Farrah Quinn XXX: Demo Memaseks
##################
“Mbak Farah…!”, seorang laki-laki tambun berlari tergopoh-gopoh mendekati seorang wanita cantik yang baru saja menyelesaikan proses rekaman untuk sebuah acara yang akan ditayangkan di salah satu stasiun televisi swasta.
“Oh, ada apa ya?”, wanita cantik bertubuh sexy yang saat itu sedang didampingi oleh seorang wanita yang juga tak kalah cantik, langsung menghentikan langkahnya.
“Maaf mengganggu Mbak, bisa minta waktunya sebentar?”.
“Bapak sendiri siapa?”, wanita cantik itu sedikit mengerutkan keningnya karena merasa ia belum pernah bertemu dengan laki-laki tersebut sebelumnya.
“Oya, nama saya Subagyo”, laki-laki itu mengulurkan tangan kanannya .
Si wanita ikut mengulurkan tangan kanannya dan mereka pun berjabatan tangan.
“Saya adalah kepala Lapas ***”, laki-laki yang mengaku bernama Subagyo itu kemudian mengeluarkan dompetnya dari saku celana belakangnya. Dari dalam dompet laki-laki itu mengeluarkan sebuah kartu nama dan menyerahkannya kepada si wanita tersebut.
“Dalam waktu dekat ini saya berencana membuat sebuah program pelatihan masak memasak untuk para narapidana di tempat saya, pelatihan itu akan dilaksanakan selama satu hari dan saya ingin mengundang Mbak untuk menjadi instrukturnya”.
“Hhhmm… what a instristing idea”, wanita itu tersenyum manis.
Laki-laki tambun itu kemudian melanjutkan kata-katanya, “Saya sudah biasa melihat acara Mbak di televisi dan tadi juga saya sudah melihat langsung Mbak memasak, saya rasa Mbak akan menjadi instruktur yang benar-benar cocok, bagaimana kira-kira Mbak bisa menerima tawaran saya ini?”.
“Untuk sekarang tentunya saya belum bisa memberi jawaban, tapi Bapak bisa dengan manager saya ini, jika natinya kita bisa sama-sama memperoleh kesepakatan saya tentu tidak keberatan untuk mengisi program Bapak tadi”.
“O baiklah, kalau begitu bisa saya meminta nomor telepon yang nantinya saya bisa hubungi”.
“Dea, please give your number to this man so he can contact you about his program”.
Kini selembar kartu nama telah berpindah tempat ke tangan Subagyo. Sejenak laki-laki itu mengamati apa yang tercantum di dalam kartu nama tersebut.
“Bapak bisa menghubungi saya di nomor itu”.
“Terima kasih Mbak”.
“OK Pak Subagyo sekarang saya harus pergi, senang berkenalan dengan anda”, kini giliran wanita cantik itu yang mengacungkan tangannya.
“Terima kasih juga atas waktunya Mbak Farah, saya akan menghubungi Mbak secepatnya”.
Kedua wanita berparas ayu dan berbodi sexy itu lalu berjalan meninggalkan Subagyo. Mata nakal Subagyo langsung beraksi melahap setiap gerakan tubuh molek tersebut. Walaupun sedari tadi ia sudah berusaha untuk sesopan dan seserius mungkin, namun harus diakuinya kalau dibawah sana sudah berontak melihat pemandangan indah di depannya tadi. kembali laki-laki itu melihat kartu nama di genggamannya dan tersenyum kecil. Bagaimana pun juga ia gembira karena obsesinya mendatangkan Farah Quinn ke dalam Lapas yang dikepalainya akan terwujud. Tunggu dulu… Farah Quinn? Iya Farah Quinn, si koki sexy.
Siapa sih yang tidak mengenal nama Farah Quinn? Ia adalah seorang koki wanita pemandu acara memasak di layar kaca salah satu stasiun TV swasta. Sebetulnya sudah banyak acara serupa di TV, tapi kehadiran Farah memberi sensasi tersendiri. Bukan karena format acara yang unik, toh acaranya juga standar-standar saja. Bukan pula karena masakannya yang nikmat, toh belum semua orang pernah mencicipi hasil memasaknya. Pengalaman Farah di dunia kuliner pun bisa dibilang belumlah teruji benar. Saat ia menikah dengan pria Amerika dan pindah domisili ke negeri Paman Sam tersebut, dirinya memang pernah membuka kafe di sana. Tapi popularitasnya pun tidak tenar-tenar amat. Namanya baru terangkat saat Farah dan suaminya pulang ke Indonesia. Sekali lagi, bukan karena prestasi di dunia masak-memasak, melainkan lebih karena faktor kemolekan tubuh. Ya, dibanding koki-koki wanita lainnya, Farah Quinn memang memiliki anugerah yang memikat hati banyak pria. photomemek.com Wajahnya sih tidak terlalu cantik, warna kulitnya pun sawo matang khas wanita Indonesia. Tapi ia memang punya keeksotisan tersendiri, suatu hal yang mampu menarik mata lelaki asing, seperti sering terlihat di pusat-pusat perbelanjaan. Kalau dibandingkan dengan Luna Maya atau Kinaryosih, kecantikan parasnya masih kalah. Namun kalau berbicara soal bentuk tubuh, Farah unggul telak dibanding kedua nama tersebut. Yang paling istimewa ialah payudaranya yang berukuran ekstra untuk bodi semungil dirinya. Tak heran jika setiap pria yang bertemu dengan dirinya, otomatis perhatian utamanya tertuju kepada kedua buah dadanya itu. Mungkin penasaran, ingin melihat seperti apa gumpalan montok di dalam bajunya. Rasanya ini faktor utama penyebab kesuksesan acara Ala Chef yang ia pandu. Mungkin inilah acara memasak yang tidak hanya menarik perhatian para remaja wanita dan ibu-ibu, tetapi juga remaja pria dan para suami. Kalau pemirsa wanita memperhatikan resep dan cara memasak, pemirsa pria – kaum adam yang mupeng – lebih terhibur dengan menonton lekuk tubuh dan gerak-gerik pembawa acaranya. Apalagi Farah memang terkesan sengaja mengidentikkan dirinya dengan sebutan Sexy Chef. Tingkah lakunya sepanjang acara pun terkadang suka menggoda iman, apalagi di akhir acara ia selalu berkata “Hmm.. Yummy”. Haha, pikiran ngeres para pria pun langsung melayang dibuatnya. Menonton Ala Chef, bukan hanya selera makan yang bangun, tapi “si otong” pun ikut terbangun
Seiring kesuksesannya di layar kaca, Farah Quinn makin sering diundang menghadiri acara off-air. Roadshow ke beberapa kota besar kian kerap ia lakukan menjawab undangan dari banyak panitia. Popularitasnya terus melambung. Tak salah memang keputusannya kembali ke tanah air. Mungkin hal ini pula yang membuat Subagyo tertarik untuk mengundang si koki sexy untuk beraksi di Lapas tempatnya bekerja. Ibarat sebuah peribahasa “sambil menyelam minum air”, maka mengundang seorang Farah Quinn selain bisa mengangkat namanya dan memudahkan promosi, ia juga bisa melihat langsung tubuh montok si koki yang biasanya hanya bisa ia lihat di layar televisi.
“Gimana Bos? Sukses?”, seorang laki-laki lain berperawakan pendek bertubuh gempal dan bergigi tonggos. Laki-laki itu adalah Handoko atau lebih sering disebut dengan sebuan Bagong, salah satu staf LP.
“Belum sih Han, tapi paling nggak Farah tadi sudah menunjukkan ketertarikannya”.
“Artinya kita musti usaha lebih keras Bos, pokoknya tu cewek musti datang ke LP kita”.
“Tumben lu semangat gitu?”.
“Gimana nggak semangat Bos, tu cewek bodinya mantep pisan, apalagi tu toket bikin ngiler abis kan jarang-jarang tuh kita dapet kunjungan cewek, gersang nih batin Bos gersang banget he he he”.
“Dasar otak mesum! Gue ngundang si Farah Quinn serius buat ngadain acara bukan buat main-main, lu jangan mikir yang aneh-aneh ya…”, Subagyo berusaha menutupi diri kalau dalam hati ia juga sedikit tergoda dengan perawakan Farah Quinn yang memang menggiurkan.
“Ya namanya juga usaha Bos he he he”.
“Ngaca dulu Han, muka lu tu ancur abis nggak mungkin dilirik ama tu cewek”.
Handoko hanya bisa cengengesan.
“Udah lu buruan deh ambil mobil, kita balik ke kantor sekarang”.
“Siap Bos he he he”.
Setelah memasukkan kartu nama yang didapatkannya tadi ke dalam dompet, Subagyo pun berjalan menuju lobi hotel tempat acara demo memasak diselenggarakan. Senyum masih terkembang di wajahnya yang juga jauh dari tampan, sama seperti staf yang diajaknya. Dengan sedikit usaha negosiasi ia yakin obsesinya mengundang Farah Quinn akan segera tercapai. Tak lama mobil yang dikendarai Handoko sampai dan mereka pun meninggalkan tempat tersebut.
#####################
“Bapak tadi agak sedikit nggak waras kali ya Far, masa ngundang acara masak di dalam LP sih he he he”, wanita yang diakui oleh Farah Quinn sebagai managernya tadi membuka percakapan di dalam mobil.
“Lo memang kenapa Dea?”.
“Nggak apa-apa sih, cuma kedengarannya aneh aja”.
“Gue juga ngerasa sedikit aneh sih tapi nggak ada salahnya kan kalo kita sedikit ganti suasana?”.
“Ganti suasana sih fine-fine aja menurut gue, tapi LP? Emang nggak ada tempat lain?”.
“Iya sih, ya sudah kalo gitu kita tunggu aja tu Bapak beneran ngubungin lu ato cuma sekedar basa-basi aja”.
“Yeah, moga-moga sih nggak beneran he he he”.
“Eh, kalo misalnya beneran gue bakal musti ngisi acara masak di LP, kira-kira gue musti masak apa ya?”.
“Halah, kalo lu yang ngisi acara sih nggak penting apa masakannya apalagi tu LP pasti isinya cowok-cowok semua, tua-tua lagi pastinya he he he”.
“Ah? Maksudnya?”.
“Kan udah bukan rahasia umum kale Far, kalo cowok-cowok suka acara lu cuma karena mau ngeliat bodi sexy lu”.
“Gila lu ya ha ha ha”.
“Mau bukti?”, wanita yang bernama Dea itu kini bersuara sedikit berbisik.
“Mana?”.
Dea kemudian mendekatkan bibirnya ke telinga Farah. “Lu liat deh sopir kita di depan, dari tadi kan dia ngelirik-ngelirik tuh ke belakang, pasti ngeliatin lu deh he he he”.
“Dasar gelo!”, Farah langsung menepuk pundak managernya tersebut. Memang tadi Farah sempat melirik ke arah sopir dari mobil yang mereka kendarai dan kata-kata Dea ada benarnya. Bahkan kata-kata Dea sebelumnya pun ada benarnya juga. Harus ia akui kalau penampilannya yang sensual memang membuat acara masak-memasak yang dipandunya memiliki rating yang tinggi. Dan Farah pun sadar ketika ia harus mengekspos ke-sexy-annya tersebut, setiap kali tampil dalam acara on air ataupun off air.
“Ye, ati-ati lo Far lu musti mikirin masak-masak buat nerima tawaran tu Bapak, LP tempat yang berbahaya lo klo nggak ati-ati lu bisa-bisa diperkosa disana!”, kali ini terdengar nada serius dari suara Dea.
“Come on Dea, lu jangan mikir yang nggak-nggak deh lagian itu kan cuma sekedar undangan demo masak sama seperti undangan-undangan lain yang biasa gue terima”.
“Well it’s up to you, I’m only your manager”.
#####################
Seminggu kemudian.
“Far, guest who’s called me just now?”.
“Who?”.
“Pak Subagyo…”.
“Pak Subagyo?”.
“Iya Pak Subagyo, lu inget Bapak yang bilang bakal ngundang lu ke LP? Well that’s Pak Subagyo”.
“Ooo… that man… gimana? Dia jadi ngundang gue?”.
“Jadi, gue udah bilang ke dia tentang syarat-syarat dan ketentuan yang harus dipenuhi kalo mau ngundang lu, gue juga udah bilangin tarif yang musti dibayar dan dia bilang nggak masalah, jadi sekarang semuanya terserah lu”.
“Hhhmm… gue pikir-pikir dulu deh, kapan dia bilang bakal nelpon lagi?”.
“Gue bilang kalo kita yang bakal ngubungin dia lagi, so kapan lu mau ngasi jawaban gue bakal contact lagi tu Bapak”.
“OK deh, kalo gitu lu hubungi lagi Pak Subagyo ntar biar gue yang ngomong langsung ke dia soal kesepakatan acara ini”.
“OK”, Dea mengambil ponselnya dan mulai men-dial sebuah nomor.
