” Tanya Mama.
“Aku hanya mau tanya, kenapa Ridhya harus merahasiakan yg terjadi di rumah juragan? Memangnya ada apa sih, Ma?” Tanyaku pada Mama karena saat itu aku benar-benar tidak mengerti dan sangat penasaran. Mama terdiam menatapku selama beberapa saat. Kemudian dia berkata kepaaku.
“Sayang! semakin kamu mengerti tentang masalah orang dewasa, maka akan semakin banyak rahasia yang harus kamu jaga.”
“Ma! Jika memang harus begitu, Ridhya siap, Ma! Ridhya hanya pingin tahu aja kok, Ma!”
“Sayang! kamu masih terlalu muda untuk mengerti masalah ini.”
“Ridhya kan sudah SMP, Ma! kalau Mama terus menyuruh Ridhya merahasiakan ini, siapa yang akan menjawab pertanyaan Ridhya.?” Mama kembali terdiam menatapku. Sepertinya ia tidak tahu harus menjawab apa lagi untuk mengelak dari pertanyaanku. Dengan pandangan tajam dan jauh ke dalam mataku, kemudian Mama menjawab.
“Jika kamu memang siap, Baiklah! Mama akan jelaskan padamu…!! Tunggu di sini dan lepaskan seluruh pakaianmu..!!” setelah mengatakan itu, Mama keluar dari kamarnya tetap dengan tubuh bugilnya dan meninggalkanku sendiri dalam kamarnya. Seperti apa yang dia perintahkan, kulepaskan seluruh pakaianku hingga seluruh tubuh kecilku bugil tanpa busana. Aku semakin penasaran, seperti apa jawaban yang akan ku dengarkan, apakah aku benar-benar sudah siap dengan konsekuensi yang Mama berikan.
*************
Tak berapa lama, pintu kamar Mamaku kembali terbuka, kemudian ku lihat Mama masuk ke dalam kamar, tetapi aku terkejut, karena Kak Angga berjalan di belakangnya juga tanpa mengenakan sehelai pakaian pun.
“Kak Angga!” kataku dengan nada terkejut.
“Ridhya!” Kak Angga pun terkejut melihatku ada di kamar Mama dalam keadaan telanjang bulat. Kak Angga menatap ke arah Mama, lalu berkata, “Ma! Kenapa Ridhya ada di kamar Mama?”
“Biarkan saja! Malam ini biarkan adikmu menjadi wanita dewasa…” Jawab Mama sambil menarik tanganku dan membimbingku naik ke atas tempat tidurnya. Dalam keadaan tidak mengerti tentang apa yang aku lihat, Aku duduk di atas tempat tidur Mama, sementara itu Mama membaringkan tubuhnya di atas tempat tidurnya itu, kemudian berkata pada Kak Angga:
“Sayang! Cepat lakukan seperti biasa!” Aku benar-benar tak mengerti, mengapa Mama mengatakan itu pada Kak Angga. Apakah ini hal yang biasa bagi mereka orang-orang dewasa? Selain aku yang hanya terdiam melihat Mama yang telah terbaring dengan kedua pahanya mengangkang, Kak Angga juga terlihat bingung. Sepertinya dia tidak tahu harus melakukan apa. Mama kembali menatap Kak Angga, lalu berkata:
“Angga! Ayo..!! Biarkan adikmu melihat apa yang ingin dia ketahui…!!”
Dengan ragu-ragu Kak Angga melangkah mendekati Mama dan dengan perlahan ia mendekatkan wajahnya ke selangkangan Mama lalu menjilati belahan vagina Mama yang ditumbuhi bulu hitam yang sangat lebat. Apa maksud Mama menunjukkan ini terhadapku masih belum bisa ku mengerti. Aku hanya terdiam dan terus mengamati Kak Angga yang terus menjilati vagina Mama. Sementara Mama mulai mendesah dengan irama nafas yang semakin cepat, seperti merasakan sesuatu yang sangat nikmat.
Tak lama kemudian, Kak Angga naik ke atas tempat tidur Mama dan memposisikan tubuhnya di antara paha Mama. Saat Kak Angga mulai naik ke tempat tidur Mama, aku terbelalak. Ini pertama kali aku melihat kemaluan laki-laki yang terlihat begitu keras, besar dan panjang mengacung tegak menatap langit. Aku tidak pernah mengetahui bahwa ternyata alat kelamin laki-laki bisa keras seperti itu.
