Cerita Sex ini berjudul ” Cerita Sex Murid Nakal 2 ” Cerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2019.
Cerita Sex – Esok harinya, aku pun terbangun dalam keadaan galau. Semalaman aku mencoba tidur, namun di kepalaku
selalu terbayang kejadian kemarin sore di rumah bu Diana. Akibatnya, bisa ditebak, aku benar-benar
merasa amat letih dan lesu.
Aku pun mencoba menyetel lagu yang kemarin diberikan Reza padaku untuk mempercerah suasana. Aku lalu
membuka handphoneku untuk mendengarkan lagu. Tapi aku tidak menemukan Agen Togel Depo Pulsa satupun file musik baru di
handphoneku, malahan, lagu-lagu koleksiku banyak yang terhapus.
Penasaran, aku pun memeriksa isi handphoneku. Sekarang, di bagian video, malah ada sebuah video yang
berukuran ekstra besar. Penasaran dengan video di handphoneku, aku pun mulai memutar video itu.
Astaga! Aku benar-benar terkejut setengah mati saat melihat diriku yang sedang memamerkan celana dalam
di hadapan Reza terekam di video itu dan bagaimana Reza memainkan jari-jarinya di vaginaku juga
terlihat dengan amat jelas dari arah samping. Saat itulah aku baru ingat bahwa saat aku memamerkan
selangkanganku, sebuah handycam milik Reza tergeletak di ranjangnya yang ada disamping meja
belajarnya. Berarti, Reza secara diam-diam berhasil merekam adegan mesumku!
Tidak terbayang bagaimana perasaanku saat itu. Rasa letih dan lesu yang menyerangku dari pagi kini
ditambah dengan perasaan cemas dan takut kalau video itu disebarluaskan, apalagi wajahku tampak jelas
di video itu.
Aku bingung, apa yang harus kulakukan? Bagaimana apabila video itu Bandar Judi Online 7777 sudah disebarluaskan? Aku pasti
diberhentikan dari universitas. Parahnya lagi, aku pasti akan dianggap sebagai perempuan rendahan oleh
masyarakat.
Bagaimana caraku menjelaskan pada keluargaku tentang video itu? Bayangan-bayangan itu terus berkecamuk
didalam pikiranku selama seharian penuh.
Walaupun begitu, sore harinya aku kembali berangkat menuju rumah bu Diana untuk mengajari Reza. Saat
aku datang, bu Diana masih belum pulang karena harus menyelesaikan proyek di studionya. Aku pun segera
menemui Reza untuk menyelesaikan masalah ini. Kebetulan, Reza yang membukakan pintu untukku. Seolah ia
sudah lama menunggu kedatanganku.
“Halo, Kak Linda. Bagaimana, video klip lagunya bagus tidak?” tanyanya dengan nada mengejek.
“Reza, kenapa kamu sejahat itu dengan kakak?! Buat apa kamu merekam video beginian sih?! Belum cukup
kamu mempermainkan kakak kemarin?!!” jawabku dengan perasaan kesal bercampur cemas.
“Waah, kenapa Reza dibilang mempermainkan kakak? Bukannya kemarin kakak terlihat nyaman saat aku
layani?” Mata Reza tampak semakin merendahkanku.
“Sudahlah! Mana videonya? Cepat berikan ke kakak!!” perintahku.
“Tenang saja kak, videonya Reza simpan dengan baik kok. Jadi kakak tenang saja!” Aku mengepalkan
tanganku, menahan berbagai macam emosi yang bergejolak didalam hatiku.
Nyaris aku kembali menangis karena rasa cemas yang semakin kuat mencengkeram diriku, namun aku
berusaha mengendalikan diri. Aku sadar aku tidak bisa mengambil jalan kekerasan untuk menghadapi Reza,
karena malah akan membuat masalahku tambah runyam.
“Oh iya, Reza juga belum memperlihatkan videonya ke orang lain. Waah, sayang sekali ya kak? Padahal
videonya bagus kan?” lanjutnya.
