cerita sex gay; Yang Pertama
Sebut saja namaku Reno (samaran), cerita ini benar benar terjadi pada diriku, hanya nama dan tempat kejadian yang kusamarkan. Maaf kalo nanti ditemukan kalimat yang kurang benar karena aku memang bukanlah penulis yang profesional.
Sebenarnya aku masih ragu, mungkin aku masuk ke dalam golongan biseks, soalnya aku bisa tertarik dan terangsang dengan wanita tapi aku juga bisa horny kalau melihat cowok yang kebapakan, berkumis, macho atau nampak lebih dewasa dari pada aku.
Waktu kejadian itu sekitar setahun yang lalu, akhir 2001, waktu itu umurku 26 tahun. Aku yang berasal dari Jawa sedang cuti, liburan sendiri ke daerah Sumatera Barat. Dalam suatu perjalanan dengan bis antar kota, sewaktu bis masih dalam terminal Kota A, aku duduk sendiri di bangku persis belakang pak sopir. Waktu itu aku sedang sedikit melamun hingga tak sadar kalau bangku di sebelahku telah ada yang mendudukinya. Hingga bis bergerak meninggalkan terminal, aku hanya memperhatikan sopir dari belakang, aku lihat tangan kekarnya yang mengkilat karena keringat memegang kemudi, aku sempat membayangkan seandainya tangan itu merengkuh tubuhku. Hingga lamunanku buyar oleh sapaan ramah dari orang disampingku.
“Pai kama?”, dia menanyakan kemana tujuanku dalam bahasa Minang.
Oh, ternyata ada seorang bapak muda di sampingku, tubuhnya hampir seukuran denganku, malah mungkin bisa dibilang lebih kurus dari pada aku. Tingginya pun kira-kira sama denganku. Dan dia berkumis. Belakangan aku tahu bahwa umurnya 35 tahun. Aku jawab aku mau ke Kota B masih dalam bahasa Minangku yang tak begitu fasih. Dia pun menanyakan dengan siapa aku pergi, setelah kujawab bahwa aku sendirian saja, dia memperkenalkan diri, sambil mengulurkan tangannya dia memperkenalkan dirinya sebagai “Oncu”. Akupun memperkenalkan diri sambil menjabat tangannya yang ternyata sangat lembut untuk ukuran tangan lelaki. Lalu kami terlibat percakapan lebih akrab. Hingga akhirnya dia tahu kalau aku orang Jawa dan dia pun mengajakku untuk menggunakan bahasa Indonesia.
Sampai saat itu aku tidak merasa ada yang aneh. Setelah dia tahu bahwa aku baru pertama kali ke Kota B, dia menawarkan diri untuk menjadi guideku di Kota B, sehingga dia sudah cujup tahu seluk beluk kota ini. Rupanya Oncu ini sedang dalam rangka meninjau lokasi karena dia akan membuka usaha di Kota B. Dia menginap di Hotel Y bersama istri dan seorang anaknya yang masih berusia 3 tahun. Dia pun menyarankan agar aku menginap di Hotel Z, tak jauh dari hotelnya. Belakangan baru aku tahu mengapa dia menyuruhku menginap di Z.
Setelah mengantarku check in dan menyarankanku beristirahat agar nanti sore agak segar saat dia akan menemaniku jalan, dia kembali ke hotelnya untuk menemui istri dan anaknya. anganku.com Sekitar pukul 4 dia datang. Aku yang saat itu sedang tiduran dengan hanya bercelana pendek, membukakan pintu dan mempersilakannya masuk. Dia langsung masuk dan merebahkan tubuhnya di tempat tidur sambil memintaku untuk meneruskan tidurku yang terganggu.
“Boleh ‘kan aku buka baju, takut kusut nih”, katanya.
“Silakan”, jawabku.
Setelah membuka baju, dengan hanya mengenakan celana pendek dan singlet dia merebahkan tubuhnya di tepi tempat tidur, sedang aku rebahan di tepi satunya lagi. Setelah sekian saat aku tak juga bisa memejamkan mata, karena pikiran nakalku mulai menangkap gejala aneh.
“Kok belum merem?”, rupanya dia memperrhatikanku.