Bagi Farah Quinn undangan kali ini memang penyelenggaranya sedikit unik, yaitu lembaga pemasyarakatan (LP) di sebuah kota di pulau Jawa. Saat pertama memperoleh undangan, Farah memang agak heran. Kok ada LP yang mengundang dirinya? Namun setelah sempat berbicara dengan kepala LP lewat sambungan telepon saat finalisasi kontrak, Farah merasa paham. Kepala LP tersebut memang sengaja membuat acara demo masak bagi para narapidana sebagai bentuk acara keterampilan. Adapun tujuannya terbilang positif, yaitu supaya napi-napi punya keahlian khusus yang dapat dimanfaatkan sebagai mata pencaharian saat mereka keluar LP nantinya dan para napi itu tentunya lebih tertarik bila acara tersebut dipandu oleh seorang chef cantik seperti dirinya dibanding oleh mas-mas atau bapak-bapak tua yang membosankan. Sayangnya, karena belum terlalu lama tinggal di Indonesia, Farah belum mengetahui benar reputasi LP yang akan ia kunjungi hari ini. Di sana, terdapat empat napi residivis yang sudah sering masuk keluar penjara. Keempatnya merupakan komplotan napi yang dipidana akibat kasus perampokan dan pemerkosaan terhadap gadis-gadis belia di kampung-kampung seputaran kota itu. Masing-masing bernama Encep, Gatot, Amar, dan Tinus. Tentunya mereka pasti akan sangat antusias saat mengetahui LP mereka bakal kedatangan seorang Farah Quinn yang sering mereka tonton di TV. Sebagai komplotan yang sudah makan asam garam di dunia kriminal, mereka langsung menyusun rencana busuk. Tujuannya? Apalagi kalau bukan mencicipi seksinya tubuh Farah yang selama ini hanya bisa dibayangkan dalam mimpi atau sambil onani.
“Kapan rencananya kegiatan itu akan dilaksanakan Pak?”, Farah nampak sedang berbicara melalui ponselnya.
“Seminggu lagi Mbak Farah, tepatnya hari sabtu depan”.
“O I see, bagaimana kalau diundur sehari jadi minggu Pak, soalnya sabtu saya ada keluarga di luar kota?”.
“Hhhmm… nggak masalah sih Mbak, asalkan Mbak mau acaranya dimulai agak siang”.
“Nggak masalah sih Pak”.
“OK kalau begitu kita sudah bisa menyepakati jadwal kegiatannya, bagaimana soal penandatanganan kontraknya? Kapan bisa dilaksanakan?”.
“Dua hari lagi, manager saya akan menerima Bapak di kantor saya, draft kontrak akan kami kirimkan sehari sebelumnya untuk Bapak pelajari”.
“Baiklah, kalau begitu saya tunggu kabar berikutnya, senang akhirnya kita bisa mencapai kesepakatan Mbak Farah”.
“Sama-sama Pak Subagyo”.
Telepon pun ditutup dan percakapan berakhir.
“Lu yakin lu mau melaksanakan kegiatan “aneh” ini Far?”, Dea yang sedari tadi duduk di samping Farah seakan-akan ingin menegaskan kembali keyakinan Farah menerima tawaran kegiatan dari Pak Subagyo.
“Gue yakin Dea, memang kenapa?”.
“Perasaan gue nggak enak aja sih”.
“Hei, sejak kapan lu punya sixth sence gini sih?”.
“Bukannya gitu, soalnya hari itu gue nggak bisa ikut bareng ama lu ke LP itu, kan gue ada acara lain di luar kota”.
“Nggak apa-apa kok, lagian Pak Subagyo juga sudah bilang kalau dia akan menyiapkan seorang artis buat jadi host waktu acara itu”.
“Oh artis lain? Siapa?”.
“Gue juga nggak tau, Pak Subagyo bilang dia dengan itu artis belum mencapai kesepakatan soal harga, jadi dia belum berani bilang ke gue”.
“Ya udah, syukur deh jadi lu cukup ditemenin ama crew lapangan aja kan?”.
“Iya, santai aja”.
Walaupun Farah Quinn terlihat santai, namun tidak dengan Dea,managernya. Di dalam hati wanita cantik itu seakan-akan tetap ragu untuk membiarkan Farah Quinn untuk ikut dalam acara masak yang diadakan oleh Pak Subagyo. Seakan-akan ada perasaan yang mengganjal dan terus berbisik kalau sesuatu yang buruk akan terjadi. Entah apa itu, ia sendiri tidak tahu. Tapi yang jelas perasaannya sangat jarang sekali salah.
#####################
Masih di hari yang sama, di tempat yang berbeda.
“Skak…!!”.
“Loh kok bisa gitu? Lu curang nih Cep!”.
“Gimana bisa curang? Wong lu juga dari tadi disini terus, jangan ngeles lu baru mau kalah ha ha ha”.
“Aduh kayaknya melayang lagi nih rokok gue satu bungkus”, laki-laki bertampang sangar itu menggaruk-garuk kepalanya.
Dua orang laki-laki berperawakan kasar dan bengis yang kini sedang bermain catur adalah Encep dan Gatot. Keduanya adalah narapidana yang kini sedang menjalani masa tahanannya di LP tersebut. Keduanya dihukum karena telah sering melakukan perbuatan perampokan dan perkosaan di beberapa tempat. Walaupun sudah sering keluar masuk penjara, namun mereka seakan-akan tidak pernah kapok mengulangi perbuatan bejat mereka. Terakhir kali mereka disini adalah karena perbuatan mereka memperkosa dua orang gadis desa. Tidak hanya mereka berdua yang berada di dalam sel khusus tersebut. Dua orang rekan sekelomplotan mereka yang lain juga ditahan di sel yang sama. Mereka adalah Amar dan Tinus.
“Busyet…!! tu toket gede amat ya Mar?”.
“Iya tuh, tu toket apa melon yak? Ha ha ha”.
Amar dan Tinus kini sedang terlihat berkonsentrasi menonton televisi yang sedang menyala di luar sel mereka.
“Eh Bang, volumenya di besarin dong!”, teriak Tinus, yang berperawakan besar penuh dengan otot dan sekujur tubuhnya dipenuhi oleh tato.
Handoko atau Bagong, staf LP bagian keterampilan yang saat itu sedang tugas piket langsung menoleh ke sumber suara. “Sewot amat sih lu? Ini udah besar kale”.
“Ah Abang, situ sih deket jadi denger nah kita-kita kan di dalem sel Bang?”.
“Ya udah…”, Bagong mengambil remote televisi dan mulai menambah volume suaranya.
“Tu cewek bening amat Bang, siapa tuh namanya?”, tanya Amar.
“Namanya Farah Quinn…”.
“Bule ya Bang?”.
“Nggak orang lokal, cuman kawinnya aja ama bule”.
“Sexy bener…! Jadi kangen gue ama si Surti di kampung, toketnya kan gedenya sama tuh ama tu cewek di TV”, Amar mulai membayangkan tubuh tukang jamu di kampungnya. Memang sudah beberapa tahun mereka semua terkurung di dalam jeruji besi, sehingga hampir tidak pernah lagi mereka merasakan nikmat dan hangatnya tubuh seorang wanita.
“Sontoloyo lu, cewek bening kayak gitu lu samain ama Surti si tukang jamu!”, Tinus yang sedari tadi menampakkan ekpresi mupeng ke arah televisi langsung protes mendengar kata-kata kawannya, karena merusak lamunan joroknya.
“Sama aja kale, paling tampilan luarnya aja yang beda, lu belum pernah nyobain Surti sih! ha ha ha”.
“Eh, berisik bener sih lu pada? Nggak tau kali gue lagi konsentrasi nih!”, Gatot berteriak kesal kearah dua temannya. Rupanya ia masih kesal dengan melayangnya sebungkus rokok miliknya kepada Encep sehingga ia kembali menantang kawannya itu. Sedangkan Encep sendiri hanya bisa cengar-cengir sambil menghisap sebatang rokok hasil kemenangannya di ronde pertama.
Amar dan Tinus menoleh ke arah Gatot untuk sesaat, namun kemudian melanjutkan aktifitas mereka menonton televisi.
“Tukang masak ya dia Bang?”, Amar melanjutkan pertanyaannya.
“Heeem…”, laki-laki betubuh pendek dan bergigi tonggos itu hanya menangguk sedangkan matanya tetap tertuju ke televisi.
“Duh Nus, nganceng nih kontol gue liat tu cewek”.
“Lu pada nonton apaan sih?”, Encep rupanya sedikit terusik dengan percakapan kedua rekannya. Melihat Gatot belum juga memindahkan biji caturnya, laki-laki berambut gondrong itu pun beranjak dari tempat duduknya.
“Ini lo Cep, nonton Farah Quinn…”, Tinus menjawab.
“Siapa tuh? Artis sinetron?”.
“Bukan Cep, tukang masak”.
“Tukang masak? Sejak kapan lu doyan nonton acara masak-masak? Kayak ibu-ibu aja lu he he he”.
“Wah yang ini lain Cep, yang ini tukang masaknya sexy bener!”.
“Masa? Mana?”, Encep memincingkan matanya yang memang sudah agak minus ke arah televisi.
“Mantap kan Cep?”, Amar berucap dengan mata berbinar.
“Busyet…!! Dasyat tuh!”.
“Lu-lu orang baru liat di TV aja udah pada konak gitu, gimana lu-lu liat aslinya langsung? Ha ha ha”, Handoko tertawa terbahak-bahak mendengar komentar-komentar para napi yang dijaganya tersebut.
“Liat aslinya? Mana mungkinlah Bang, masa cewek bening gitu mau main ke LP? Aya-aya awe…”, Amar menimpali.
“Lom tau si lu pada, minggu ini Farah Quinn mau dateng ke LP kita”, Bagong berucap.
“Serius nih Bang?”, kini giliran Tinus yang menimpali.
“Ya seriuslah, malah besok Pak Kalapas mau teken kontrak ama managernya Farah Quinn”.
“Wih, artinya minggu depan kita kedatengan bidadari nih Cep”, Tinus langsung tersenyum mesum.
“Semua napi bakal ikutan acara masak tu ya Bang?”.
“Nggak semualah, bakal dipilih beberapa napi aja”.
“Bang, bisa atur supaya kita berempat bisa ikutan acara masak itu nggak?”, Tinus nampak bersemangat. Gatot yang tadi terlihat sibuk memikirkan langkah biji catur berikutnya, kini telah ikut bergabung bersama kawan-kawannya yang lain.
“Wah susah tuh, yang milih orang-orang yang ikutan langsung dari Pak Kalapas sih”.
“Ayo dong Bang, usahain dong ntar setoran ke Abang kita tambahin deh”, Tinus terus mendesak.
“Iya Bang, setoran plus uang rokok deh”, Amar yang memang sudah nganceng sedari tadi ikutan membujuk si staf LP.
“OK deh, gue usahain”.
“Nah gitu dong Bang! He he he”, Tinus tertawa mesum dan kemudian menatap ketiga kawan-kawan segengnya. Ketiga laki-laki berwajah sangar dan bengis lainnya pun balik tersenyum, seakan-akan mereka mengerti makna tatapan Tinus.
Sebuah ide jahat, kini sudah muncul di dalam kepala keempat resedivis kambuhan tersebut. Dan sebuah rencana yang tak kalah jahat pun siap disusun.
#####################
Hari yang ditunggu-tunggu.
“Selamat datang Mbak Farah!”, sapa Pak Subagyo, sang kepala LP saat menyambut kedatangan Farah Quinn. Sebagai pimpinan LP yang merasa harus menjaga wibawa, ia mencoba bersikap sopan dengan menatap wajah tamunya itu.
“Terima kasih Pak Subagyo, duh.. cukup gerah juga ya udaranya di sini”, ujar Farah yang baru turun dari mobil ber-AC.
“Aduh jangan terlalu formal-lah Mbak Farah, cukup panggil saya Bagyo saja”, mata nakal laki-laki bertubuh tambun itu langsung berkontraksi dengan otak mesumnya melihat kedatangan sang tamu spesial.
“Oh iya Pak Bagyo”.
Cuaca di kota tersebut memang terkenal panas. Farah yang hari itu sepanjang di mobil mengenakan jaket denim, langsung melepaskan jaketnya tersebut. Langsung terpampanglah kemeja ketat berwarna biru yang ia pakai di balik jaketnya tersebut. Saking ketatnya kemeja Farah, payudaranya kian terekspos jelas. Dua gumpalan empuk itu seakan ingin memberontak keluar dari kemeja biru tersebut. Melihat pemandangan itu, Subagyo mau tak mau langsung mencelos hatinya. Niat sopan pada awalnya kini kalah dengan naluri kelelakiannya.
“Mmmaa.. rrrii.. mb.. mbbak Far.. Farah… Mari sss.. si.. silakan ma.. mass.. massssuk…”, tiba-tiba ucapan Subagyo menjadi terbata-bata saat mempersilakan Farah masuk ke LP binaannya.
