Saat itu langit begitu gelap, tapi aku merasa sangat kelaparan karena tidak ada makanan sama sekali di rumah dan aku berencana untuk membeli pizza dan agar dikirim ke rumah, karena aku juga sedang merasa malas untuk keluar rumah. Inilah awal mula terjadinya cerita seks dengan delivery boy yang tampan. Sebelum cerita ini kulanjutkan, perkenalkan namaku Sinta, umurku saat ini 23 tahun dan kesibukanku saat ini adalah menjadi seorang mahasiswi di sebuah universitas swasta yang ada di Jakarta.
Setelah aku telepon dan pesan jenis Pizza yang kuinginkan, sekitar 20 menit kemudian pizza pun datang, dan yang mengantarnya kira2 berumur 30 tahunan lah, meskipun sudah terbilang tidak muda lagi namun si Bapak ini memiliki wajah yang cukup tampan dengan badan atletis yang bidang. Membuatku terpesona untuk sesaat.
“Permisi.. Ini pesanan pizza’nya non…”
“Oh yaa pak.. Masuk saja…”
Beberapa menit kemudian hujan turun dengan derasnya, lalu ak suruh bapak itu untuk beristirahat sebentar.
“Minum Pak..” tawarku lalu aku duduk di depannya dengan menyilangkan kaki kananku sehingga pahaku yang jenjang dan putih itu makin terlihat. anganku.com
Nuansa mesum mulai terasa di ruang tamuku yang nyaman itu. Dia berbincang-bincang denganku, topik yang dibahas pun bermacam sekitar masalah anak muda, seperti kuliah, hoby, keluarga, dan lain-lain, tapi matanya terus menelanjangiku. Memang saat itu aku baru selesai berolah raga di rumah.
“Non kecapekan yaa..kok badannya lemes banget..?”
“Iya nih Pak , biasa kan cewek kan harus jaga badan lah, cuma sekarang jadi pegel banget nih, pengen dipijat rasanya, bapak bisa bantu pijitin ga..?” godaku sambil mengurut-ngurut paha.
Tanpa diminta lagi dia segera bangkit berdiri dan pindah ke sebelahku, waktu berdiri kuperhatikan ia melihat putingku yang menonjol dari balik kausku, juga kulihat kemaluannya ngaceng berat membuatku tidak sabar mengenggam benda itu.
“Mari Non, kesinikan kakinya biar bapak pijat”
Aku lalu merubah posisi dudukku menjadi menyamping dan menjulurkan kakiku ke arahnya. Dia mulai mengurut paha hingga betisku. Uuuhh…pijatannya benar-benar enak, telapak tangannya yang kasar itu membelai pahaku yang putih mulus membangkitkan birahiku. Akupun mendesah-desah sambil menggigit bibir bawahku.
“Pijatan bapak enak ya Non ?” tanyanya
“Iya Pak, terus dong…enak….emmhh !” aku terus mendesah membangakitkan nafsu bapak tersebut, desahanku kadang kusertai dengan geliat tubuh.
Dia semakin berani mengelus paha dalamku, bahkan menyentuh pangakal pahaku dan meremasnya.
“Enngghh…Pak !” desahku lebih kuat lagi ketika kurasakan jari-jarinya mengelusi bagian itu. Tubuhku makin menggelinjang sehingga nafsu bapak pun semakin naik dan tidak terbendung lagi. Celana sportku dipelorotkannya beserta celana dalamku.
“Aaww…!” aku berlagak kaget sambil menutupi kemaluanku dengan telapak tanganku. Melihat reaksiku yang malu-malu kucing ini dia makin gemas saja, ditariknya celanaku yang sudah tertarik hingga lutut itu lalu dilemparnya ke belakang, tanganku yang menutupi kemaluan juga dibukanya sehingga kemaluanku yang berambut lebat itu tampak olehnya, klitorisku yang merah merekah dan sudah becek siap dimasuki. Si Bapak pun tertegun beberapa saat memandangiku yang sudah bugil bagian bawah itu.