“Iya, soalnya aneh, belum pernah aku tidur satu bed dengan sesama lelaki”, jawabku jujur, yang memang belum pernah melakukan apapun dengan lelaki, tapi telah sering bercinta dengan perempuan.
“Ternyata badanmu nggak begitu gemuk ya”, katanya sambil mendekatiku.
“Ah, siapa pula yang bilang aku gemuk”.
Aku tak meresponsnya saat tangannya menyentuh dadaku. Tapi sebenarnya aku telah merasa sedikit horny, saat tanpa sengaja kumisnya menyentuh lengan kananku.
“Heh, geli ya kena kumis gitu”, kataku.
“Oh, maaf”, jawabnya sambil beringsut agak menjauh.
Agak menyesal juga sebenarnya aku telah mengatakan kegelianku tadi, soalnya aku sebenarnya menyukainya.
“Mau kemana?”, tanyanya saat melihatku bangkit dari bed.
“Minum, haus nih”, jawabku, padahal itu hanya kepura-puraanku agar aku bisa berganti posisi.
Setelah minum aku tidur lebih dekat dengannya, dan sengaja kakiku menindih pantatnya yang saat itu dalam keadaan tengkurap. Ternyata dia bereaksi dengan lebih mendekatkan wajahnya ke wajahku, dan tentu saja tak kusia-siakan kesempatan ini hingga langsung kubelai kumisnya denga lembut, karena benda inilah yang telah membuatku tertarik.
Walau dia diam saja, aku bertambah agresif, kini bibirku melumat bibirnya. Terus terang baru sekali ini aku mencium bibir pria dan berkumis, ternyata tak kalah nikmatnya dengan bibir perempuan. Dia langsung memelukku dengan erat. Permainan kami bertambah panas, leher, lengan, ketiaknya yang berbulu, dada, putingnya yang telah tegang sampai ke pusarnya tak lepas dari jilatanku. Sebenarnya aku heran dengan tingkahku, baru pertama kali aku melakukan ini, tapi sudah seperti orang kesetanan. Dia pun memintaku untuk membuka celanaku, aku menurutinya sambil membuka celananya, beserta CD-nya sekalian.
Begitu tersembul kontolnya aku langsung terkesima, baru kali ini ada kontol orang lain yang terpampang nyata di depanku. Tanpa menunggu lebih lama lagi, kubelai kontolnya walaupun sebenarnya aku masih kaku melakukannya. Dia malah langsung mengulum kontolku yang sudah ereksi sejak tadi. Memang aku pernah di oral oleh cewek, tapi ternyata di oral oleh pria berkumis lebih nikmat rasanya. Aku berusaha untuk terus menggapai kontolnya, sehingga dia menuntunku untuk mengambil posisi 69. Dengan tanpa risih, kuoral kontol hitam dan tegang itu. Baru belakangan dia mengatakan bahwa aku mengoralnya dengan terlalu keras, sehingga gigiku membuat kontolnya sedikit ngilu. Aku pun meminta maaf, karena ini adalah untuk yang pertama kali aku melakukannya.
Setelah sekian lama saling mengoral, dia telah terlihat begitu pandai. Kemudian kami berganti posisi, aku di belakanginya, tapi dengan mulut tetap saling berpagut, dan tangan kami saling meremas kontol lawannya. Nampaknya dia sudah tidak tahan. Aku merasakan tangannya yang basah oleh ludahnya membasahi kontolku. Aku masih belum tahu apa yang akan dilakukannya, hingga kontolku merapat ke arah lubang anusnya yang ternyata juga telah basah oleh air liurnya hingga dengan tanpa hambatan kontolku pun langsung masuk ke anusnya. Bersamaan dengan kontolku yang mengocok anusnya dari belakang, bibir kami saling berpagut dan tanganku juga mengocok kontolnya. Aku tak ingin melepaskan bibir berkumisnya dari bibirku.