Cerita Sex Murid Nakal 2 Mendengar pernyataan Reza itu, Agen Poker303 aku merasa melihat secercah cahaya dan harapanku sedikit pulih. Namun
masih saja aku merasa tegang dan cemas. Aku pun berusaha membujuk Reza untuk menyerahkan video itu
padaku.
“Reza, kakak mohon… berikan video itu ke kakak, ya? Tolong jangan sakiti kakak lagi…” aku memohon
meminta belas kasihan pada Reza.
“Hmm… kalau begitu, kakak harus mau menuruti perintahku lagi, aku berjanji akan memberikan videonya ke
kakak.”
“Kakak mohon, Reza… Jangan lagi…” air mataku kembali mengucur saat mendengar syarat yang diajukan
Reza.
Berarti aku harus kembali merendahkan diriku dihadapannya.
Iklan Sponsor :
“Kakak mau atau tidak?! Kalau tidak, ya sudah! Kakak bisa melihat videonya di internet besok pagi.”
Ketusnya tanpa menghiraukan perasaanku.
Aku pun tidak punya pilihan lain, selain menuruti kemauan Reza. Tampaknya percuma saja aku berusaha
meminta belas kasihan anak ini.
Yang ada di pikirannya saat ini pasti hanyalah keinginan untuk mempermainkan diriku sekali lagi.
Terpaksa aku harus melayani permintaannya lagi agar video itu kudapatkan.
“Baiklah, kakak mengerti… Kakak akan menuruti perintahmu, tapi kamu harus berjanji akan memberikan
video itu ke kakak!” jawabku memberi persetujuan.
“Beres, Kak!” Kali ini Reza tampak girang sekali saat mendengar kalimat persetujuanku itu.
“Nah, sekarang apa yang kamu mau?!” Tanyaku tidak sabaran
“Tunggu sebentar dong Kak… Jangan buru-buru! Kalau sekarang pasti cuma sebentar karena Mami sebentar
lagi pulang.”
“Lalu, kamu maunya kapan?”
“Nah, kebetulan 2 hari lagi Mami akan berangkat ke luar negeri, soalnya Mami akan memperagakan busana
pengantin buatannya di pameran.”
“Lalu kenapa?”
“Kebetulan minggu depan ada ulangan yang penting, jadi aku boleh tinggal di rumah ini sampai mami
pulang. Selama itu, aku mau kakak untuk tinggal bersamaku di rumah, Judi Poker 303 sambil mengajariku! Bagaimana?
Kita bisa bersenang-senang sampai puas kan, Kak?”
“Memangnya sampai kapan bu Diana ada di luar negeri?” tanyaku kembali.
Iklan Sponsor :
“Yaah, karena Mami juga mau ketemu Papi di Jerman, makanya Mami tinggal di sana selama 2 minggu.”
“Tapi apa bu Diana akan mengizinkan kakak untuk tinggal disini?”
“Tenang saja, kak! Biar nanti Reza yang bicara dengan Mami.” Ujarnya meyakinkanku.
Aku menghela nafas sejenak sambil berpikir menimbang-nimbang permintaan Reza. Sebenarnya aku tidak
begitu rugi apabila aku menginap di rumah bu Diana. Aku bisa menghemat uang kosku selama setengah
bulan kalau aku menginap di rumah bu Diana.
Lagipula aku akan lebih bisa mengawasi Reza untuk belajar menghadapi ujian semesternya yang kian
mendekat, dengan begitu, aku bisa mendapat kesempatan untuk mengamankan pekerjaanku. Sebenarnya yang
perlu kulakukan hanyalah memastikan kalau Reza tidak “mengerjaiku” lebih parah dari kemarin.
“Baiklah, kakak setuju. Tapi kamu juga harus berjanji, kamu harus belajar yang rajin selama kakak
tinggal di rumahmu.” Anggukku sambil memberinya penawaran.
“Berees, kak! Asal kakak mau menurutiku selama itu, aku pasti belajar!” jawabnya dengan bersemangat.
“Iya, iya…” balasku dengan perasaan agak lega.
Kami lalu segera beranjak ke kamar Reza dan aku pun mulai mengajarinya. Tapi hari ini ada yang berbeda
dari Reza.