Dia mulai melepas kemejanya sehingga aku dapat melihat perutnya yang berlemak dan dadanya yang berbulu itu. Lalu dia membuka sabuk dan celananya sehingga benda dibaliknya kini dapat mengacung dengan gagah dan tegak. Aku menatap takjub pada organ tubuh itu, begitu besar dan berurat aku sudah tidak sabar lagi menggenggam dan mengulumnya.begitu membuka pahaku lalu membenamkan kepalanya di situ sehingga selangakanganku tepat menghadap ke mukanya.
“Hhmm…wangi…. Pasti non rajin merawat diri yah” godanya waktu menghirup kemaluanku yang kurawat dengan apik dengan sabun pembersih wanita.
Sesaat kemudian kurasakan benda yang lunak dan basah menggelitik kemaluanku, oohh…lidahnya menjilati klitorisku, terkadang menyeruak ke dalam menjilati dinding kemaluanku. Lidah tebal dan kumisnya itu terasa menggelitik bagiku, aku benar-benar merasa geli di sana sehingga mendesah tak tertahan sambil meremasi rambutnya. Kedua tangannya menyusup ke bawah bajuku dan mulai meremas buah dadaku, jari-jarinya yang besar bermain dengan liar disana, memencet putingaku dan memelintirnya hingga benda itu terasa makin mengeras.
“Pak…oohh..saya juga mau…pak !” desahku tak tahan lagi ingin mengulum kemaluan itu.
“Kalau begitu bapak di bawah saja ya non” katanya sambil mengatur posisi kami sedemikian rupa menjadi gaya 69
Aku naik ke wajahnya dan membungkukkan tubuhku, kuraih benda kesukaanku itu, dalam genggamanku kukocok perlahan sambil menjilatinya. Kugerakkan lidahku menelusuri pelosok batang itu, buah zakarnya kuemut sejenak, lalu jilatanku naik lagi ke ujungnya dimana aku mulai membuka mulut siap menelannya. Oohh…batang itu begitu gemuk dan berdiameter lebar persis seperti tubuh pemiliknya, sehingga akupun harus membuka mulutku selebar-lebarnya agar bisa mamasukkannya.
Aku mulai mengisapnya dan memijati buah zakarnya dengan tanganku. bapakpun mendesah-desah enak menikmati permainanku, sementara aku juga merasa geli di bawah sana, kurasakan ada gerakan memutar-mutar di dalam liang kemaluanku oleh jarinya, jari-jari lain dari tangan yang sama mengelus-elus clhitoris dan bibir kemaluanku, bukan itu saja, lidahnya juga turut menjilati baik anus maupun kemaluanku. Sungguh suatu sensasi yang hebat sekali sampai pinggulku turut bergoyang menikmatinya, juga semakin bersemangat mengulum kemaluannya.
Selama 10 menitan kami menikmatinya.aku malahan makin hebat mengocok dan mengisap kemaluan itu sampai dia susah payah menahan geraman nikmatnya karena masih harus terus melayani pembicaraan. Akhirnya muncratlah cairan putih itu di mulutku yang langsung saya minum seperti kehausan, cairan yang menempel di kemaluannya juga saya jilati sampai tak bersisa. anganku.com
Jari tengah dan telunjuknya menyeruak dan mengorek-ngorek kemaluanku, aku meringis ketika merasakan jari-jari itu bergerak semakin cepat mempermainkan nafsuku. Bapakpun menurunkan kaos tanpa lenganku dari bahu dan meloloskannya lewat lengan kananku, sehingga kini payudara kananku yang putih montok itu tersembul keluar. Dengan penuh nafsu langsung dia lumat benda itu dengan mulutnya.
Aku menjerit kecil waktu dia menggigit putingaku dan juga mengisapnya kuat-kuat, bulatan mungil itu serasa makin menegang saja. Dia membuka mulutnya lebar-lebar berusaha memasukkan seluruh payudaraku ke mulutnya, di dalam mulutnya payudaraku disedot, dikulum, dan dijilat, rasanya seperti mau dimakan saja milikku itu.
Sementara selangakanganku makin basah oleh permainan jarinya, jari-jari itu menusuk makin cepat dan dalam saja. Hingga suatu saat birahiku terasa sudah di puncak, mengucurlah cairan cintaku dengan deras. Aku mengatupkan pahaku menahan rasa geli di bawahku sehingga tangannya terhimpit diantara kedua paha mulusku.