“Okay, thank you Pak… tapi Bapak kok ngomongnya jadi nggak jelas gitu sih? Kayak Azis Gagap deh.. lucu…”, seloroh Farah sambil mencolek pinggang Subagyo. Farah memang suka iseng menggoda lawan bicaranya kalau ia tahu lawan bicaranya itu terpesona melihat kemolekan tubuhnya.
“Ah.. nggak kok… rrr… itu… anuu… saya kagum aja sama susu Mbak Farah… eeeeh… maaf… maksud saya… susunan acara yang akan diikuti Mbak Farah hari ini”, Subagyo jelas makin gelagapan diisengi seperti itu.
“Oooh… begitu toh Pak. Iya, saya juga kagum sama dedikasi Bapak dalam membina LP ini. Bapak sepertinya memang tipe responsible man, lelaki bertanggung jawab terhadap pekerjaannya. I like such man. Pasti bisa membahagiakan istri juga. Hmm.. yummy”, tutur Farah dengan ucapan khasnya, terus menggoda Subagyo.
“Haha… ha… Mbak Farah bisa saja.. haha..”, Subagyo terkekeh, menutupi rasa malu dan groginya. Apalagi saat melihat kemeja Farah yang asalnya memang sudah ketat, terlihat kian menantang karena mulai dibasahi kucuran keringat. Otomatis bayangan bra dan kemontokan buah dadanya makin membayang.
“Ma… mari Mbak, kita masuk ke ruangan acaranya, para napi binaan kami sudah menunggu”, lanjut Subagyo sambil bersegera masuk ke aula LP, tempat demo masak bakal diselenggarakan. Farah Quinn mengikuti dari belakangnya. Ia tidak menyadari bahwa aula tersebut bakal menjadi saksi bisu satu pengalaman yang tak akan terlupakan sepanjang hidupnya.
“Sorry Pak Bagyo, kata Bapak akan ada artis juga yang akan menjadi host acara ini, siapa ya orangnya?”.
“Oh iya, hampir saja saya lupa, orangnya sudah di aula tempat acara dia baru datang beberapa menit yang lalu”.
“Begitu ya? Terus siapa orangnya?”.
“Ya, Mbak Farah bisa lihat sendiri nanti”, Subagyo kembali mempersilakan Farah Quinn beserta dengan rombongannya untuk beranjak menuju aula tempat acara akan dilangsungkan.
###########################
Keriuhan di aula LP sudah terjadi sejak pagi. Segala persiapan dilakukan, mulai memasang panggung, backdrop, mengatur meja dan kursi, melengkapi bahan-bahan masakan dan peralatan masak yang sebelumnya sudah diminta oleh Farah melalui surat. Mengingat kemampuan masak para napi yang diperkirakan Farah belum terlalu tinggi, ia sengaja memilih menu-menu masakan Eropa yang simpel dan mudah dibuat. Yaitu fish, sausage, ‘n chips, milkshake buah-buahan, dan puding vla. Di dalam aula, terdapat pula sebuah kamera video yang dipasang di depan panggung. Maksudnya tentu untuk mendokumentasikan demo masak karena jarang-jarang LP ini mengadakan acara sebesar ini, apalagi mengundang tamu koki terkenal segala. Paling banter acara keterampilan memasak yang pernah dibikin di sini hanya mendatangkan koki kota setempat. Untuk peserta, para napi diseleksi secara khusus meliputi napi-napi yang memang sering ikut kelas memasak sebelumnya. Subagyo, sang kepala LP, memercayakan seleksi ini kepada kepala bagian keterampilan, Handoko, yang biasa dipanggil Bagong karena bentuk tubuhnya yang agak pendek dan gempal, berwajah kurang sedap dipandang dan bergigi tonggos, laksana Bagong si tokoh punakawan. Suatu kesalahan fatal karena Bagong merupakan pengurus LP yang paling dekat hubungan pertemanannya dengan empat sekawan Encep, Gatot, Amar, dan Tinus. Kuartet yang di luar juga dikenal sebagai “Entot Anus”, karena kegemaran mereka melakukan anal sex terhadap korbannya. Ketika tahu rencana LP mereka mendatangkan Farah Quinn dan Bagong menjadi semacam ketua panitianya, Gatot yang di dapuk sebagai pimpinan komplotan, langsung menghubungi kawannya itu. Ia membeberkan rencana kawan-kawannya terhadap koki seksi tersebut. Tanpa pikir panjang, Bagong langsung menyetujui dan memasukkan kuartet itu sebagai peserta acara. Ternyata selama ini, dirinya pun memendam hasrat terhadap Farah Quinn. Mengubah acara “demo memasak ala Farah Quinn” menjadi “demo memaseks (memasak sambil ngeseks) bersama Farah Quinn”.
“Wah ramai juga ya Pak?”.
“Iya Mbak, maklum jaman sekarang banyak godaan yang bikin orang-orang baik yang berubah jadi penjahat, resikonya ya LP jadi penuh sesak gini”, kembali Subagyo menyempatkan diri melirik ke arah dada Farah. Seperti yang dikatakannya tadi, banyak godaan yang membuat orang-orang jadi berpikiran jahat termasuk dirinya sendiri yang begitu tergoda melihat gundukan besar dan kenyal milik sang tamu.
“Jadi yang ada di aula ini adalah semua napi yang ada di LP ini?”.
“Nggak semualah Mbak, kalau semua pastilah aula ini nggak bakal muat atuh”.
Farah Quinn hanya mengangguk-angguk melihat aula tempat akan dilangsungkannya acara terlihat begitu penuh sesak. Semua napi yang hadir adalah napi laki-laki, dengan tampang dan perawakan yang jauh dari kata tampan. Hampir semua berwajah sangar dan bengis. Semuanya seolah-olah menatap tajam ke arahnya, bak segerombolan serigala yang melihat seekor domba segar. Farah pun sedikit bergidik melihat kenyataan ini.
Ketika Farah tengah asyik menyapu pandangannya sekeliling ruangan aula, sebuah tepukan mendarat di pundaknya.
“Hai Farah, datang juga akhirnya”.
Farah Quinn membalikkan tubuhnya guna melihat siapa yang menepuk pundaknya tadi.
“Oh, Olga… ngapain lu disini?”, Farah tersenyum lebar.
Kedua wanita itu kemudian bersalaman dan saling berciuman pipi.
“Rupanya kalian sudah saling mengenal, Mbak Olga Lydia ini yang akan menjadi host Mbak dalam acara demo memasak hari ini”, Subagyo menjelaskan.
“Elu toh hostnya, tadi gitu kan kemarin gue telepon lu jadi kita bisa berangkat bareng”.
“Gue tahu sih kalau bintang acara hari ini adalah the great Farah Quinn, tapi gue kan nggak enak juga nelpon soalnya pasti lu pasti bakal sibuk banget nyiapin segala sesuatu buat hari ini he he he”.
“Biasa aja sih, kan acara-acara demo masak seperti ini udah biasa gue lakuin jadi nggak perlu persiapan yang terlalu ribet”.
“Maaf, Mbak-Mbak berdua bukannya saya ingin mengganggu obrolannya, tapi acara sebentar lagi akan dimulai mungkin Mbak berdua bisa mengambil tempat langsung di depan”, Subagyo menyela pembicaraan kedua wanita cantik tersebut.
“OK Pak, kalau begitu biar staf saya mempersiapkan perlengkapan terlebih dahulu”.
Farah lalu memberi isyarat kepada kepala rombongannya untuk memulai menyiapkan segala sesuatunya di meja panjang di depan aula. Rombongan Farah yang beranggotakan dua orang wanita dan tiga orang laki-laki itu pun mulai bekerja memindahkan peralatan masak dan juga bahan-bahan masakan ke tempat dimana Farah akan melakukan demo memasak.
“Semua udah siap Far?”, Olga Lydia memastikan terlebih dahulu kalau semuanya sudah siap sebelum ia membuka acara.
“OK, I am ready…”.
“Sorry Far, gue nitip kamera digital gue di tas lu dong, males nih gue balik lagi ke mobil”.
“OK, tapi entar lu inget ngambilnya ya, kalo nggak gue langsung balik nama he he he”.
“Dasar… sip deh!”.
Acara demo masak pun kemudian berjalan dengan normal. Pembukaan pun dilakukan oleh Olga Lydia dengan mengenalkan terlebih dahulu sang bintang, Farah Quinn kepada seluruh peserta yang ada di aula tersebut. Tepuk tangan riuh pun langsung terdengar di penjuru ruangan aula. Kemudian acara dilanjutkan dengan kata sambutan dari Handoko, sebagai ketua panitia dan akhirnya acara dibuka dengan prosesi penyalaan kompor oleh Subagyo, sebagai Kepala LP.
Olga Lydia
Tak ada yang aneh selama acara demo masak tersebut berlangsung. Semua peserta demo masak nampak “serius” memperhatikan segala gerak-gerik yang dilakukan oleh Farah Quinn. Entah serius memperhatikan apa yang didemokan oleh sang koki, atau justru mereka serius memperhatikan gerakan anggota tubuh sang koki yang menang terlihat agak lebih “menonjol” daripada resep yang kini sedang dipraktekkan. Demikian pula halnya Olga, wanita oriental ini bersaing dengan Farrah menjadi pusat perhatian mereka.
“Busyet Mar, ternyata aslinya lebih mupengin daripada kalo cuman di TV ya?”, Tinus berbisik kepada Amar yang duduk di sebelahnya.
“Gue setuju banget Nus, nganceng abis nih gue, si amoy Olga itu juga bikin gua ngaceng tuh, liat tuh pahanya bagus banget putih mulus, gemes pengen ngelusin”.
“Tahan dikit lagi Mar, kalo rencana Gatot berjalan lancar sebentar lagi kayaknya kita bakal bisa ngerasain tuh koki”.
“Iya nih, gue penasaran lebih enakan mana sih masakannya atau kokinya langsung nih ha ha ha”, Tinus tertawa tertahan. Bagaimanapun ia tidak boleh membiarkan napi-napi lainnya mendengar apa yang sedang mereka berempat rencanakan.
“Lagian si Encep ama Gatot lama banget sih perginya? anganku.com Kayaknya ni acara bentar lagi kelar bisa gawat tuh kalo tu koki sexy keburu pergi”.
Memang saat ini Farah Quinn terlihat sedang menyiapkan bahan-bahan untuk membuat milkshake buah-buahan yang merupakan hidangan terakhir yang berfungsi sebagai pencuci mulut, selain puding vla yang telah selesai dibuat sebelumnya. Sementara Olga berinteraksi dengan para peserta demo sehingga suasana tidak sepi.
“Nah tu si Encep ama Gatot dateng”, Tinus menunjuk ke arah kedua kawannya yang kini sedang berusaha berjalan mendekati mereka diantara para napi yang duduk berjajar.
“Gimana Cep? Beres?”, Amar bertanya penuh harap.
“Beres Mar, semuanya udah kita urus bareng si Bagong”.
Mereka berempat pun tersenyum penuh kemesuman sambil menatap tajam ke arah Farah Quinn yang masih sibuk menjelaskan tentang bagaimana mencampur buah-buahan dengan adonan susu di dalam sebuah loyang besar. Beberapa kali terdengar suara tawa dari para napi ketika ditengah penjelasannya, Farah sedikit melontarkan joke-joke segar sebagai pencair suasana.
#####################
Akhirnya acara hari itu pun ditutup ketika para napi yang hadir di aula selesai menikmati masakan yang tadi didemokan oleh Farah Quinn. Kini para napi sudah dikembalikan kembali ke dalam sel mereka masing-masing. Yang ada di ruangan aula saat ini hanya Farah Quinn, Olga Lydia, Subagyo dan Handoko. Sedangkan rombongan Farah Quinn sendiri nampak sibuk merapikan alat-alat masak yang tadi digunakan dan kemudian memasukkannya ke dalam mobil.
“Terima kasih Mbak Farah dan Mbak Olga sudah bersedia hadir hari ini”, Subagyo membuka percakapan setelah beberapa menit yang lalu aula mulai nampak sepi.
“Sama-sama Pak Bagyo, ini sungguh sebuah pengalaman baru buat saya”, Farah tersenyum manis. Sementara Handoko atau Bagong yang berdiri di samping Subagyo sedari nampak gelisah. Agaknya laki-laki tonggos itu, sudah tidak kuat lagi menahan dorongan birahi yang sudah sedari tadi melanda dirinya akibat melihat tubuh montok dan molek milik sang tamu kehormatan.
“Tapi saya ingin membicarakan tentang satu hal dengan Mbak Farah”.
“Oh apa itu Pak?”.
“Begini Mbak, seminggu lagi LP kami diminta untuk mengisi salah satu stand dalam pameran pembangunan yang dilaksanakan oleh Departemen Hukum dan Ham dimana rencananya kami akan membuka stand masakan dalam acara tersebut”.
“O I see, terus?”.
“Dalam rangka pelaksanaan acara tersebut, kami ingin meminta tolong kepada Mbak Farah untuk sedikit memberikan kursus memasak kilat barang setengah jaman kepada beberapa napi yang telah kami pilih, sehingga nantinya mereka bisa siap dengan model-model masakan baru”.