Ia tampak lebih serius dan bersemangat dalam menyimak penjelasanku. Kurasa dia sudah cukup senang saat
mendengar aku akan menginap di rumahnya 2 hari lagi. Tak lama kemudian, kudengar suara bu Diana di
lantai bawah.
“Nah, Mami sudah pulang! Kakak tunggu sebentar ya! Aku mau bicara dulu dengan Mami!” Reza segera
beranjak dari kursinya dan keluar dari kamarnya tanpa menghiraukanku.
Sayup-sayup kudengar suara percakapan Reza dengan bu Diana, namun aku tidak dapat mendengar dengan
jelas apa yang mereka katakan. Sambil menunggu Reza, aku mempersiapkan soal-soal latihan yang akan
kuberikan untuknya nanti. Sekitar 5 menit kemudian, Reza kembali ke kamarnya bersama bu Diana.
“Halo, Linda. Reza meminta saya untuk mengizinkanmu tinggal di rumah ini selama saya tidak dirumah.”
“Eh? I… iya, bu Diana! Reza memberitahu saya kalau ia ingin mendapat les tambahan dari saya selama bu
Diana tidak dirumah… Katanya… untuk persiapan ujian semester…” ujarku dengan agak gugup.
Iklan Sponsor :
“Wah, kebetulan sekali kalau begitu! Soalnya tante Reza juga SItus Judi Pkv Terbaik akan ikut ke Jerman. Makanya tadi saya
sempat mengajak Reza untuk ikut. Tapi karena ada ulangannya yang penting, Saya jadi ragu-ragu.”
“Jadi?” tanyaku “Kalau kamu mau, Saya memperbolehkan kamu tinggal disini selama saya tidak dirumah.
Tapi saya juga meminta kamu untuk mengurus Reza selama itu. Sebagai gantinya, saya akan berikan
tambahan bonus untukmu di akhir bulan ini. Bagaimana?” Jawab bu Diana memberikan tawaran.
“Baik, bu Diana. Saya setuju!” anggukku sambil tersenyum.
Sekarang aku mendapat tambahan keuntungan dengan menerima tawaran Reza. Dengan bonus yang disediakan
bu Diana dan penghematan uang kosku selama setengah bulan, aku bisa menambah uang tabunganku sekaligus
membiayai sebagian keperluanku bulan depan.
“Baguslah! Kalau begitu, Linda, tolong kamu siapkan barang-barangmu yang akan kamu bawa untuk tinggal
disini. Lusa nanti saya akan menjemputmu sebelum kamu mengajar Reza.” Ujar bu Diana.
“Iya, bu Diana!” aku mengiyakan permintaan bu Diana.
Setelah menyelesaikan tugasku hari itu, aku segera bergegas pulang untuk mulai mengemas barang-
barangku. Untunglah aku tidak memiliki banyak barang selain pakaian dan perlengkapan-perlengkapan
kecil milikku.
Aku juga memberitahu pemilik rumah kosku bahwa aku akan pindah selama setengah bulan. Syukurlah mereka
mau mengerti dan bersedia menyimpankan kamar bagiku apabila aku kembali. 2 hari kemudian, bu Diana dan
Reza pun datang menjemputku sebelum aku mengajar Reza. Aku lalu diantar ke rumah mereka. Aku diizinkan
untuk tidur di kamar tamu di lantai bawah.
Malam harinya, aku diberitahu bu Diana tugas-tugasku di rumah itu selama bu Diana di luar negeri. Aku
diminta untuk mengerjakan beberapa pekerjaan rumah tangga seperti memasak, mencuci dan membersihkan
rumah.
Aku sudah terbiasa memasak dan mencuci sendiri sejak kecil, maka tugas ini tidak lagi sesulit yang
kubayangkan. Lagipula untuk keperluan sehari-hari, bu Diana sudah menyuruh anak buahnya untuk
mengantar bahan makanan dan supir studio untuk mengantar-jemput kami. Apabila ada hal lainnya yang
diperlukan, aku hanya perlu menelepon studio untuk meminta bantuan mereka.
Esok harinya, bu Diana sudah berangkat saat aku pulang dari kuliah. Sehingga hanya ada aku dan Reza
sendiri di rumah.