Kak Angga kemudian mengarahkan kepala kemaluannya ke belahan vagina Mama dengan tangannya dan kemudian mendorong pantatnya dengan perlahan hingga akhirnya batang kemaluan Kakak tenggelam dalam lobang kemaluan Mama. Melihat apa yang ada di depan mataku, tanpa sadar tanganku menyentuh vaginaku dan membayangkan kemaluan bisa masuk dalam lobang vaginaku yang kecil.anganku.com
Dalam keterpukauanku melihat pemandangan yang tidak pernah aku saksikan sebelumnya, tiba-tiba tangan Mama menyentuh vaginaku dan memainkan jari tengahnya di permukaan belahan vaginaku. Aku berusaha tetap diam dan merasakan. Mungkin ini cara Mama menjawab pertanyaan-pertanyaanku. Mama terus menyentuh vaginaku hingga semakin lama, semakin dapat ku rasakan semacam sensasi alamiyah yang tidak pernah ku rasakan sebelumnya. Ada kenikmatan yang tidak bisa ku ungkapkan dalam bentuk kata-kata, kemikmatan yang mampu membuat jantungku berdetak kencang dan membuat darahku berdesir kencang. Tanpa sadar, aku larut dalam kenikmatan itu. Mataku terpejam, seolah tidak lagi ingin mengetahui apa yang dilakukan Kak Angga terhadap Mama.
Beberapa saat kemudian, Mama berhenti menyentuh vaginaku. Ia berbalik dalam posisi menungging dan membuka selangkanganku. Kali ini Mama melakukan apa yang dilakukan Kak Angga terhadapnya tadi, yaitu menjilati belahan vaginaku. Karena posisi yang tidak begitu pas, maka Mama menarik tubuhku sehingga aku tidak lagi dalam posisi duduk sempurna, tetapi berbaring mengangkang dengan tubuh yang masih di tobang oleh kedua lenganku. Dalam posisi seperti itu, dapat ku lihat Kak Angga kembali mengambil posisi di belakang Mama yang sedang menungging. Ia kembali mengarahkan kemaluannya yang terlihat sangat keras ke lobang vagina Mama dan memasukkannya. Ku lihat Kak Angga sangat menikmati saat batang penisnya keluar masuk vagina Mama.
Sementara itu, permainan lidah Mama di belahan vaginaku juga benar-benar membuatku merasakan nikmat yang luar biasa. Seluruh syaraf di tubuhnya rasanya tertarik ke vaginaku. Aku tak kuasa tuk diam. Sensasi lidah Mama membuat seluruh tubuhku mengejang. Hingga akhirnya aku merasa pipis dan seluruh tubuh menjadi lemas. Melihat aku seperti itu, Mama menghentikan jilatannya. Dia bergerak mendekatiku, sehingga kemaluan Kak Angga yang masih sangat tegang itu keluar dari lobang Vagina Mama. Mama berbaring disampingku dan berkata:
“Sayang! itulah rahasia orang dewasa… Meski kamu terlalu dini untuk mengenalnya, tetapi Mama yakin, kamu bisa mengerti bahwa itulah kebiasaan orang dewasa yang tidak bisa mereka tinggalkan…”
Aku yang kelelahan terbaring di samping Mama. Mama juga terlihat sangat lelah dengan apa yang baru saja kami lakukan dalam kamar itu. Sementara Kak Angga masih terduduk di atas tempat tidur Mama sambil memegang batang kemaluannya yang masih tegak berdiri. Kak Angga kemudian juga berbaring di belakang Mama sambil kembali memasukkan batang kemaluannya ke lobang vagina Mama dari belakang dalam posisi Miring. Dapat ku lihat dengan jelas, lobang vagina Mama terbuka lebar karena dimasuki oleh penis Kak Angga. Bibir vagian Mama juga bergerak mengikuti keluar masukknya kemaluan Kak Angga di vagina Mama.
Sambil meremas-remas payudara Mama yang besar, Kak Angga terus menggenjot lobang vagina Mama. Dalam posisi Mama yang masih terbaring miring menghadapku, ku lihat Mama terpejam merasakan permainan Kak Angga. Aku yang telah terkulai di hadapan Mama sambil terus menyaksikan pemandangan orang dewasa, kembali berpikir, seperti apa kenikmatan yang dirasakan saat penis masuk dalam lobang vagina.