“Hhhmm…”, Farah Quinn mengerutkan dahinya. “Tapi ini tidak ada di dalam kontrak?”.
“Iya saya tahu, masalahnya saya baru mendapat telepon dari Pusat setelah kontrak selesai kita tandatangani, jadi kalau bisa saya meminta bantuan ini secara personal kepada Mbak Farah”.
“Hhhmm… bagaimana ya?”.
“Besar lo harapan saya, Mbak mau menerima permintaan kami ini”.
“Lu gimana Ga? Mau balik sekarang?”, sejenak Farah mengalihkan perhatiannya kepada Olga Lydia yang berdiri disampingnya.
“Kalo gue sih musti balik secepatnya Far, abis ntar malem gue musti ngisi acara live di TV”.
“Tanpa host nggak apa-apa Pak?”.
“Oh nggak apa-apa Mbak, soalnya ini kan sifatnya privat langsung kepada napi-napi yang telah dipilih”.
“Terus apa peralatan saya perlu diturunkan lagi?”.
“Tidak usah Mbak, semua peralatan sudah kami siapkan, selain itu Mbak juga tidak perlu memasak lagi Mbak cukup menjelaskan dengan teori-teorinya saja kepada para napi”.
“OK kalau begitu, saya bersedia tapi hanya untuk setengah jam”.
“Terima kasih Mbak Farah”, senyuman langsung terkembang di wajah Subagyo. Namun senyuman yang paling terkembang adalah senyuman dari si Bagong yang merasa rencananya bersama empat napi agaknya akan berjalan lancar.
“Kalo gitu gue balik duluan deh Far”.
“OK deh Ga, see you soon ya…”.
“Kalau begitu saya akan mengantar Mbak Olga ke pintu depan, Mbak Farah bisa ikut dengan staf saya, Handoko, menuju ke tempat dimana para napi sudah kami kumpulkan”.
Kedua wanita cantik itu pun saling melambaikan tangan. Olga Lydia berjalan menuju ke pintu depan ditemani oleh Subagyo, sementara Farah Quinn diantarkan oleh Bagong ke tempat “khusus” yang telah disiapkan dimana para napi telah menunggu dengan tidak sabar.
###################
Bagong
“Nah ini tempatnya Mbak”, Bagong membuka pintu sebuah ruangan.
Ruangan itu terlihat seperti sebuah gudang. Berukuran sama seperti sel-sel yang ada di dalam LP tersebut, tanpa jeruji tentunya. Dengan ragu Farah Quinn masuk ke dalam ruangan tersebut. Sementara mata nakal Bagong nampak menatap nanar ke arah bongkahan pantat Farah yang saat itu terbungkus rok mini berbahan jeans. Rok tersebut terlihat terlalu ketat sehingga mencetak segalanya yang ada di baliknya. Beberapa detik Bagong sempat menyentuh selangkangannya yang mulai nampak menggelembung.
“Cuma empat orang?”, pertanyaan Farah bernada heran.
“Iya Mbak, kita memang cuman memilih mereka berempat, itu batas kuota yang diberikan oleh kantor pusat”.
“Ya sudah kalau begitu kita tunggu Pak Bagyo dulu”.
“Nggak usah Mbak, kita mulai saja duluan nanti toh Pak Kalapas bakal nyusul juga”.
“OK, it’s up to you…”.
Farah Quinn kemudian berjalan menuju meja di depan ruangan tempat dimana seluruh perlengkapan telah disiapkan. Ia lalu memeriksa satu per satu perlengkapan masakan dan juga bahan-bahan masakan yang ada di sana. Sedangkan ketiga orang napi yaitu Encep, Amar dan Tinus mulai nampak berbisik-bisik satu dengan yang lain. Sedangkan Gatot berada di pojok ruangan sambil membawa sebuah video kamera.
“Baiklah bapak-bapak, kita akan mulai acara pelatihan kilat hari ini, dengan instrukstur oleh Farah Quinn sendiri”, Bagong seolah-olah memperkenalkan kembali Farah Quinn kepada para napi yang ada, walaupun itu sebenarnya sama sekali tidak perlu.
Total peserta yg ada di aula sebanyak 6 orang. Farah, Bagong, Encep, Gatot, Amar dan Tinus. Empat orang napi yang dipilih oleh Subagyo adalah para napi yang mendapatkan “rekomendasi” dari staf kepercayaannya, Bagong. Lokasi ruangan tersebut memang berada agak terpisah dengan bangunan LP sehingga tidak akan ada orang yang lalu lalang di sekitar ruangan. Bahkan mungkin tidak akan ada orang yang tahu aktifitas apa yang terjadi di dalamnya.
“Untuk apa kamera itu?”, Farah berbisik ke Bagong yang berdiri di sebelahnya. Nampaknya koki cantik itu agak merasa risih dengan keberadaan Gatot yang terus merekam segala aktifitasnya.
“Itu untuk dokumentasi kami, setiap kegiatan harus ada dokumentasinya untuk dilaporkan setiap bulannya”.
Farah hanya mengangguk pelan. Kemudian dengan ragu Farah mulai mengambil satu per satu bahan-bahan makanan dan juga fungsinya masing-masing. Berlahan ia mulai merasa khawatir melihat di dalam aula hanya ada seorang wanita, yaitu dirinya, dan dia dikelilingi napi-napi pria yang tampak mupeng melihat tubuhnya. Menu pertama, Farah mulai menyebutkan bahan-bahan untuk memasak, dan terus disorot oleh kamera video yang dipegang oleh Gatot.
“Fish, sausage, ‘n chips dan juga sosis yang panjang-panjang ini adalah bahan kita untuk membuat roasted fish with sausage”.
Belum selesai Farah menerangkan tiba-tiba Encep langsung mengangkat tangannya, “Mbak, itu sosis harus make yang itu ya? Soalnya saya punya “sosis” yang jauh lebih panjang nih, bisa juga dipake nggak? Ha ha ha”.
Farah mulai risih dengan guyonan-guyonan yang mulai menyerempet-menyerempet ke arah vulgar. Sedangkan napi-napi yang ada di dalam ruangan, termasuk Bagong justru tertawa terbahak-bahak mendengar lelucon tersebut.
“O apa saja boleh, sosis ayam, sosis babi, soal panjang atau pendek itu sesuai selera”, Farah berusaha untuk tetap sopan.
Kini giliran Amar yang mengangkat tangan. “Kalo Mbak Farah suka yang panjang atau yang pendek? He he he”.
Kembali terdengar gelak tawa. Wajah Farah Quinn sendiri kini nampak memerah.
“Jelas yang panjang dong, kan biasa main sama bule he he he”, Tinus menimpali karena Farah Quinn hanya terlihat terdiam.
“Bisa kita lanjutkan?”, Farah memotong pembicaraan karena melihat arahnya yang sudah mulai ngelantur. Farah pun kemudian kembali menjelaskan tentang bahan-bahan dan bumbu yang diperlukan untuk membuat saus tomat yang akan disiram diatas ikan bakar.
Belum selesai Farah berbicara, kembali ucapannya harus terpotong karena melihat Encep mengangkat tangan.
“Interupsi Mbak!”.
“Busyet gaya lu kayak anggota dewan aja Cep? Ha ha ha”, Amar langsung menimpali. Gelak tawa pun kembali terdengar membahana di seluruh ruangan.
“Ini penting Mar, makanya gue make gaya pejabat dikit he he he”, Encep menepuk bahu Amar yang duduk di sebelahnya.
“Iya ada apa?”, Farah masih berusaha untuk menjaga kesopanannya dengan tetap tersenyum.
“Begini Mbak, setelah saya melihat, mendengar dan merasakan apa yang Mbak paparkan, akhirnya saya merasa perlu menimbang dan memutuskan…”.
“Ha ha ha ngeliat dari ngomong lu kayaknya lu udah cocok banget ikut pilkada tuh Cep…!”.
Kembali tawa menggelegar di penjuru ruangan, ketika Amar kembali mengeluarkan berkomentarnya.
“Eh gue serius nih…”, Encep berusaha menampakkan ekspresi wajah serius, walaupun sama sekali tidak bisa menutupi kekoyolan dan codet wajahnya. Gelak tawa masih terus terdengar.
“Sudah… sudah… tolong dilanjutkan Pak”, Farah semakin terlihat kesal melihat suasana ruangan yang mulai gaduh.
“Begini Mbak, kalau cuman duduk di tempat duduk ini saya takut kurang jelas menangkap penjelasan dari Mbak, maka dari itu saya minta ijin untuk maju ke depan sehingga bisa melihat langsung dengan lebih jelas”, Encep berusaha terlihat seintelektual mungkin, walaupun itu justru membuat kata-katanya menjadi kaku dan baku mirip guru bahasa Indonesia yang sedang mengajar di kelas.
“OK it’s fine, Bapak bisa maju ke depan”, Farah kini mengembangkan senyumnya.
“Kita-kita boleh maju juga nggak Mbak?”, Tinus langsung mengangkat tangan, setelah melihat Encep mulai berdiri dari tempat duduknya.
“Baiklah, semuanya boleh maju ke depan sekalian Bapak-Bapak membantu saya”.
Tinus dan Amar kemudian menyusul Encep untuk maju mendekati Farah dan Bagong juga yang sebelumnya memang telah berada di samping si koki sexy.
“Aduh jangan dorong-dorong gitu dong Pak”, Farah sedikit memperingatkan keempat orang yang berada di sampingnya. Mereka berempat nampaknya mulai saling berebutan untuk berada langsung di samping sang koki. “OK, dua di samping kanan dan dua di samping kiri”, Farah mengatur posisi keempat laki-laki yang dikini mulai nampak mengerumi dirinya.
Karena sibuk mengatur posisi keempat napi tersebut, tanpa Farah sadari dibelakangnya tekah berdiri Gatot yang memegang video kamera. Dengan nakal Gatot mengarahkan kamera tersebut ke bawah rok jeans yang dikenakan oleh Farah Quinn. Gatot tersenyum mesum ketika di layar video kamera yang dipegangnya nampak gambar celana dalam sang koki sexy yang berwarna putih. Tangan kirinya pun dengan sigap langsung merabai selangkangannya sendiri. Melihat keempat orang yang berada di sampingnya mulai bisa mengatur diri, Farah kemudian meminta bantuan peserta demo untuk membantu. Akhirnya semuanya berjalan sesuai dengan skenario yang disusun sebelumnya. Mereka semua sudah bisa berada di dekat si koki sexy. Bau tubuh Farah langsung menggoda hidung kelima laki-laki berperawakan kasar dan ganas itu, melebihi aroma bahan dan bumbu makanan yang tergeletak di atas meja. Kelima orang laki-laki tersebut tersebut terlihat sudah tidak sabar lagi untuk mencicipi langsung hidangan utama hari itu, yaitu tubuh seorang Farah Quinn.
“OK, Bapak-bapak sekarang mengupas bawang dan Bapak-bapak di sebelah kanan saya bantu saya memotong wortel”.
Seperti biasa, sambil memasak Farah tampil menggoda rekan memasaknya. Justru itu yang diinginkan kedua napi tersebut. Saat Farah menyerahkan wortel kepada dua laki-laki yang berada di sampingnya sambil mencolek pinggang salah satu dari mereka, tak dinyana Encep balas mencolek. Farah terkejut diabuatnya dan minta supaya Encep bersikap sopan. Tapi Encep sudah tak mampu menahan gairahnya, sehingga ia langsung menelikung Farah dan memeluk tubuh molek itu dari belakang.
“Eh apa-apaan ini!”, Farah meronta dan menolak.
“He he he kita udah nyoba masakan Mbak Farah, ternyata benar-benar enak, sekarang kita cuman pengen nyoba kokinya sekalian apa sama enaknya atau nggak”, Bagong memegang dagu Farah sehingga kepalanya tidak lagi bisa bergerak-gerak.
Melihat Encep yang sudah tidak kuat lagi menahan rontaan Farah, Tinus pun ikut membantu memegangi tubuh si koki sexy.
“Let go of me… lepaskan… lepaskan aku…”, Farah terus meronta dan melawan. Kaki wanita cantik menendang-nendangkan kakinya ke segala arah. Namun rupanya ini adalah sebuah kesalahan, karena ketika Farah menendang-nendang, rok jeans yang dikenakannya menjadi tersingkap dan beberapa kali celana dalamnya terlihat. Ini jelas menggoda birahi Bagong, Amar dan Gatot yang berdiri didepannya.
“Waduh, mulus banget sih tu paha Bang!”, Amar berseru melihat rok Farah yang terus tersingkap.
“Ha ha ha gue jadi pengen nih liat dalemnya, mulut juga nggak ya?”, Bagong maju dan mencoba melepaskan rok bawahan dan celana dalam yang dikenakan Farah.
“Jangan… jangan…!”, kedua kaki Farah terus menendang-nendang ke segala arah, sehingga mengakibatkan Bagong kesulitan untuk melaksanakan niatnya.