Aku segera menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhku. Seusai mandi, aku benar-benar terkejut saat
melihat semua pakaian milikku menghilang. Hanya ada satu pelaku yang dapat melakukan hal ini! Aku lalu
menutupi tubuhku dengan selembar handuk yang untungnya, tidak sempat diambil oleh “pencuri” itu.
Aku segera naik ke lantai atas untuk mengambil kembali pakaian milikku.
“Reza! Reendyy!! Buka pintunya!” Seruku sambil menggedor kamar Reza.
Pintu kamar itu sedikit dibuka dan wajah Reza muncul dari sela-sela pintu kamar itu.
“Ya, ada apa kak?!” tanyanya padaku.
Namun matanya segera melirik tubuhku yang hanya berbalutkan sebuah handuk dan ia tersenyum cengengesan
melihat keadaanku.
“Wah, waah… Kakak sudah tidak sabaran ya?” tanyanya sambil tertawa kecil.
“Huuh! Dasar usiil!! Ayo, kembalikan baju kakak!!” gerutuku.
“Lhooo… memangnya baju kakak kuambil? Apa ada buktinya?”
“Kalau bukan kamu siapa lagii? Sudah, ayo cepat kembalikan baju kakak!”
Cerita Sex Murid Nakal 2 “Kak, kalau menuduh orang tanpa bukti itu tidak baik lho! Hukumannya, aku tidak mau memberitahu dimana
kusembunyikan baju kakak, Hehehe…” Reza tersenyum mengejekku dan menutup dan mengunci pintu kamarnya
dihadapanku.
“Aah! Hei, Reza! Tunggu duluu…” protesku, tapi Reza sudah keburu menutup pintu kamarnya sambil
mengejekku dibalik pintu.
Aku pun terpaksa menggigil kedinginan, suhu di rumah itu dingin sekali karena dipasangi AC, ditambah
lagi aku baru saja mandi dan sekarang tubuhku hanya ditutupi oleh selembar handuk saja.
Selama beberapa menit aku terus menggedor pintu kamar Reza dan berusaha membujuknya, namun ia sama
sekali tidak menggubrisku.
“HATSYII…!!!” Karena tidak biasa, aku pun bersin akibat pilek karena suhu dingin itu.
“Kak! Kakak pilek, ya?” tiba-tiba terdengar suara Reza dari balik pintu.
“I… iya… Reza, tolong…. kembalikan pakaian kakak… disini dingin sekali… kakak tidak tahan…”
“Oke deh, tapi kakak harus mau memakai pakaian yang kuberikan ya!”
“Iya… iya… cepat doong…. Kakak kedinginan disini…” pintaku pada Reza Reza kembali keluar dari
kamarnya.
Ia melihat sekujur tubuhku yang menggigil kedinginan. Anehnya, raut wajahnya tampak berubah, ia tidak
lagi tampak senang ataupun puas mengerjaiku. Kini ia tampak agak gelisah.
“Haa… HATSYII!!!” kembali aku bersin dihadapannya.
Kulihat raut wajahnya semakin cemas saja melihat keadaanku.
“Ayo Kak, ikut denganku!” pinta Reza padaku yang segera kuturuti saja.
Reza menuntunku ke ruang disebelah kamarnya. Pintu ruang itu dikunci, namun Reza segera membuka pintu
itu dengan sebuah kunci di tangannya. Begitu aku masuk, aku takjub melihat puluhan helai gaun
pengantin putih dalam berbagai ukuran dan model yang tergantung rapi di kamar itu.
Berbagai aksesoris pengantin wanita juga tertata rapi bersama gaun-gaun itu. Rupanya kamar itu adalah
kamar desain bu Diana sekaligus tempatnya menyimpan hasil rancangannya yang belum dikirim ke studio.
“Kak, aku minta kakak memakai baju itu.” ujar Reza seraya menunjuk ke arah sehelai gaun pengantin
putih yang dipasang di sebuah mannequin.
“Apaa?! Kenapa kakak harus memakai baju seperti itu? Memangnya kakak mau menikah, apa?!” jawabku
setengah tak percaya, setengah kebingungan.