Setelah dia cabut tangannya dari kemaluanku, nampak jari-jarinya sudah belepotan oleh cairan bening yang kukeluarkan. Dia jilati cairanku dijarinya itu, aku juga ikutan menjilati jarinya merasakan cairan cintaku sendiri. Kemudian dia cucukkan lagi tangannya ke kemaluanku, kali ini dia mengelus-ngelus daerah itu seperti sedang mengelapnya. Telapak tangannya yang penuh sisa-sisa cairan itu dibalurinya pada payudaraku
“Sayang kalo dibuang, kan mubazir” ucapnya
Kembali lidahnya menjilati payudaraku yang sudah basah itu, sedangakan aku menjilati cairan pada tangannya yang disodorkan padaku. Tanganku yang satu meraba-raba ke bawah dan meraih kemaluannya, terasa olehku batang itu kini sudah mengeras lagi, siap memulai aksi berikutnya.
“Enggh…masukin aja Pak, udah kepingin nih”
Dia membalik tubuhku, tepat berhadapan dengannya, tangan kananya memegangi kemaluannya untuk diarahkan ke kemaluanku. Aku membukakan kedua bibir kemaluanku menyambut masuknya benda itu. Setelah kurasakan pas aku mulai menurunkan tubuhku, secara perlahan tapi pasti kemaluan itu mulai terbenam dalam kemaluanku.
Goyanganku yang liar membuat bapak mendesah-desah keenakan, untung dia tidak ada penyakit jantung, kalau iya pasti sudah kumat. Kaosku yang masih menyangakut di bahu sebelah kiri diturunkannya sehingga kaos itu menggantung di perutku dan payudara kiriku tersingakap. Nampak sekali bedanya antara yang kiri yang masih bersih dengan bagian kanan yang daritadi menjadi bulan-bulanannya sehingga sudah basah dan memerah bekas cupangan.
Kedua tangannya meremas-remas kedua payudaraku, ketika melumatnya terkadang kumisnya yang kasar itu menggesek putingaku menimbulkan sensasi geli yang nikmat. Lidahnya bergerak naik ke leherku dan mencupanginya sementara tangannya tetap memainkan payudaraku. Birahiku sudah benar-benar tinggi, nafasku juga sudah makin tak teratur, dia begitu lihai dalam bercinta, kurasa bukan pertama kalinya dia berselingakuh seperti ini. Aku merasa tidak dapat bertahan lebih lama lagi, frekuensi goyanganku kutambah, lalu aku mencium bibirnya.
Tubuh kami terus berpacu sambil bermain lidah dengan liarnya sampai ludah kami menetes-netes di sekitar mulut, eranganku teredam oleh ciumannya. Mengetahui aku sudah mau keluar, dia menekan-nekan bahuku ke bawah sehingga kemaluannya menghujam makin dalam dan kemaluanku makin terasa sesak. Tubuhku bergetar hebat dan jeritanku tak tertahankan lagi terdengar dari mulutku, perasaan itu berlangsung selama beberapa saat sampai akhirnya aku terkulai lemas dalam pelukannya.
Dia menurunkanku dari pangakuannya, kemaluannya terlihat berkilauan karena basah oleh cairan cinta. Dibaringakannya tubuhku yang sudah lemas itu di sofa, lalu dia sodorkan gelas yang berisi teh itu padaku. Setelah minum beberapa teguk, aku merasa senonit lebih segar, paling tidak pada tenggorokkanku karena sudah kering waktu mendesah dan menjerit. Kaosku yang masih menggantung di perut dia lepaskan, sehingga kini aku bugil total.
Sebelum tenagaku benar-benar pulih, Pak Hambali sudah menindih tubuhku, aku hanya bisa pasrah saja ditindih tubuh gemuknya. Dengan lembut dia mengecup keningaku, dari sana kecupannya turun ke pipi, hingga berhenti di bibir, mulut kami kembali saling berpagutan. Saat berciuman itulah, bapakpun menempelkan kemaluannya pada kemaluanku, lalu mendorongnya perlahan, dan aahh…mataku yang terpejam menikmati ciuman tiba-tiba terbelakak waktu dia menghentakkan pinggulnya sehingga kemaluan itu menusuk lebih dalam.