“Mending bajunya aja dulu Bang, gue penasaran nih liat toketnya”, sambil terus berusaha menahan rontaan Farah, Tinus berucap kepada Bagong.
“Bener juga nih…”, Bagong lalu mengambil sebuah pisau dapur dari atas meja. Kemudian dengan cekatan ia memotong satu persatu kancing kemeja yang dipakai oleh si koki sexy. Gatot yang masih terus merekam adegan itu nampak semakin semangat men-zoom areal dada Farah yang mulai terbuka.
Tak lama kemeja biru yang dipakai Farah sudah terkoyak dan tergeletak di lantai. Farah terus meronta berusaha melepaskan kedua tangannya yang dipegang oleh Tinus guna menutupi payudaranya yang sudah terekspos. Bra hitam yang dikenakan Farah terlihat tidak cukup untuk menutupi payudara berukuran jumbo tersebut. Tak lama Bagong telah berhasil memotong tali bra tersebut dan membuangnya jauh-jauh. Kelima laki-laki yang berada di ruangan tersebut langsung membelalakan mata melihat payudara seorang Farah Quinn yang begitu mempesona.
“Busyet! Tu toket gede banget Bang, montok lagi…”, Gatot berteriak kegirangan dan terus merekam pemandangan indah tersebut. Dengan cepat laki-laki itu langsung menyambar bukit kembar itu dan meremas-remas bagian kanan. Seakan tak mau kalah, Bagong pun langsung meremas payudara kiri Farah dan merasakan bagaimana padat dan kenyalnya daging montok berukuran jumbo tersebut.
“Pak, please… jangan lakukan ini, saya mohon…”, Farah mulai nampak menangis melihat tubuh atasnya mulai dijamah dan diremas-remas. Kini wanita cantik itu sudah tidak tahu lagi tangan milik siapa lagi yang meremas-remas puting dan payudaranya.
Ketika kelima laki-laki itu saling berebutan meremas payudara Farah, tiba-tiba pintu ruangan terbuka. Di depan pintu berdirilah Pak Subagyo, Kepala Lapas diikuti Olga di belakangnya.
“Apa-apaan ini?!” bentak pria itu
“Hah!” Olga terkejut melihat adegan di hadapannya itu, tangannya menutupi mulutnya.
Bagong dan keempat Napi langsung menghentikan remasan mereka, namun Tinus dan Encep tetap memegangi tubuh Farah yang bagian atasnya telah terbuka.
“Tolong Pak, tolong saya…Olga tolong!!”, suara Farah terdengar sesenggukan.
Farah teriak minta tolong kepada kedua orang tersebut. Saat itu Subagyo hanya mengantarkan Olga yang memutar balik mobilnya mumpung belum jauh dari LP karena baru ingat menitipkan kameranya pada Farrah tadi sebelum acara. Saat melewati ruangan itu mereka mendengar suara-suara aneh sehingga si kalapas itu memeriksa sejenak. Subagyo yang tidak tahu-menahu rencana Bagong dan Gatot cs. terkejut menyaksikan kejadian ini.
“Pak Bagyo, tolong saya…”, kembali Farah berteriak.
“Ma… maafkan saya Pak”, Bagong tergagap melihat atasannya itu mulai mendekatinya.
Beberapa menit suasana ruangan itu menjadi sunyi, hanya terdengar suara isakan tangis dari Farah sampai Olga yang tidak sanggup bersuara karena kaget membalikkan badan dan hendak lari meminta pertolongan. Subagyo dengan cekatan menutup pintu itu dan menguncinya.
“Aahh…Pak, anda…anda….” Olga tergagap melihat reaksi pria itu yang tadinya sopan kini mulai memperlihatkan wajah mesum, pandangan matanya menyapu tubuhnya bak ingin menelannya.
“Eheem…”, Pak Subagyo berdehem. Kelima laki-laki itu nampak was-was menunggu instruksi dari Kalapas mereka. “Kalian lanjutkan…!”
“Wehehe…lanjutkan oy!! Tambah satu cewek lagi!” sahut Amar sambil meneruskan remasannya pada payudara montok Farrah.
Senyum sumringah langsung terpancar di wajah para napi. Teriakan kegembiraan langsung terdengar di seluruh ruangan. Subagyo sebenarnya sempat mengalami pergumulan sejenak, satu sisi ia ingin menghentikan aksi bejat tersebut, tapi bisikan iblisnya ternyata berhasil mengalahkan akal sehat. Payudara Farah yang menggantung bebas dan telah ia idam-idamkan sejak pertama kali berjumpa, membuatnya mulai kehilangan akal sehat. Apalagi mengingat dirinya sudah lama tidak berhubungan intim dengan istrinya yang tinggal di kota berbeda. Dengan pelan ia menutup pintu dan menguncinya. Ia rupanya akan memilih untuk bergabung dan memangsa Olga yang sejak awal sudah membuatnya deg-degan.
“Maaf Mbak Olga, gimana kalau kita bergabung aja…saya juga kesengsem sama Mbak sih!” kata Subagyo berjalan menghampiri Olga
“Lepaskan saya. Saya tidak akan bilang ke siapapun. Tolong lepaskan saya dan saya akan tutup mulut.” kata Olga dengan nada gemetar sambil melangkah mundur pelan-pelan.
Olga menyadari apa yang akan menimpanya, ia berusaha untuk menghindar dan mencari cara untuk kabur., dia tidak punya waktu buat menghindar. Ketika ia berbalik hendak menuju pintu, lengan kokoh Subagyo langsung mendekapnya.
“Jangan!! Tolongg!!” Olga menjerit sambil meronta dan menendang-nendangkan kakinya
“Hehehe…ayo dong Mbak, kalau ngelawan gini malah jadi sakit loh!” kata Subagyo sambil terkekeh
“Apa apaan ini.. Farr..tolong!!” Olga menjerit lebih keras sambil berusaha lepas dari dekapan Subagyo
Subagyo
Tangan si kepala penjara itu sudah berusaha menyingkapkan rok yang dipakainya, saat itu Amar meninggalkan Farrah dan mendekati mereka.
“Jangann!! Pergi!! Lepaskan!!” Olga menendangkan kakinya ke arah narapidana itu.
“Eit….hehehe….” Amar dengan mudah mengelak dan menangkap betis Olga, “wuiihh…nih kaki mulus bener, eh celana dalemnya pink ya” pria itu mengelus pahanya dan menunduk sedikit melongok ke bawah rok wanita itu.
“Hentikan..saya mohon..!!” Olga berusaha meronta dari himpitan tubuh si kepala lapas yang makin ketat mendekapnya dari belakang, sementara Amar memegangi kaki kanannya yang tadi menendang sambil berusaha menciumi bibirnya
“Mmh…bajingan…jangan!!” jeritnya membuang muka ke samping ketika mulut Amar berhasil menempel di bibirnya
Namun di saat yang sama ia merasakan rabaan tangan Subagyo pada pahanya setelah ia menyingkap roknya. Ketika Amar hendak menciumnya lagi, buk…Olga berhasil menyarangkan tendangannya ke perut napi itu sehingga terhuyung ke belakang. Semua terdiam sejenak, Amar memegangi perutnya sambil menatap marah pada presenter cantik itu. Olga terhenyak, ia sadar kalau pria itu kalap bisa-bisa mencelakai dirinya. Amar meraih pisau dari meja yang dipakai Farrah untuk memotong bahan makanan.
“Jangan….jangan!!” suara Olga gemetar ketika Amar menempelkan pinggiran pisau itu di lehernya,
“Sabar…sabar Mar…kalau si Mbak sampai terluka bisa cilaka kita semua!” Subagyo mencoba menenangkan.
“Tenang…yang kaya gini gua mana tega ngelukain…enakan dientot, tapi kalau keterlaluan….!” ia menurunkan pisaunya ke bawah, terus hingga ujungnya yang tajam mengangkat rok Olga.
Olga gemetaran dan meneteskan air mata sambil mengiba, tatapan panik dan ketakutan tampak di matanya. Subagyo berusaha melepaskan gaunnya dengan mempreteli kancingnya di punggung. Kemudian Amar memelorotinya dengan paksa tanganku sehingga gaun bagian atasnya merosot hingga sebatas perut dan terlihatlah bra-nya yang juga berwarna pink.
“Wah, toket yang pas, ga segede yang satu itu tapi bagus nih!” katanya sambil meremas payudara Olga yang masih terbungkus bra.
“Hhhmmm….slllrrrppp” ia menjulurkan bibirnya menjilati pipi mulus Olga, wanita itu memejamkan mata menahan jijik ketika lidah yang panas itu menyapu pipinya.
Sementara Subagyo menggosokan penisnya ke pantatnya, rasa ketakutan dan tak berdaya wanita itu makin membuat para pria itu semakin bernafsu.
Lidah Amar turun menjilati leher Olga. Isak tangis wanita itu semakin membuat Amar bersemangat ketika ia menemukan kancing bra dan mulai melepaskannya. Tangis Olga pun semakin keras sementara ia diam tak bergerak di antara kedua pria bejat itu, yang menggosokkan tubuh masing-masing ke tubuhnya. Olga merasakan tangan Amar sudah melepas kancing bra-nya. Di belakangnya, Subagyo langsung melepaskan pegangan tangannya dari pergelangan tangan Olga dan memeloroti gaun terusan itu hingga jatuh ke lantai.
“Ruar biasa…mulusnya”, sahut Amar menatapi tubuh Olga yang tinggal berbalut bra yang sudah terbuka kancingnya dan celana dalam saja.
“Tokednya jangan ditutupin dong Mbak” Amar menarik bra itu hingga lepas dari tubuh Olga sementara tubuhnya masih dalam dekapan Subagyo.
Olga melihat ke arah Farrah yang juga sedang digarap empat pria lainnya dengan tatapan kosong, dan penuh dengan air mata, ketakutan, dan putus asa. Ia sudah tidak melawan lagi saat Amar menurunkan celana dalamnya dan meraba vaginanya yang berbulu lebat itu.
“Dasar jahanam! Kalian semua manusia tidak bermoral…”, Farrah kembali memberontak, merontak dan berteriak. Namun semuanya sia-sia belaka dan justru rontaannya tersebut kian menguras tenaganya. Walaupun terus meronta, namun karena yang memegangi tubuhnya adalah laki-laki bertubuh besar dan kekar akhirnya Farah tak kuasa lagi melawan. Dengan mudah kini Encep dan Bagong melepas rok berikut dengan celana dalam Farah. Tubuh montok nan menggiurkan itu pun akhirnya terbuka seutuhnya dalam keadaan polos. Setelah Encep dan Bagong berhasil menelanjangi Farah, Tinus dan Gatot pun melepaskan tubuh Farah dan wanita cantik itu langsung ambruk di lantai. Koki cantik itu meringkuk di lantai dan menangis tersedu-sedu sambil berusaha menutupi tubuh telanjangnya dengan kedua tangannya. Encep dan Gatot mulai merangsang Farah, melepaskan kemejanya, sembari meremas-remas kedua payudara yang menjadi impian mereka selama ini. Tapi sembari mengeksplorasi tubuh Farah, mereka memaksa Farah tetap melanjutkan demo memasaknya. Bayangkan saja, aksi seorang Farah Quinn memandu demo masak, memotong, menggoreng, tapi dalam keadaan bugil dan dijamah-jamah oleh dua napi sangar. Gatot dan Tinus merabai seluruh penjuru tubuh Farah sampai ia mendesah-desah keenakan sambil menahan rasa sedih dan malu. Sosis dan kentang goreng yang sudah jadi, dimasukkan ke dalam vagina Farah sampai ia orgasme, lalu Farah disuruh memakan hasil masakannya yang sudah berlumur cairan orgasmenya sendiri.
“Hmm… Yummy…” ujarnya sambil agak menangis.
Untuk menu berikutnya, puding vla, Bagong dan Tinus ikut maju. Farah makin kaget karena harus melayani empat orang sekaligus. Masih dalam keadaan bugil, Farah disuruh membuat puding dengan bahan-bahan…. sambil terus digerayangi oleh empat orang. Sembari menunggu puding jadi di dalam kulkas, Farah disuruh mengoral empat orang tersebut untuk memperoleh “vla” berupa air mani keempatnya. Karena tidak tahan hanya oral, akhirnya mulai Tinus mulai mengarahkan penisnya ke vagina Farah dan menekannya hingga masuk.
“Aaagggghhh!!” erang Farrah, ia dapat merasakan penis itu menggeseki dinding vaginanya.
Tinus menggenjoti Farrah sementara ketiga lainnya menggerayangi dan menjilati tubuhnya. Bagong bahkan naik ke dada Farrah dan menjepitkan penisnya di antara kedua gunung kembar chef cantik itu lalu mulai memaju-mundurkan penisnya.
“Paling sip kalau cewek tetek montok gini, bisa dipake ngentot hahahha…!” kelakarnya.
“Wah asyik tuh….gua juga mau coba nanti, cepetan ya!” sahut si Encep.