Dengan membawa rasa penasaran yang besar, ku beranikan diri menyentuh kemaluan kakakku yang masih keluar masuk di lobang vagina Mama. Dapat ku rasakan batang kemaluan kakak yang masah oleh cairan vagina Mama. Mungkin cairan itulah yang membuat kemaluan laki-laki bisa dengan mudah keluar masuk di lobang vagina yang sempit, pikirku…
Masih dalam posisi miring tersebut, tiba-tiba Kak Angga berbisik di telinga Mama:
“Ma! Boleh nggak Angga maen sama Rithya?” Mendengar bisikan Kak Angga itu, aku sangat senang, karena aku juga berkesempatan merasakan seperti apa kenikmatan yang Mama rasakan saat lobang vaginanya yang basah ditusuk oleh kemaluan laki-laki.
“Belum boleh! dia baru 13 tahun, masih terlalu kecil untuk menjadi orang dewasa…” Jawab Mama. Mendengar jawaban Mama itu, aku merasa sedih dan hanya terdiam dalam rasa penasaran dan membayangkan kenikmatan yang mereka rasakan.
Akhirnya, permianan mereka berakhir ketika Mama terlihat mengejang dan meminta Angga mengeluarkan penisnya dari vagina Mama. Ku lihat batang penis Kak Angga masih tegak berdiri, dan sepertinya ia masih ingin menggenjot lobang vagina Mama. Tetapi sepertinya Mama benar-benar kelelahan atau mungkin juga Mama telah mencapai puncak kenikmatan. Mama kemudian memelukku dan berkata padaku:
“Sayang! Sekarang kamu sudah mengetahui semua rahasia kehidupan orang dewasa. Suatu saat nanti, kamu juga akan merasakan bagaimana seorang laki-laki atau perempuan tidak bisa menahan diri untuk melakukan ini…” Aku dan Kak Angga hanya terdiam dan mengangguk mendengar perkataan Mama itu….
Aku yakin Kak Angga masih menginginkan melakukan hubungan seks dengan Mama saat kami kembali ke kamar kami masing-masing, tetapi ia tidak mau memaksa Mama yang sudah terlihat lelah dan terpuaskan….
Betul saja kata Mama, semakin aku tahu, maka semakin banyak ingin ku ketahui lagi. Kenapa Kak Angga seperti tidak pernah mencapai puncak kepuasan? Apakah memang begitu seharusnya? Tugas laki-laki hanyalah untuk memuaskan perempuan dalam hubungan seks? Pertanyaan-pertanyaan itu kembali memenuhi benakku, sehingga aku berpikir untuk mencari jawabannya dari Kak Angga.
Posisi kamarku memang lebih dekat dengan kamar Mama daripada kamar Kak Angga yang berada paling depan. Saat berada di depan kamarku, aku berpikir untuk tidak kembali ke kamar, tetapi mengikuti Kak Angga ke kamarnya. Ku lihat Kak Angga berjalan menuju kamarnya dan berniat membuka pintu kamarnya. Aku masih ragu, apakah pertanyaan dalam beakku ini harus ku tanyakan sekarang, atau nanti saja menunggu waktu yang tepat. Dalam kebingungan itu, aku dituntut untuk berpikir cepat dalam memutuskan, sebelum Kak Angga masuk dan mengunci pintu kamarnya. Ku lihat Kak Angga mulai melangkah masuk ke dalam kamar dan menutup pintu kamarnya. Dalam keadaan yang sangat mendesak itu, akhirnya aku memutuskan untuk mengikuti Kak Angga ke kamarnya, tanpa sepengetahuan Mama.anganku.com
Aku berlari kecil menuju pintu kamar Kak Angga yang baru saja tertutup. Dalam pikirku, aku harus masuk ke dalam kamar Kak Angga sebelum pintu itu terkunci. Dengan sedikit bergegas, ku raih gagang pintu kamar Kak Angga dan langsung ku buka. Aku beruntung, Kak Angga masih berada di balik pintu, dan hampir mengunci kamarnya. Melihat pintu kamar yang kembali ku buka dari muka, membuat Kak Angga terkejut.
“Ridhya!” Tanpa menghiraukan keterkejutan Kakakku, pintu kamar Kak Angga kembali ku tutup dan langsung ku kunci dari dalam. Setelah itu aku berbalik menghadap tubuh Kak Angga yang masih telanjang. Ku tatap batang kemaluannya yang mulai melemas terjuntai.
“Kak! lakukan denganku!” Pintaku sambil menarik kedua tangan Kak Angga.
“Tapi Mama tidak membolehkan, Dhya!”