“Ya, sudah! Kalau kakak tidak mau, kakak boleh memakai handuk itu saja kok!” balas Reza.
“Iyaa! Dasar!! Kamu mintanya yang aneh-aneh saja!!” ujarku agak kesal.
Terpaksa kuturuti permintaan Reza, daripada pilekku semakin parah.
“Oh iya Kak!”
“Apa lagii?”
“Pakaiannya yang lengkap ya, Kak! Soalnya baju itu sudah 1 set dengan aksesorisnya!” pinta Reza.
“Jangan lupa juga untuk merias diri dengan kosmetik Mami ya Kak! Sudah kusiapkan lhoo…” imbuhnya.
Aku menghela nafas dan menutup pintu kamar itu. Memang kulihat gaun itu dilengkapi dengan mahkota,
sarung tangan, bahkan stocking dan sepatu yang semuanya berwarna putih susu. Luar biasa! Sejenak aku
kagum dengan kepandaian bu Diana dalam merancang gaun itu, komposisi yang disusunnya benar-benar
serasi.
Aku lalu menuruti perintah Reza untuk memakai semua pakaian itu dengan lengkap. Berat bagiku memang,
karena aku belum pernah memakai gaun pengantin sebelumnya. Setelahnya, aku pun merias diriku dengan
kosmetik milik bu Diana.
Kulihat semua kosmetik itu buatan luar negeri. Aku sendiri agak canggung untuk memakai kosmetik-
kosmetik itu, mengingat harganya yang selangit bagi mahasiswi sepertiku.
Tapi setidaknya, aku mendapat sebuah kesempatan untuk mencoba kosmetik-kosmetik itu, maka aku berusaha
untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Setelah beberapa lama, aku akhirnya selesai mempengantinkan
diriku.
Kubuka pintu kamar itu dan seperti yang sudah kuduga, Reza sedari tadi sudah menungguku didepan pintu.
Ia tampak amat terpana melihatku yang berbusana pengantin itu. Busana pengantinku berupa sebuah gaun
pengantin putih yang indah sekali.
Atasan gaun memiliki sepasang puff bahu yang terikat dengan sepasang sarung tangan satin dengan
panjang selengan di kedua tanganku yang kini menutupi jari-jariku yang lentik. Di bagian perut dan
dada gaunku bertaburan kristal-kristal imitasi yang samar-samar membentuk sebuah pola hati.
Bagian pinggang gaun itu memiliki hiasan kembang-kembang sutra yang melingkari bagian pinggang gaun
itu seperti sebuah ikat pinggang yang seolah menghubungkan atasan gaunku dengan rok gaun polos yang
dihiasi manik-manik membentuk hiasan bunga-bunga yang bertebaran disekeliling rok gaunku. Pinggulku
dipasangi pita putih besar. Aku juga memakaikan rok petticoat di pinggangku agar rok gaunku tampak
mengembang.
Reza sendiri tampak kagum melihat cantiknya wajahku yang sudah kurias sendiri; kelopak mataku kurias
dengan eye-shadow berwarna pink dan alsiku yang kurapikan dengan eye-pencil. Sementara lipstick yang
berwarna pink lembut kupilih untuk melapisi bibirku yang tampak serasi dengan riasan bedak make-upku.
Riasan mahkota bunga putih tampak serasi dengan rambut hitam-sebahuku yang kubiarkan tergerai bebas.
Aku telah memasang stocking sutra berwarna putih yang lembut di kakiku yang dilengkapi dengan sepasang
sepatu hak tinggi berwarna putih yang tampak serasi seperti gaun pengantinku.
Tubuhku juga kuberi parfum melati milik bu Diana sehingga sekujur tubuhku memancarkan aroma melati
yang amat wangi.
“Nah, bagaimana?” ujarku pada Reza yang masih melongo melihat penampilanku.
“Hei! Kok malah bengong sih?!” seruku, yang segera menyadarkan Reza dari lamunannya.
“E… eh… ccantik sekali Kak!” jawab Reza tergagap-gagap, aku tertawa kecil melihat tingkahnya yang
kebingungan.
“Kak, ini… buat kakak…” Reza mengulurkan setangkai mawar merah kepadaku.