Tak lama setelah puding dirasa cukup dingin dan “vla” sudah terkumpul, tinggal menghidangkan. Puding tidak ditaruh di piring, tapi di atas tubuh Farah. Farah disuruh telentang di atas meja masak, lalu puding ditaruh masing-masing di atas wajah, payudara, perut, dan paha Farah. Encep, Gatot, Bagong dan Tinus lalu melahap puding yang ada di bagian-bagian tubuh Farah sambil menjilati tubuhnya.
“Hmm.. Yummy…” kata mereka berempat bersamaan.
Setelah itu, puding sisanya dituangi “vla” yang sudah disiapkan lalu Farah disuruh memakan puding “vla” mani tersebut.
“Hmm.. Yummy…” Farah bertutur sambil terpaksa, menahan mual.
Sementara itu di pojok ruangan, Olga tengah digarap oleh Subagyo dan Amar
“Arghh…sakitt…!!” Olga melenguh lemah menahan sakit saat kemaluan Amar menghujam-hujam menggesek seluruh dinding liang vaginanya dalam posisi berdiri, di belakangnya Subagyo masih mendekapnya sambil meremas payudaranya. Kepala lapas itu juga menciumi lehernya yang jenjang hingga ke pundaknya.
Makin lama genjotan Amar semakin cepat, sehingga tubuh Olga pun ikut terguncang guncang mengikuti gerakan tubuh si napi itu yang bergerak maju mundur. Ia merasakan batang penis pria itu seperti menggerus gerus dinding vaginanya saat benda itu bergerak maju mundur, sehingga menimbulkan rasa perih dan sakit di seluruh liang kemaluannya.
“Uuhh…memek artis, sedapnya….gak nyangka bisa ngerasain juga!” erang Amar sambil terus menggenjot.
Olga sudah pasrah dan menangis merasakan sakit dan perih saat kemaluannya di obrak abrik oleh batang penis Amar. Ia sudah lelah memberontak
Tiba tiba Amar mendengus keras sambil menghentakkan pantatnya dengan keras ke arah depan sambil tangannya mencengkeram pinggang Olga dengan erat
“Uuhhh…ngecrot nih!” Amar mengerang nikmat sambil mengeluarkan seluruh cairan spermanya di dalam lubang vagina Olga, cairan hangat itu menyembur, mengisi dan membanjiri liang kewanitaan wanita itu.
“Uuhh…puas gua…bisa ngecrot di memeknya Olga Lydia” ujar Amar sambil tertawa penuh kemenangan
Segera setelahnya Subagyo menyuruhnya membelakanginya dengan bertumpu pada tembok sambil menunggingkan pantatnya. Ia sendiri mengambil posisi di belakang tubuh wanita itu lalu memeloroti celananya mengeluarkan penisnya yang sudah tegang itu. Subagyo dengan sigap langsung memasukan batang penisnya ke dalam liang vagina Olga yang telah basah oleh cairan sperma Amar.
“Aaahhhh…jangan.!!” jerit Olga, saat liang senggamanya kembali di terobos dengan paksa.
Tubuh Olga terguncang-guncang dengan keras, membuat payudaranya yang sedang itu juga ikut menggeletar saat si kepala lapas memompanya dengan kasar. Batang penisnya tampak bergerak maju mundur dan berbunyi mendecak karena basahnya. Kemudian Encep menghampiri mereka, tanpa basa-basi ia meremas payudara Olga dan memagut bibirnya. Dengan sedikit paksa ia mendorong-dorongkan lidahnya hingga bibir tipis wanita itu membuka sehingga lidahnya menyeruak masuk ke rongga mulutnya. Selama beberapa saat berpagutan, Olga akhirnya menggerakkan juga lidahnya menyambut lidah pria itu. Ia merasa malu dan amat terhina di perlakukan seperti itu oleh mereka, Namun gelora birahi dalam tubuhnya tidak bisa menolak kenikmatan ini. Dalam waktu seperempat jam saja Olga akhirnya melenguh panjang saat merasakan cairan sperma Subagyo memenuhi liang rahimnya, sebagian cairan itu yang menjuntai menetes dari bibir kemaluannya saat si kepala lapas itu mencabut batang penisnya
Para pria bejat itu mempersilakan Farrah dan Olga beristirahat sejenak sambil mereka sendiri memulihkan tenaga. Di situ kedua wanita itu berpelukan menangisi nasib naasnya yang dipaksa melayani berhubungan seks oleh napi-napi sangar dan buruk rupa. Encep, Gatot, Amar, Tinus , Bagyo, dan Bagong juga melepas lelah namun mereka belum puas menikmati tubuh kedua wanita itu, kapan lagi beroleh kesempatan menikmati dua selebritis berparas cantik seperti mereka, yang satu cantik eksotis, yang satu cantik oriental. Setelah dua puluh menit, Bagong dan Amar segera menyeret kedua wanita cantik itu ke tengah ruangan, lalu memaksanya duduk di lantai.
“Hayo mbak-mbak, sambil istrahat kita pengen nontonin kalian lesbian!” perintah Bagong.
“Wah iya…iya…asyik tuh pasti Farrah Quinn sama Olga Lydia jilat-jilatan memek pasti asyik punya deh!” timpal Tinus antusias.
Yang lain pun turut menyoraki agar keduanya segera action, “Hayo…hayo…jilat memeknya…nyusu…ayo…!!”
Baik Olga maupun Farrah mengerti apa yang diinginkan para pria bejat itu. Keduanya saling bertukar pandang lalu Olga mengangguk ke arah si chef cantik itu. Tanpa menunggu lagi, Farrah merangkak ke arah Olga dan mendekapnya. Bibirnya yang seksi langsung melumat bibir tipis Olga. Tanganku meraih payudara kiri Olga dan meremas-remas dengan lembut, jarinya memilin puting susu Olga yang mulai mengeras lagi. Olga pun tidak mau kalah, dia juga memeluk tubuh telanjang Farrah dan menggerayanginya sambil lidahnya saling belit dan saling hisap dengannya. Ciuman Farrah merambat ke leher jenjang Olga, tepat di bawah telinga wanita oriental itu yang membuatnya begitu terangsang, lalu ia mendorong Olga hingga ia berbaring di lantai. Dengan mesranya dia mencium payudara Olga sebelah kiri, kemudian dia mengulum puting susunya hingga semakin mengeras lalu berpindah ke payudara sebelah kanan, dijilatinya dari pangkal sampai putingnya sehingga payudara Olga terasa emakin kencang dan mengeras putingnya
“Ssshhh…Far!” desah Olga dengan tubuh menggeliat nikmat.
Sekitar satu menit lamanya Farrah mengenyoti payudara Olga secara bergantian, lalu chef cantik itu mengarahkan ciumannya merambat ke atas dan membisikkan,
“Kita main 69 ya Ga!”
Olga mengangguk lemah dan Farrah pun bergegas mengambil posisi di atasnya menyodorkan vaginanya ke wajah Olga. Begitu wajah Olga menghadap ke liang kewanitaannya, ia langsung menggesek-gesekkan hidungku di antara bibir kemaluan Farrah dan menghirup aroma liang surganya. Farrah pun menjalankan tugasnya dengan baik, lidahnya bergerak lincah keluar masuk di dalam liang kewanitaan Olga hingga membuatnya mendesah diselingi geraman. Sama seperti Farrah, Olga pun menjulurkan lidahnya dan mulai menjilat belahan vagina rekannya itu.
“Aaah… enak Ga. Jilat terus memek gua…eeemmm…yummy!”, kata Farrah sambil melebarkan pahanya.
Lama-kelamaan permainan lidah mereka di liang vagina pasangan masing-masing mulai membangkitkan gairah keduanya. Tak dapat disangkal lagi, walaupun dibawah paksaan dan diperkosa, tapi sekarang benar-benar menikmatinya.”
“Aaah….sst… disitu Far…isepin juga aakkhh….”, desah Olga, “masukin jarilu ke situ… ya gitu uugh….kocokin terus…uuff……”, desahan Olga pun segera memenuhi ruangan itu, wanita cantik itu benar-benar telah tenggelam dalam kenikmatan, hingga ia tak lagi mempedulikan tatapan penuh nafsu keenam lelaki tak bermoral yang menonton pergumulan panas mereka. Getar-getar birahi mulai menjalar ke seluruh tubuhnya. Hingga Olga pun menggeliat nikmat saat orgasme datang menerpanya. Ia menekan kepala Farrah ke vaginanya sampai chef cantik itu hampir kehabisan nafas.
“AAGHH…… Far…gua keluar nih…”, tanpa malu-malu presenter cantik itu pun menjerit nikmat.
“Wuiiih…hebat…… benar-benar pertunjukan ruar biasa. Mbak Olga sama Mbak Farrah berlesbian ternyata seru juga ya!”, kata Bagong sambil bertepuk tangan.
Olga seakan terseret lagi ke alam nyata.
“Ya, Tuhan. Apa yang baru saja kulakukan?”, katanya dalam hati, wajahnya merona merah, mulai timbul rasa malu dan hina karena dia menikmati percintaan dengan sesama jenisnya tadi, Farrah pun merasakan hal yang tidak jauh beda.
“Tul banget Gong, gue paling demen nonton cewek lesbong kayak gini ha.. ha.. ha..”, timpal Tinus.
“Nah, Mbak Olga sekarang Mbak harus ngebales Mbak Farrah. Dia kan juga pengen orgasme tuh.”, kata Amar.
“Entot…entot…kecrotin…kecrotin…!” yang lain turut menyoraki.
Sejenak Olga bingung apa yang harus ia lakukan untuk menciptakan adegan erotis yang diinginkan mereka. Matanya bergantian memandang mereka dan Farrah. Sebentar kemudian terlintas sesuatu di benaknya, ia pun meraih lengan Farrah dan membantunya berdiri.
“Ga, mau ngapain nih Ga?”, tanya Farrah ketika Olga mendudukkan dirinya di tepi meja yang dipakainya memasak.
Tanpa menjawab, Olga meraih botol kaca berisi madu, ia buka tutupnya lalu ia tuangkan ke dada Farrah.
“Aaahh…Olga!!” desah Farrah merasakan lelehan cairan kuning emas yang lengket itu di dadanya.
Para pria bejat itu melongo terkagum-kagum melihat adegan itu. Payudara Farrah yang besar itu terlihat begitu menantang dengan putingnya yang berwarna kemerahan dan dilelehi madu.
Jemari lentik Olga meraba bongkahan montok itu dan meremasnya lembut.
“Olga….lu…aahh”, rengek Farrah tersendat karena Olga tiba-tiba menyorongkan bibirnya ke arah payudaranya.
Farrah dapat merasakan lidah Olga yang hangat dan basah menjilati putting susunya yang kian mengeras. Kadang ia menghisap kuat puttingnya yang membuat chef seksi itu mendesah makin keras. Manisnya madu bercampur aroma persetubuhan sungguh menimbulkan sensasi rasa yang khas. Desah nikmat terdengar dari bibirnya yang seksi. Rangsangan dan cumbuan Olga membuat Farrah merasakan sensasi nikmat yang luar biasa. Puting payudaranya kian mengeras dan vaginanya semakin basah oleh cairan kenikmatan.
“Mmm… aahhh…aahh”, desah Farrah yang hanyut dalam kenikmatan birahi.
Desahan Farrah membuat Olga makin bersemangat. Kini tak hanya payudara Farrah yang menjadi sasarannya. Jemarinya yang lentik mulai bergerilya ke bawah, mengusap-usap belahan vagina Farrah. Bibir dan lidahnya menyusup ke ketiak Farrah yang tanpa bulu dan juga lehernya yang membuat chef cantik itu sampai merasa bulu tengkuknya merinding.
“Sstt….Olga…mmmhhh……..” desah Farrah yang tanpa sadar membalas kala bibir Olga mendarat di bibirnya dan mengajaknya berciuman.
Gatot terus mengarahkan kameranya mensyuting percumbuan yang terjadi antara kedua artis cantik tersebut.
“Wah semua bokep lewat deh….” sahut pria itu.
Yang lain terus menyoraki, mata-mata mereka memandang nanar seakan tak mau melewatkan kesempatan menikmati adegan panas yang terpampang di depan mereka. Desahan Farrah makin tak karuan ketika bibir Olga mulai bergerak ke bawah ke arah vaginanya. Olga berlutut dan mulai menjilati vagina Farrah dengan bergairah. Kini tak hanya paksaan dari para pria amoral itu yang membuat wanita cantik itu melakukannya tapi nafsu birahinya mulai bangkit mendengar desahan Farrah yang menikmati cumbuannya ditambah lagi ejekan-ejekan para pria itu yang membuatnya merasa dilecehkan namun juga terangsang. Olga merasakan vaginanya sendiri juga mulai basah lagi. Ia terus menjilati vagina Farrah yang bagian dalamnya terlihat begitu merah muda dan segar sambil tangan satunya memilin-milin putingnya sendiri. Saat menemukan klitoris Farrah, mulutnya langsung melumat dan menghisap benda kecil sensitif itu kuat-kuat.