“Ini rahasia kita, Kak! Mama nggak perlu tahu…”
Mendengar tawaran yang berbau permintaanku, akhirnya Kak Angga menerima tanpa berpikir terlalu lama, karena aku yakin Kak Angga masih belum mencapai kepuasan saat melakukan hubungan seks dengan Mama. Dengan sedikit senyuman kecil di bibirku, ku tarik lengan Kak Angga, dan ku baringkan tubuhku di tempat tidur Kak Angga seperti yang ku lihat Mama lakukan. Aku berbaring dengan paha mengangkang. Kak Angga yang sepertinya juga masih sangat bernafsu melakukan hubungan itu, langsung mengambil posisi. Ia duduk di lantai kamar dan mengarahkan wajahnya ke selangkanganku, lalu dengan lembut menjilati belahan vaginaku.
Kembali ku rasakan sensasi saat Mama menjilati vaginaku. Tetapi kali ini dilakukan oleh Kak Angga. Kali ini ada hal yang berbeda dengan yang ku rasakan sebelumnya, karena kali ini, selain merasakan lidah yang memainkan belahan vaginaku, aku juga merasakan sensasi lain saat kedua tangan Kak Angga meremas-remas payudaraku yang baru mulai tumbuh. Aku mulai menemukan alasan, mengapa Mama mendesah saat bagian-bagian tubuhnya disentuh oleh laki-laki, karena aku sendiri tidak bisa menahan desahan yang keluar secara tidak sadar dari bibirku.
Tak berapa lama, Kak Angga berdiri dan sepertinya moment yang aku tunggu akan segera terjadi. Saat Kak Angga berdiri, aku bisa melihat batang penisnya yang panjang dan besar berdiri tegak mengacung. Tanpa pikir panjang, tangan Kak Angga memegang batang penisnya dan mengarahkan kepala penisnya ke belahan vaginaku yang saat itu masih ditumbuhi oleh bulu-buku kecil. Kak Angga memainkan kepala penisnya di belahan vaginaku, luar biasa rasanya saat kepala penis Kakak menyentuh clitorisku.
Kak Angga mencoba naik ke atas ranjangnya dengan tetap pada posisi mengarahkan ujung penisnya ke belahan sempit di selangkanganku. Dengan posisi tiarap bertopang tangan, Kak Angga mencoba memasukkan penisnya ke dalam lobang vaginaku. Dapat ku rasakan kepala penis Kak Angga memaksa masuk ke lobang vaginaku. Aku hanya diam karena tak tahu harus berbuat apa. Aku hanya ingin tahu bagaimana rasanya saat penis seorang pria menerobos masuk ke dalam lobang vagina.
Kak Angga terus mencoba menekan pantatnya agar batang penisnya bisa masuk sempurna ke dalam vaginaku. Memang tidak terasa sakit bagiku, tetapi sepertinya lobang vaginaku memang masih terlalu sempit untuk menerima ukuran penis orang dewasa. Namun demikian, aku tetap membiarkan Kakak berusaha memasukkan penisnya ke lobang vaginaku. Kak Angga menatapku dengan birahi yang terbalut rasa kasihan. Ia kemudian merebahkan tubuhnya di atas tubuhku dengan penis berada di sela pahaku yang terkangkang.
“Sakit, Dhya!?” bisiknya di telingaku.
“Tidak, Kak!” Jawabku singkat.
“Dhya! punyamu sempit sekali…”
“Iya juga sih..!! Tapi apa bukan karena punya Kakak yg terlalu besar, Kak?”
“Nggak juga…!! Kakak coba lebih keras, nggak apa-apa kan?
“Paksa aja, Kak! Ridhya nggak merasa sakit kok…”
Kakak kembali mengambil posisi dan mengarahkan kepala penisnya ke lobang vaginaku. Aku juga berusaha mengangkang selebarnya agar batang penis Kakak bisa masuk lebih mudah ke dalam vaginaku. Dapat ku rasakan kepala penis Kak Angga kembali memaksa masuk ke dalam lobang vaginaku yang sempit. Ia berusaha menekan lebih keras agar penisnya bisa masuk. Hingga akhirnya, ia berhasil memasukkan kepala penisnya masuk dalam vaginaku. Memang kepala penis Kak Angga benar-benar terasa sesak dalam dalam vaginaku. Bagaimana jika seluruh panjang penis Kakak itu masuk sempurna, seperti apa rasanya.