Kenikmatan ini pun berlanjut, aku sangat menikmati gesekan-gesekan pada dinding kemaluanku. Buah dadaku saling bergesekan dengan dadanya yang senonit berbulu, kedua paha rampingaku kulingakarkan pada pinggangnya. Aku mendesah tak karuan sambil mengigiti jariku sendiri. Sementara pinggulnya dihentak-hentakkan diatasku, mulutnya tak henti-hentinya melumat atau menjilati bibirku, wajahku jadi basah bukan saja oleh keringat, tapi juga oleh liurnya.
Telinga dan leherku pun tak luput dari jilatannya, lalu dia angakat lengan kananku ke atas dan dia selipkan kepalanya di situ. Aahh…ternyata dia sapukan bibir dan lidahnya di ketiakku yang halus tak berbulu itu, kumis kasar itu menggelitikku sehingga desahanku bercampur dengan ketawa geli.
“Uuuhh..Pak…aakkhh…!” aku kembali mencapai orgasme, kemaluanku terasa semakin banjir, namun tak ada tanda-tanda dia akan segera keluar, dia terlihat sangat menikmati mimik wajahku yang sedang orgasme. Suara kecipak cairan terdengar jelas setiap kali dia menghujamkan kemaluannya, cairanku sudah meleleh kemana-mana sampai membasahi sofa, untung sofanya dari bahan kulit, jadi mudah untuk membersihkan dan menghilangakan bekasnya.
Tanpa melepas kemaluannya, bapak bangakit berlutut di antara kedua pahaku dan menaikkan kedua betisku ke pundaknya. Tanpa memberiku istirahat dia meneruskan mengocok kemaluanku, aku sudah tidak kuat lagi mengerang karena leherku terasa pegal, aku cuma bisa mengap-mengap seperti ikan di luar air.
“Bapak udah mau…non…” desahnya dengan mempercepat kocokkannya.
“Di luar…Pak…ahh…uuhh…lagi subur” aku berusaha ngomong walau suaraku sudah putus-putus.
Tak lama kemudian dia cabut kemaluannya dan menurunkan kakiku. Dia naik ke wajahku, lalu dia tempelkan kemaluannya yang masih tegak dan basah di bibirku. Akupun memulai tugasku, kukulum dan kukocok dengan gencar sampai dia mengerang keras dan menjambak rambutku. Maninya menyemprot deras membasahi wajahku, aku membuka mulutku menerima semprotannya. Setelah semprotannya mereda pun aku masih mengocok dan mengisap kemaluannya seolah tidak membiarkan setetespun tersisa. Batang itu kujilati hingga bersih, benda itu mulai menyusut pelan-pelan di mulutku. Kami berpelukan dengan tubuh lemas merenungi apa yang baru saja terjadi.
Sofa tempat aku berbaring tadi basah oleh keringat dan cairan cintaku yang menetes disana. Masih dalam keadaan bugil, aku berjalan sempoyongan ke dapur mengambil kain lap dan segelas air putih. Waktu aku kembali ke ruang tamu, bapak sedang mengancingakan lagi bajunya, lalu meneguk air yang tersisa di gelasnya.
“Wah Non.. ini benar-benar hebat, istri-istri bapak sekarang udah ga sekuat non lagi padahal mereka sering melayani bapak berdua sekaligus” pujinya yang hanya kutanggapi dengan senyum manis.
Setelah berpakaian lagi, aku mengantarnya lagi ke pintu depan. Sebelum keluar dari pagar dia melihat kiri kanan dulu, setelah yakin tidak ada siapa-siapa dia menepuk pantatku dan berpamitan
“Lain kali kalo ada kesempatan kita main lagi yah Non”
Akhirnya aku pun mandi membersihkan tubuhku dari sperma, keringat, dan liur. Siraman air menyegarkan kembali tubuhku setelah seharian penuh berolahraga dan berolahsyahwat. Beberapa menit sesudah aku selesai mandi, ibuku pun pulang. Beliau bilang wangi ruang tamunya enak sehingga kepenatannya agak berkurang, aku senyum-senyum saja karena ruang itu terutama sekitar “medan laga” kami tadi telah kusemprot pengharum ruangan. anganku.com
The post Cerita Sex Bergambar Sodokan Nikmat Delivery Tampan appeared first on CeritaSeksBergambar.