“Sslluurppp…slllurrpp…”
“Aaaahhh…stttt…aaahhhh….”, desah Farrah makin keras saat Olga mulai memainkan kelentitnya.
Chef seksi itu merasakan getar-getar birahi menjalar ke seluruh tubuhnya bagaikan gelombang lautan. Tak lama kemudian, Farrah merasakan gelombang orgasme datang menerpanya, dia menjerit keras. Badannya menggeliat sampai pantatnya terangkat. Kedua pahanya menjepit erat kepala Olga yang tak mau melepaskan hisapan dan jilatannya.
“UUGHHH…..Ga…gua mau…ouuughh……..”, erang Farrah.
Farrah kemudian merasa tubuhnya seakan lemas setelah orgasme tersebut. Sementara di bawah sana, Olga masih asyik menjilati cairan kenikmatan yang keluar dari vaginanya sampai sebuah tangan besar menarik wanita cantik itu bangkit berdiri.
“Hua…ha….ha….. bagus. Benar-benar tontonan seru. Sini! gue udah siap nyodok memek mbak, mmmpphhh…..”, kata Bagong sambil mencium bibir Olga dengan liar.
Olga tak kuasa menolak, wanita cantik itu pun membalas dengan panas. Sipir penjara itu menjilati cairan orgasme Farrah yang tersisa di mulut Olga. Lidah kasap pria itu begerak liar di rongga mulut Olga. Olga yang memang sudah bangkit birahinya saat mencumbu Farrah melayani permainan pria itu. Bahkan ketika dia rasakan jemari Bagong yang besar bermain di vaginanya yang basah, artis cantik itu tanpa sadar turut menggerakkan tubuhnya naik turun menyambut tusukan jari itu. Tak lama, Bagong menjatuhkan pantatnya ke sebuah kursi.
“Masukin sini Mbak memeknya!” perintahnya sambil memegang penisnya yang menegang.
Tak ingin mendapat tindak kekerasan dari mereka, Olga pun membalikkan badannya memunggungi pria itu dan meraih penisnya. Ia naik ke pangkuan Bagong dan menempelkan kepala penisnya ke bibir vaginanya, terlihat bibir vagina yang bewarna merah tersebut sedikit ikut melesak masuk ketika penis Bagong melesak masuk ke dalam liang kemaluannya.
“Ooohhh….aaahh….!” desahnya seiring gerakannya menurunkan tubuh sehingga penis pria itu makin terbenam dalam vaginanya.
Bagong merasakan nikmat nan amat sangat menjalari batang penisnya. Kejantanannya serasa menembus sesuatu yang lunak basah namun sangat lembut dan begitu hangat kelamin mereka bersatu. Tidak hanya itu, sipir penjara itu juga merasakan penisnya diurut-urut oleh daging hangat yang berdenyut-denyut menjepit kuat kejantanannya. Semakin dalam penisnya terbenam ke dalam liang kewanitaan Olga, makin terasa hangatnya vagina artis cantik itu.
“Wuuiiihh…seretnya…sipp!!” Bagong tersenyum, ia bangga berhasil menanamkan penisnya hingga mentok ke dasar vagina artis itu, apalagi kewanitaan Olga dirasanya begitu nikmat menahan penisnya.
Diremasnya kedua belah payudara Olga sambil merasakan jepitan dinding vaginanya yang becek dan seret walaupun sudah tidak perawan.
Tubuh Olga pun mulai bergerak naik turun di atas pangkuan Bagong, sesekali pria itu menyentakkan pinggulnya.
“Akhh…akh…akhhh…ampun…udah Pak…udah…” desah Olga memelas namun membuat si sipir penjara malah menjadi dan mempercepat sodokan penisnya ke dalam vagina wanita itu.
Tinus mendekati mereka, dijenggutnya rambut sebahu Olga dan dibawa mendekat penisnya.
“Dijilat Mbak Olga!” ia memerintahkan Olga untuk mengoral penisnya yang sudah basah oleh cairan pelumas, nampaknya pria ini juga sangat terangsang melihat perlakuan si sipir itu terhadap presenter cantik itu. Olga menolak, ia merasa jijik melihat penis Tinus yang bersunat dan mirip jamur merah itu, namun apa daya karena benda itu sudah diarahkan ke wajahnya membuat dia harus membuka mulutnya mau tak mau,
“Nah gitu…sedot yang keras. Ditelen semua pejunya ya! Akhirnya bisa ngerasain disepong sama Olga Lydia hehehe!” sahut narapidana berwajah seram itu
Dengan vagina masih dipompa dari bawah, kini mulut Olga pun sudah tak bisa merintih atau mengaduh lagi karena sudah disumpal oleh penis Tinus yang cukup besar. Selang beberapa menit, Bagong mempercepat gerakan sodokannya dan menekan-nekan tubuh Olga ke bawah hingga akhirnya…
“Aaahhh…gua ngecrot nih…uuuhh gua ngecrot di memek Mbak Olga….!” erang Bagong sambil meremasi kedua payudara Olga.
Olga merasakan vaginanya terisi oleh cairan hangat yang kental, cairan itu juga meleleh sebagian membasahi selangkangannya.
Sementara itu, di atas meja, Subagyo dan tiga orang napi lainnya membaringkan tubuh Farrah di atas meja.
“Hehe…gua dulu yah yang icip-icip memeknya sekarang!” kata si kepala sipir itu sambil menempatkan dirinya di antara kedua belah paha Farrah yang terbuka, bersiap-siap akan menyetubuhi wanita itu yang kedua tangannya dipegangi masing-masing oleh Amar dan Gatot, tangan-tangan kasar bergerilya menggerayangi tubuh telanjang Farrah .
Setelah mengarahkan penisnya dan mengambil posisi, tanpa aba-aba lagi Subagyo melesakkan penisnya masuk kedalam vagina sang chef seksi.
“Akhh…Pak…perih!!” erang Farrah
Namun rintihan itu tak membuat Subagyo diam malah semakin bernafsu menyodoki vagina ibu beranak satu itu. Penisnya yang lumayan besar membuat Farrah meronta tak karuan berusaha melepaskan diri sementara Encep mendekati kepala Farrah lalu menjenggut rambutnya. Dengan agak kasar ia menyumpalkan penisnya ke dalam mulut Farrah hingga wanita itu nyaris tersedak.
“Diemut Mbah Farrah! Aaahh…enaknya!!” erang Encep merasakan penisnya yang diselubungi kehangatan mulut chef seksi itu.
Batang kejantanan Subagyo yang memenuhi liang kewanitaan Farrah semakin cepat keluar masuk. Bibir vagina Farrah ikut keluar masuk tiap kali si kepala sipir melesakkan dan menarik penisnya dari liang kenikmatannya. Gatot menumpahkan madu yang tersisa ke payudara kanan Farrah lalu langsung melumat payudaranya yang besar itu dengan penuh nafsu.
“Nyamm….eeeemmhh….sssluurrpp…ssluurrpp!! wuih manis, toked madu emang moy!” sahut narapidana itu terus melumat dan meremasi payudara Farrah.
“Sini! Gua juga mau coba!” pinta Amar.
Gatot menyerahkan botol plastik itu pada temannya. Amar pun menumpahkan madu itu ke payudara kiri wanita itu dan belepotan di sekitarnya.
“Mandi madu sambil ngentot…aaahh!” timpal Encep dengan irama dangdut sambil menikmati penisnya dikulum Farrah, yang lain tertawa-tawa mendengarnya.
Di antara kedua belah paha Farrah, nampak Subagyo, si kepala sipir, sedang menikmati apa yang dia bisa raih dari tubuh sintal itu. Dengan terus menyodoki vagina Farrah dia meremasi paha dan pantatnya yang membentuk lekukan indah. Nafas pria itu mengendus-endus dengan buas menyertai nafsu birahinya bagaikan binatang liar yang tak terkendali lagi. Penis pria itu semakin cepat keluar masuk di vaginanya ketika mendekati puncak birahinya. Untuk yang kesekian kali Farrah akhirnya merasakan siraman cairan hangat di vaginanya.
“Uuuaaahhh!!” lenguh Subagyo anjing jantan yang telah memuasi betinanya.
Di antara panas dan pedih pada vaginanya, tubuh Farrah terguncang-guncang di atas meja sambil mengerang tertahan karena mulutnya tersumpal penis Encep. Lendir kewanitaan dan sperma pria itu melicinkan bibir dan dindingnya vaginanya hingga menimbulkan bunyi berdecak. Tangan Farrah meremasi pinggiran meja menahan perasaan nikmat yang menerpa bak gelombang itu. Selama beberapa menit Subagyo menumpahkan spermanya di dalam liang vagina Farrah.Kemudian Farrah merasakan penis pria itu mengendur di vaginanya dan akhirnya ia menarik lepas benda itu. Cairan putih lengket keluar dari dalam liang kemaluannya dan mengalir membasahi meja di bawahnya. Tugasnya masih jauh dari selesai karena masih yang lain yang menunggu jatahnya, ia sudah pasrah dan tidak lagi melawan.
“Eeeegghh…mmmhh…mmmhh!” Farrah gelagapan saat Encep menyemprotkan lahar panasnya di mulutnya sekitar lima menit kemudian. Cairan putih itu meluap keluar di sela-sela bibirnya, hidungnya menangkap aromanya yang tajam.
“Gua! Gua sekarang!” sahut Amar langsung mengambil posisi di antara kedua belah paha Farrah sebelum yang lain mendahuluinya.
“Hehehe…enjoy bro, gua sekarang mau nikmatin si amoy satu itu!” kata Gatot yang penisnya masih tegang siap menusuk mangsanya.
Amar yang bertubuh besar berotot itu mengangkat tubuh mungil Farrah berhadapan dengannya dengan posisi tubuh bersandar pada dada bidangnya yang agak berbulu. Dibukanya paha wanita beranak satu itu dan dengan cepat dia menghunjamkan penisnya yang sudah menegang sedari tadi ke dalam liang senggama Farrah yang masih meneteskan sperma Subagyo dengan posisi berdiri. Kemudian ia mulai menyenggamai Farrah sambil membopong tubuh mungilnya lalu dia mulai berjalan keliling ruangan itu dengan tubuh Farrah terlonjak-lonjak di penisnya. Yang lain tertawa terbahak bahak dan menyorakinya melihat Amar memperagakan gaya yang memerlukan tenaga besar itu. Beberapa kali pria kekar itu menghentikan langkahnya dan melihat reaksi Farrah yang menghentakkan sendiri tubuhnya.Setelah lebih dari 15 menit akhirnya Amar pun mengejang dan memuntahkan spermanya ke dalam vagina Farrah yang sudah mulai memar. Ia pun melepaskan tubuh Farrah dan membaringkannya kembali di meja.
“Jangan… Tolong….hentikan…” kata Farrah memelas melihat Encep yang mulai mengambil posisi di antara kedua belah pahanya. Matanya melirik ke arah lain melihat Olga yang sedang digangbang. Dia kasihan melihat nasib presenter itu.
Olga sedang di double penetration oleh Tinus yang berbaring di lantai sambil melumat payudaranya dan si sipir bejat, Bagong yang menyodominya dari belakang, tangan gempal pria itu menyusup ke bawah ketiak Olga, dan mulai meraba-raba payudara kirinya dengan lembut, jari-jari kasarnya memencet dan memilin putingnya yang sensitif. Tidak beberapa lama sebelumnya, Gatot turut menjarah tubuhnya, ia menjejali mulut Olga dengan penisnya yang besar itu sehingga lengkaplah tiga lubang senggama di tubuh sang presenter cantik digarap para pria bejat itu. Diperlakukan seperti itu, terlihat reaksi Olga mulai berubah, dari yang tadinya tegang dan meronta-ronta, sekarang mulai pasrah menerima perlakuan mereka terhadap tubuhnya yang mulus itu. Ia melebarkan mulutnya menyesuaikan dengan lingkar penis Gatot yang besar itu. Yang dirasakan oleh Olga sekarang hanyalah rangsangan hebat pada sekujur tubuhnya, rasa nikmat pada vaginanya, bukan lagi sebagai korban perkosaan yang direndahkan dan dilecehkan. Tubuhnya mulai mengikuti gerakan Bagong dan Tinus, dan kepalanya tidak lagi harus dipaksa dan dipegangi oleh Gatot. Sekarang malah ia dengan kemauannya sendiri mengulum penis Gatot dan menggerakkan kepalanya maju mundur melahap penis itu. Tak lama kemudian pria itu menghentikan pompaan penisnya pada mulut Olga. Si Bagong yang menyodominya menarik tubuh wanita itu dan membaringkannya terlentang di lantai dingin. Sipir gemuk itu kemudian membuka sepasang kaki jenjang Olga lebar-lebar.