Kak Angga kembali menarik kepala penisnya sedikit keluar, lalu memasukkannya kembali dengan tekanan yang lebih kuat, sehingga dapat ku rasakan sedikit demi sedikit batang penis Kak Angga mulai memenuhi rongga sempit dalam vaginaku. Kak Angga terus berusaha memasukkan penisnya dengan menarik dan menekan pantatnya, hingga akhirnya seluruh batang penis yang besar dan panjang itu berhasil masuk sempurna dalam lobang vaginaku. Dapat ku rasakan rongga vaginaku terisi sesak dengan penis Kak Angga.anganku.com
Dalam posisi penis yang telah tenggelam sempurna, Kak Angga merebahkan tubuhnya di atas tubuhku selama beberapa saat. Ku dengar ia berbisik di telingaku:
“Huuh..!! nikmat sekali, Dhya! punya kakak bisa langsung keluar kalau dijepit erat begini….” Mendengar kata-kata Kak Angga, aku jadi bingung. Apa maksud dari kata “keluar” yang dia ucapkan.
“Keluar apanya, Kak?” Tanyaku penasaran.
“Ya, nanti kamu akan tahu sendiri… Kakak mulai, ya?” Aku semakin penasaran dengan jawaban Kakak. ditambah lagi Kak Angga mengatakan kata “Mulai”. Dalam pikiranku, bukankah Kakak telah berhasil memasukkan penisnya ke dalam vaginaku? Dalam bingung, aku diam saja dan membiarkan Kakak kembali menegakkan tangannya, dan selanjutnya ia menarik batang penisnya yang telah tenggelam sempurna dalam vaginaku, lalu menekannya masuk kembali.
Kakak terus melakukan itu dengan perlahan terhadapku, sehingga dapat ku rasakan gesekan antara batang penis Kak Angga dengan dinding rongga vaginaku, yang menghasilkan sensasi baru yang belum pernah ku rasakan. Semakin lama gerakan Kak Angga memainkan penisnya keluar masuk di lobang vaginaku semakin cepat, sehingga sensasi kenikmatan itu semakin terasa. Tidak ada rasa sakit sama sekali yang ku rasakan, meskipun sebenarnya lobang vaginaku terasa sangat sesak dengan masukknya batang penis Kakak. Yang terasa hanya sensasi kenikmatan yang tidak bisa aku ungkapkan.
Gerakan penis Kak Angga semakin cepat mengobok-obok lobang vaginaku yang terasa sangat becek, hingga akhirnya tubuhku mengejang seirama dengan ada rasa sesuatu yang ingin menyembur keluar dari dalam vaginaku yang terisi sesak oleh penis Kak Angga. Desah di bibirku tak bisa ku tahan lagi, aku merasa seperti benar-benar ingin pipis, hingga tak seberapa lama kemudian tubuhku melemas.
Lalu tiba-tiba Kak Angga mengeluarkan penisnya dari lobang vaginaku dan mengarahkannya ke permukaan perutku, kemudian tiba-tiba cairan putih susu yang kental menyemprot deras dari ujung penis Kak Angga. Beberapa kali semburan itu mengotori permukaan perut dan dadaku, hingga akhirnya penis Kak Angga terlihat melemas dan mengecil. Kak Angga juga terlihat terhengal kelelahan lalu menghempaskan tubuhnya di sisiku.
“Kak! ini diapa’in?” tanyaku pada Kak Angga tentang cairan putih di atas perutku. Kak Angga menatapku dengan senyum kecil di bibirnya.
“Itulah yang Kakak maksud dengan “Keluar”, Dhya! Kata kakak dengan nada sedikit mengejek sekaligus memberitahuku.
“Maksud Kakak?”
“Iya..!! Cowok itu ya, kalau udah keluar sperma baru lemas…”
“Ini sperma, ya Kak?”
“Iya…!! Tuh di atas meja Kakak ada tissue… bersihin sendiri…” Kata Kak Angga. Aku pun bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju meja untuk mengambil tissue dan membersihkan air semburan dari penis Kakak yang ternyata namanya sperma….
*********************
Saat matahari mulai bangkit dari peraduannya, aku terbangun karena aku merasa ada sesuatu yang merayap di selangkanganku. Dengan setengah terkejut, ternyata itu lidah Kakak yang kembali menggodaku untuk kembali melakukan hubungan seks. Tanpa penolakan sedikitpun, ajakan Kakak itu bersambut, karena ada rasa nikmat yang sangat besar yang selalu ingin ku rasakan. Bahkan dalam dinginnya suasana subuh, aku merasakan adanya kenikmatan yang lebih sensasional, karena vaginaku aku juga sudah mulai terbiasa dengan penis berukuran lebih besar dari kapasitas rongga vaginaku….
The post Cerita Dewasa Bergambar Ketika Aku SD Udah Kenal Sex appeared first on CeritaSeksBergambar.