Mawar merah yang indah itu tampak segar berkilauan.
“Waah, terima kasih ya!!” otomatis aku mencium bunga itu untuk menghirup aromanya. Sejenak aroma yang
menyengat memasuki hidungku aku pun langsung merasa pandanganku tiba-tiba kabur dan tubuhku terasa
lemas. Aku pun ambruk tidak sadarkan diri.
Sayup-sayup kulihat senyuman Reza, aku berusaha untuk tetap sadarkan diri, namun mataku terasa berat
sekali dan akhirnya aku menutup kelopak mataku. Entah apa yang terjadi pada tubuhku, namun saat aku
sadar, aku melihat diriku sudah terbaring mengangkang di sebuah ranjang canopy dalam keadaan berbusana
pengantin lengkap.
Kedua tanganku terikat di belakang punggungku sementara kakiku terikat erat di sisi kanan-kiri tiang
ranjang itu sehingga posisi tubuhku mengangkang lebar. Aku merasa amat geli di daerah kewanitaanku,
seperti ada sebuah daging lunak hangat yang menyapu-nyapu daerah kewanitaanku, terkadang daging itu
menusuk-nusuk seolah hendak membuka bibir kewanitaanku melewati celah vaginaku.
Aku juga merasa daerah disekitar vaginaku amat becek akibat gerakan daging itu.
“Aahh… oohhh…” Aku pun mendesah pelan menikmati sensasi di kewanitaanku itu.
Cerita Sex Murid Nakal 2 Rasanya vaginaku seolah diceboki, namun gerakan daging itu yang seolah berputar-putar mempermainkan
vaginaku menimbulkan sensasi nikmat disekujur tubuhku. Aku merasa tubuhku diairi listrik tegangan
rendah saat daging itu membelah bibir kewanitaanku dan menyentuh lubang pipisku.
“Eh! Kakak sudah bangun rupanya!!” tiba-tiba kudengar suara Reza dibalik gaunku.
Aku berusaha mendongak dan kulihat wajah Reza sedang berada tepat didepan selangkanganku yang terbuka
lebar. Sadarlah aku kalau “daging” tadi tak lain adalah lidah Reza yang sedang menjilati vaginaku. Aku
berusaha berontak, namun untuk menutup kedua pahaku yang sedang terbuka lebar saja amat sulit.
Tubuhku terasa amat lemas tanpa tenaga. Saat aku melihat sekitarku, aku baru sadar kalau aku kini
berada didalam kamar bu Diana.
“Badan kakak masih belum bisa digerakkan, soalnya pengaruh obat tidur Mami masih tersisa.” Jelas Reza
sambil berjalan ke sampingku.
Sekejap aku merasa amat panik dan berusaha mengerahkan seluruh tenagaku untuk kabur, tapi sia-sia
saja. Tubuhku tidak mau bergerak sedikitpun.
Astaga! Bagaimana aku bisa sebodoh itu mencium aroma bunga yang ditaburi obat bius?! Niatku untuk
menjaga jarak dari Reza kini sia-sia saja. Sekarang malah kesucianku terpampang jelas dihadapannya,
aku dalam keadaan terjepit dan tidak bisa kabur lagi.
“Kakak tenang saja, dijamin enak kok! Hehehe…” tawa Reza terkekeh-kekeh.
“Jangan, Reza… Jangan… kakak mohon!!” pintaku berderai air mata saat melihat Reza berbalik berjalan
menuju arah selangkanganku.
Namun sia-sia saja, Reza sama sekali tidak mau mendengar permohonanku. Aku pun semakin panik dan
cemas. Air mataku kembali meleleh membasahi mataku, namun apa dayaku? Tubuhku kini amat sulit
digerakkan karena ikatan itu ditambah rasa lemas disekujur tubuhku karena pengaruh obat bius yang
tersisa.
Kini aku hanya bisa pasrah membiarkan Reza menyantap kewanitaanku. Jantungku berdegup semakin kencang
dan wajahku merah merona saat Reza semakin mendekati selangkanganku. Reza lalu memegang kedua pahaku
yang mulus. Ia mulai mengendusi paha kananku sementara paha kiriku dibelai-belai dengan tangannya.