Gerakan Oncu makin cepat hingga memberi efek kenikmatan yang belum pernah kurasakan pada kontolku. Dan kocokan tanganku pun semakin cepat. Hingga akhirnya maniku menyembur dalam anusnya bersamaan dengan menyemburnya mani Oncu ke dadanya. Setelah beberapa saat Oncu bangkit sambil menahan dengan tangan agar mani di dadanya tidak berserakan ke seprei, menuju kamar mandi. Aku bangkit mengikutinya, dia berjongkok di atas toilet. Ternyata dia mengeluarkan maniku dari anusnya. Dinginnya air di Kota B yang terkenal dinginnya, telah menyegarkan tubuh kami kembali. Kami mengenakan celana kami kembali. Sambil menikmati rokok masing masing, kami terlibat pembicaraan mengenai percintaan yang baru saja kami lakukan.
“Gila, hebat banget kamu No, sudah lama nggak bercinta yah”, katanya.
“Iya, ternyata bercinta dengan sesama lelaki nikmat juga yah, ngomong ngomong sudah berapa kali Oncu beginian?”, tanyaku ingin tahu.
“Baru beberapa kali, hanya untuk variasi aja, kalau sama perempuan takut hamil”, jawabnya santai.
Pembicaraan kami terus berlanjut, sampai akhirnya dia kembali meremas celanaku tepat di depan kontolku yang langsung bereaksi. Aku pun meresponsnya dengan tak kalah agresif. Dan kami pun kembali bergumul, sampai akhirnya kami sama-sama telanjang kembali. Kali ini dia lebih aktif daripada sebelumnya. Tiba tiba dia pergi ke kamar mandi, untuk mengambil sabun cairku. Dioleskannya sabun tadi di kontolnya dan juga anusku. Rupanya dia ingin “memerawani” anusku. Aku diam saja saat dia merangsang daerah sekitar anusku, hingga kurasakan sebuah benda yang besar dan keras berusaha menembus anusku. Melihatku merintih, dia membelaiku dan mengatakan agar aku rileks dan tidak menahannya. Aku menuruti perkataannya dan sejurus kemudian ternyata kontolnya telah seluruhnya tertelan anusku.
Pelan tapi pasti dia memompa anusku. Ada perasaan aneh di anusku, ngilu, geli dan ada perasaan mulas tapi ada nikmatnya juga. Pompaannya semakin cepat dengan posisiku yang telentang di tepi bed dan dia berdiri sambil tangannya yang licin oleh sabun cair mengocok kontolku. Saat pompaannya semakin cepat, tiba tiba aku merasakan kedutan nikmat dari kontolnya di anusku. Rupanya maninya telah keluar hingga ada rasa hangat dan gatal di anusku, tapi justru inilah yang menambah kenikmatanku sampai akhirnya akupun menyemburkan maniku membasahi dada dan perutku. Setelah dia mencabut kontolnya yang lemas, aku langsung ke kamar mandi dan menuju WC karena mulas, tapi ternyata yang keluar hanya gas dengan dibarengi lelehan sperma Oncu.
Akhirnya kami tak jadi berjalan-jalan mengelilingi Kota B, tapi aku telah mendapatkan pelajaran dan pengalaman baru. Setelah agak malam, Oncu pulang kembali ke hotelnya, mungkin takut istrinya curiga. Besok paginya aku segera check out untuk meneruskan rencanaku menjelajahi Kota B sendirian, karena Oncu telah kembali kepada istrinya.
Saat cerita ini kutulis, aku masih terbayang-bayang wajah Oncu, seandainya saja dia membaca cerita ini, aku ingin mengatakan bahwa sebenarnya aku ingin mengulangi percumbuan kita karena aku masih belum puas melumat kontolnya yang hitam dan indah itu. Bahkan pada saat menulis cerita ini, madzi telah membasahi CD-ku.
Sampai saat ini aku selalu terangsang jika melihat orang yang berwajah mirip Oncu, tapi aku tak pernah berani memulai berbuat apa pun selain hanya mengkhayalkannya. Kadang kalau sedang ngebet-ngebetnya, aku sering juga berkhayal berpelukan dengan pria di sekitarku yang tak kukenal seperti sopir bis, satpam, polisi lalu lintas dan sebagainya.
Kalau ada yang ingin berkirim email, silakan saja, mungkin kalau cocok kita bisa “bersahabat”, yang penting kita sama-sama bersih.
Riau, 2 Mei 2003
T A M A T,,,,,,,,,,,,,,,,