“Essh…” aku mendesis sesaat setelah bibir Reza mencium bibir kemaluanku.
Hembusan nafas Reza di pahaku membuat tubuhku sedikit mengigil kegelian. Saat bibir kemaluanku bertemu
dengan bibir Reza, Reza mulai menjulurkan lidahnya. Seperti lidah ular yang menari-nari, bibir
kemaluanku dijilati olehnya.
Kembali bibir kewanitaanku dibelah oleh lidah Reza, yang kembali menarikan lidahnya menceboki liang
vaginaku perlahan-lahan. Aku berusaha sekuat mungkin untuk menahan gejolak birahi yang kini mulai
melanda diriku,
namun tetap saja suara desahan-desahanku yang tertahan sesekali terdengar keluar dari bibirku karena
rasa nikmat yang menjuluri tubuhku apalagi belaian lembut Reza di pahaku semakin terasa geli akibat
stocking sutra yang kupakai.
“Haaa?! Aakh…!!” Sontak aku menjerit terkejut saat merasakan sensasi rasa geli dan nikmat yang tiba-
tiba melanda tubuhku.
Rupanya Reza menjilati klitorisku. Sesekali ia menyentil klitorisku dengan lembut sehingga sekujur
tubuhku seperti dialiri listrik dan bulu kudukku berdiri. Reza menyadari bahwa aku mulai dikuasai oleh
gejolak birahiku. Ia terus melancarkan serangannya ke klitorisku.
Berulang kali permohonanku yang disertai dengan desahan kusampaikan ke Reza, namun ia malah tampak
kian bersemangat mengerjaiku. Kesadaranku pun semakin menghilang tergantikan dengan rasa nikmat dan
hasrat seksual yang semakin merasuki tubuhku.
“Bagaimana kak? Enak tidak?” tanya Reza padaku.
“Rezay… stoop… auhhh… jangaan…”
“Ah masaa? Bukannya kakak mendesah keenakan tuh? Yakin nih, nggak mau lagi?” ejeknya sambil menjauhkan
wajahnya dari kemaluanku.
Namun secara refleks, aku malah mengangkat pinggangku kehadapan wajah Reza, seolah menawarkannya untuk
kembali mencicipi liang vaginaku.
“Tuh, kan?! Malu-malu mau, nih cewek!” kembali Reza menghinaku.
Dipeganginya kedua bongkahan pantatku dengan telapak tangannya dan dtegadahkannya tangannya, sehingga
kini pinggangku ikut terangkat tepat dihadapan wajah Reza.
“Aww… aww… aaahh…” kembali aku merintih saat Reza mengecup dan mengisap-isap daging klitorisku.
Sesekali aku merasa sentuhan giginya pada klitorisku dan hisapannya membuatku kini hanya berusaha
untuk mengejar kenikmatan seksualku semata. SLURP… SLURP… Sesekali terdengar suara Reza yang
menyeruput cairan cintaku yang sudah banyak keluar dari vaginaku, seolah hendak melepas dahaganya
dengan cairan cintaku.
“AAHH… AAHHH… AAA…” Desahanku semakin keras.
Aku merasa ada sebuah tekanan luar biasa di vaginaku yang sebentar lagi hendak meledak dari dalam
tubuhku. Otot-otot tubuhku secara otomatis mulai menegang sendirinya.
“HYAA… AAAKH!!!” jeritku bersamaan dengan meledaknya tekanan dalam tubuhku.
Tanpa bisa kutahan, pinggangku menggelepar liar, bahkan Reza terlontar mundur akibat dorongan tubuhku.
Aku bisa merasakan vaginaku memuncratkan cairan cintaku dalam jumlah yang banyak.
Seluruh simpul sarafku terasa tegang dan kaku saat sensasi geli dan nikmat yang luar biasa itu
menjalari tubuhku, dan akhirnya muncul perasaan lega yang nyaman setelahnya.
Aku pun terkapar kelelahan, nafasku tersengal-sengal. Tenaga di tubuhku seolah lenyap seketika. Aku
sadar, baru saja aku mengalami orgasme yang luar biasa!
“Wah, waah… Rupanya galak juga nih, kalau orgasme!” ejek Reza yang kini terduduk dihadapan
selagkanganku.
Ia mendekati vaginaku dan kembali ia menyeruput cairan cintaku yang masih tersaji di vaginaku setelah
ledakan orgasmeku barusan. Aku pun hanya mendesah kecil tanpa memberontak. Kepalaku serasa kosong dan
aku membiarkan Reza menikmati cairan cintaku sesuka hatinya.
Cerita Sex Murid Nakal 2 Setelah puas meminum cairan cintaku, Reza berdiri di hadapanku dan melepas pakaiannya sehingga ia
telanjang bulat dihadapanku. Bisa kulihat penisnya yang panjangnya sekitar 14 cm sudah menegang keras
melihat keadaanku yang mengangkang lebar, memamerkan kewanitaanku didepannya. Reza berjalan melewati
tubuhku hingga akhirnya ia tiba didepan kepalaku.
Reza lalu berlutut dihadapan wajahku sambil mengocok penisnya.
“Kak, tadi rasa memek kakak enak sekali loh! Nah sekarang giliran kakak ya, ngerasain punya Reza?”
seloroh Reza.
Aku yang menyadari kalau Reza akan mengoral penisnya dengan mulutku, mulai menjerit meminta
pertolongan.
“TOL… uumph!!” jeritanku terhenti karena Reza langsung menyumpalkan penisnya didalam mulutku.
Walaupun ukuran penisnya tidak begitu besar, namun batang penisnya sudah cukup memenuhi rongga mulutku
yang mungil.
“Hhmmphh… hmph…” suaraku teredam oleh penis Reza.
Aku berusaha memuntahkan penis itu, namun Reza memajukan pantatnya sehingga penisnya tetap masuk
didalam mulutku hingga menyentuh kerongkonganku.
Reza menjambak poni rambutku dan mulai menggerakkan kepalaku maju mundur. Rasa sakit di ubun-ubunku
karena poni rambutku dijambak sudah cukup untuk membuatku tidak berontak lebih jauh, aku mengikuti
gerakan tangan Reza yang sedang memaksaku mengulum dan mempermainkan penisnya dalam mulutku.
“Aahh… Enaak…” desah Reza saat penisnya keluar masuk dari mulutku.
“Hmmp… mpp… phh…” aku berusaha mengambil nafas untuk menyesuaikan gerakan penis Reza dalam mulutku.
Kocokan mulutku masih belum berhenti, namun aku merasa agak mual karena rasa dalam mulutku saat ini.
Sementara leherku juga pegal karena dipaksa naik-turun oleh Reza.
Beberapa saat kemudian, Reza berhenti manjambak poniku, aku pun segera merebahkan kepalaku yang
pegal-pegal keatas bantal yang lembut untuk melepas penat. Namun rupanya penderitaanku belum juga
berakhir. Reza belum mau melepaskan kenikmatannya dioral olehku.
Belum sempat penisnya keluar dari mulutku, sekarang ia malah menekan selangkangannya ke wajahku dan
menggoyang-goyangkan pantatnya sehingga penisnya kembali masuk kedalam rongga mulutku.
Aku bisa merasakan buah zakarnya yang tergantung menampar-nampar daguku berulang kali bersamaan dengan
gerakan pantatnya yang maju mundur dihadapan wajahku yang kini tertekan oleh bantal, aku pun berulang
kali tersedak karena penis Reza dalam mulutku bergerak dengan amat cepat.
“Oke, kak! Sekarang giliran kakak yang main! Ayo kulum dan mainin pakai lidah kakak!” perintah Reza
sambil menghentikan gerakannya.
Aku sendiri sudah mati kutu, kepalaku terjepit diantara selangkangan Reza dan bantalku, sehingga aku
tidak bisa bergerak bebas.
“Ayo, Kak! Atau mau kugerakkan sendiri dimulut kakak seperti barusan?” ancamnya padaku.
Aku pun tidak punya pilihan lain selain menuruti perintah Reza, setidaknya aku akan lebih leluasa
bernafas apabila aku yang bergerak sendiri.