“Wuih…liat tuh udah banjir gini memeknya!” kata Bagong seraya memperlihatkan vagina Olga yang sudah basah kuyup oleh sperma dan cairan kewanitaannya, dua jari gempalnya membuka bibir bawah Olga sehingga vaginanya makin terkuak
Tinus dan Gatot terkagum-kagum melihat bagian paling privat dari artis cantik ini. Olga memalingkan wajahnya ke samping sambil menutup mata, air mata meleleh di pelupuk matanya, menahan malu dan penghinaan itu.
“Memeknya becek banget oy!” sahut Gatot sambil mencucukkan jarinya ke wilayah sensitif itu.
“Cuma teteknya ga segede yang satu itu, ga bisa buat ngentot hehehe!!” kata Tinus sambil meremas payudara kanan Olga.
“Sekarang gua dong, pengen coba memeknya nih!” Gatot meraih paha Olga dan beringsut ke antara kedua belah paha mulus itu.
“Yoo…coy coba deh, pasti ketagihan tuh!” kata Tinus.
Gatot memegangi penisnya mengarahkan benda itu ke vagina Olga. Kepalanya yang seperti helm itu ditekannya pada belahan vagina artis cantik itu.
“Aagghh… ” erang Olga ketika penis besar Gatot mulai mempenetrasi vaginanya.
Napi bertampang garang itu dengan kasar langsung memasukkan penisnya sampai mentok ke dalam vagina Olga yang sudah basah itu. Karena besarnya diameter penis Gatot, vagina Olga terlihat tertarik dan penuh dan menjadi berbentuk bulat melingkar ketat di penis napi itu. Tanpa buang waktu lagi, Gatot mulai memompa penisnya dengan cepat keluar masuk vagina Olga.
“Aaww…aaakkhh…sudah tolong hentikan…aaahh!!” Olga hanya bisa mengerang-erang dengan mata merem-melek karena baru pernah merasakan penis sebesar milik Gatot pada vaginanya.
Gatot semakin cepat menggenjot Olga hingga tubuh wanita itu berguncang hebat. Gemas melihat payudara Olga yang ikut bergoyang-goyang itu, Tinus meremasi yang kanan lalu dengan rakus mulutnya yang berbibir tebal melumat gunung indah itu. Sssluurrp…ssrrrlpp…terdengar suara mulutnya mengisap dan menggigiti payudara Olga. Dorongan birahi menyebabkan Olga tanpa sadar mengangkat kedua kakinya dan melingkarkannya di pinggang Gatot. Sementara Bagong duduk sambil senyum-senyum menyaksikan hasil rekaman di handicam.
“Aaahh…… oohhh… .” Olga terus meracau dan tubuhnya menggeliat-geliat.
Setelah 10 menit disetubuhi Gatot, tiba-tiba badan Olga mengejang, kedua kakinya dirapatkan menjepit pinggang pria itu dan tubuhnya melengkung ke atas
“AAAAGGHHH… … .” erangnya menyambut orgasme dahsyat.
Setelah mengejang beberapa saat badan Olga melemah bagai tak bertulang. Vaginanya yang masih tertancap penis Gatot terlihat mengeluarkan cairan yang meleleh-leleh di sudut bibir vaginanya. Namun si napi itu belum mau cepat-cepat menyelesaikan kesenangannya. Masih dengan tubuhnya menyatu dengan tubuh mulus Olga, ia mendekap tubuh Olga yang sudah bersimbah peluh itu dan berguling sehingga posisinya sekarang bertukar. Olga sekarang berada di atas tubuh Gatot. Dengan posisi seperti itu, Gatot memegang pinggang ramping Olga dengan kedua tangannya, lalu memaksanya untuk bergerak sehingga penisnya yang masih tertancap dalam vagina wanita itu kembali terkocok. Semula Olga hanya mengikuti tarikan dan dorongan tangan pria itu tapi lama-lama, karena dibuai birahi ia pun mulai menggerakkan tubuhnya sendiri sehingga saat pria itu menghentikan gerakannya, secara refleks Olga menggerak-gerakan pantatnya sendiri agar vaginanya tetap dikocok oleh kemaluan Gatot.
“Hehehehe…gitu dong Mbak, pinter, udah sering ngentot ya?” Gatot tertawa sambil memeluk tubuh Olga, tangannya mengelus-ngelus punggung putih mulusnya.
“Pasti pernah lah! Masa nggak pernah dibooking bos-bos atau pejabat hahaha…!” timpal si Bagong.
Olga tidak mempedulikan ejekan yang merendahkan dirinya itu. Dia terus menggerakkan pantatnya naik turun memompa penis Gatot pada vaginanya.
Tiba-tiba sepasang tangan kokoh mendekapnya dari belakang. Tangan itu meraih pantat Olga sambil sesekali meremas bongkahannya yang semok itu.
“Gua ikutan ya!” kata Encep sambil sibuk meremasi pantat sekal Olga.
“Sip…pokoknya asyik deh sama si amoy satu ini!” kata Gatot
Olga terkejut ketika tangan kasar Encep membuka celah pantatnya. Sesaat kesadarannya pulih.
“Jangan Pak…jangan di situ..masih sakit” ia menggeliat mencoba berontak, masih terasa perihnya bekas disodomi Bagong barusan, tapi tangan Gatot segera mendekapnya dengan erat membuatnya tidak bisa bergerak dalam pelukannya.
“Sekarang gua mau nyobain lubang pantatnya Mbak Olga, tenang Mbak kalau udah biasa ga sakit lagi kok” sahut Encep sambil terkekeh-kekeh.
“Jangan Paak……” tangis Olga mulai pecah lagi, dia tersedu-sedu merasakan tangan Encep pada pantatnya sementara Gatot tidak membiarkannya berontak, dekapannya makin erat membuatnya terhimpit oleh dua pria sekaligus.
Tanpa peduli permohonan dan tangisan Olga, Encep mulai memasukkan penisnya yang besar ke dalam lubang pantat wanita itu.
“Aahhh… saaaakiiittt..” teriak Olga ketika secara perlahan tapi pasti penis pria itu masuk ke dalam lubang pantatnya.
Setelah memberi Olga waktu beradaptasi selama dua menitan, kedua pria itu mulai secara kompak memompa penisnya masing keluar masuk vagina dan lubang pantatnya. Genjotan mereka semakin lama semakin cepat, membuat tubuh Olga tergoncang-goncang. Kepalanya bergoyang tidak beraturan karena nikmat yang dirasakannya. Kedua payudaranya dijilati oleh Gatot dari bawah. Kedua tangan pria itu memainkan putingnya. Ketika mulutnya mengap-mengap, tiba-tiba Olga merasakan pagutan lembut di bibirnya. Ia membuka mata melihat Farrah telah berada di depannya dalam posisi merangkak. Di tengah tubuhnya yang terhentak-hentak kasar antara himpitan kedua pria itu, Olga menikmati percumbuan dengan Farrah,
“Kita gabung aja ngentot bareng-bareng!” kata Subagyo, si kepala lapas sambil berlutut di belakang Farrah dan meraih pinggangnya.
Perlahan Subagyo memasukkan penisnya ke vagina Farrah lalu dengan sebuah sentakan ia menyodok penisnya hingga terbenam ke vagina sang chef cantik. Genjotan demi genjotan memaksa Farrah untuk kembali terhanyut dalam birahi, ia terus berpagutan dengan Olga sampai liur mereka menetes-netes di sudut bibir, baik wajah Farrah maupun Olga, keduanya memerah seolah akan meledak. Para pria yang menonton tertawa-tawa dan bersorak melihat aksi kedua wanita itu yang semakin mirip budak seks
Tubuh Olga terhentak-hentak dalam himpitan dua pria yang sedang menyetubuhinya. Matanya, juga Farrah, sudah sayu dan merem melek menerima derita birahi yang rasanya tidak ada akhirnya. Badan keduanya bergoyang erotis mengikuti sodokan penis para pria bejat itu. Demikian pula Farrah yang nampak sedang menikmati permainan tersebut, ia sudah tidak peduli dengan sekelilingnya, tubuhnya sudah sepenuhnya dikuasai dorongan seksual. Ia menggelinjang liar dan erotis, satu tangannya meraih payudara Olga dah meremasnya, ia membiarkan tubuhnya mengikuti apa maunya Subagyo. Setelah sepermpat jam kemudian, Olga lah yang pertama kali mencapai puncak orgasmenya. Tubuhnya mengejang luar biasa keras sambil kakinya menyentak-nyentak ke samping seperti kuda liar, tubuhnya melengkung seperti mendorong tubuh Encep yang setengah menindihnya.
“Aaaahhkkhhhh….!!!” presenter cantik itu mengerang keras sambil tubuhnya menegang keras, tangannya mengepal kuat-kuat, kepalanya sampai terdongak menengadah, dari vaginanya kembali mengucur deras cairan kewanitaannya.
Pada saat yang bersamaan Gatot dan Encep juga mengejang. Keduanya menekan keras penis mereka kuat-kuat ke dalam vagina dan lubang pantat Olga. Diiringi desa penuh kenikmatan, mereka menyemburkan sperma mereka ke dalam vagina dan anus Olga, ketiganya mencapai puncak orgasme mereka secara hampir bersamaan. Pasca orgasme, tubuh Olga tergolek lemas di lantai, tenaganya benar-benar habis. Ia merasa seluruh tulang di tubuhnya seperti rontok dari sendinya, badannya terasa pegal sana-sini. Pada saat itu, Amar mendekati dan menegakkan tubuh Olga lalu menyodorkan penisnya yang telah ia lumuri fla ke bibir Olga.
“Masukin mulut Mbak…manis kok rasanya hehehe”
Mau tidak mau Olga membuka mulutnya dan membiarkan pria itu memasukkan benda miliknya. Rasa manis fla bercampur aroma sperma yang tajam di penis itu membuatnya mual, tapi napi itu memaksanya dan memegangi kepalanya.
“Nah…enak kan Mbak Olga?” Amar menarik lepas penisnya yang masih tersisa sedikit fla, “ayo bagi-bagi ke Mbak Farrah juga dong!” ia menarik tubuh Olga mendekati Farrah yang masih doggie style dengan Subagyo.
Farrah yang terangsang berat tanpa ragu-ragu memegang penis itu dan mengocoknya dengan lembut, kemudian ia membuka mulutnya dan mengulum penis yang berurat itu. Farrah menggoyangkan kepalanya maju mundur membuat penis Amar terkocok di dalam mulutnya. Sementara itu Olga mengulum buah pelir dan batangnya.
“Ohh.. yeahh…gak nyangka bisa disepongin sama dua seleb cantik! Ga dikasih pengurangan masa tahanan hari raya juga rela gua” Amar mengerang merasakan kenikmatan kuluman dan kenyotan kedua wanita cantik itu pada penisnya.
Serentak, Tinus dan Bagong, si sipir, yang sudah tegang lagi menghampiri mereka untuk bergabung. Tinus berlutut di belakang Olga, ia menyuruh Olga untuk menunggingkan pantatnya sementara tangan dan mulut wanita itu tetap sibuk mengocok dan mengulum penis Amar. Posisi Olga sekarang bertumpu pada lutut dan sebelah tangannya sedangkan tangan satunya sibuk mengocok penis Bagong dan bibirnya sibuk mengulum dan mengenyot penis Amar. Sambil melayani kedua penis tersebut, ia merasa ada sesuatu yang basah di bawah sana, ternyata Tinus sedang menjilati bongkahan pantatnya yang putih dan montok. Tubuh Olga pun menggelinjang terlebih ketika jari-jari Tinus mengobok-obok vaginanya, setiap sentuhan jari pria itu vaginanya membuatnya semakin terangsang. Tak lama kemudian dua pria lainnya pun turut bergabung. Kini keenam pria tak bermoral itu mengerubuti dua wanita cantik itu, tangan-tangan kasar mereka menggerayangi kedua tubuh mulus itu, penis-penis mereka silih berganti memasuki vagina, dubur dan mulut kedua wanita itu. Mereka mengakhiri orgy ini dengan berdiri mengelilingi keduanya dan menyuruh mereka mengoral dan mengocok penis mereka hingga ejakulasi. Seorang dari mereka kembali mengarahkan handycam pada keduanya. Hasilnya sudah dapat diduga, Farrah dan Olga pun bermandikan sperma, cairan putih kental itu membasahi wajah, rambut dan tubuh mereka, juga mengisi mulut mereka. Keenam pria itu tampak tersenyum puas melihat kedua wanita cantik itu ambruk bersimbah sperma. Farrah dan Olga terlihat ngos-ngosan, tubuh mereka serasa luluh lantak, jangankan berdiri, menyeka sperma di tubuh mereka saja tidak kuat, mereka hanya bisa terbaring lemas di lantai menghimpun kembali tenaga yang telah tercerai berai akibat perkosaan massal itu.
#######################
Sejam kemudian
Olga tersadar dan mengedip-ngedipkan matanya melihat dirinya masih terbaring telanjang di lantai bersama Farrah. Masih terasa sekali tubuhnya yang luluh lantak akibat perkosaan tadi, bekas ceceran sperma mengering dan aroma tajamnya pun masih ada. Di aula itu, Subagyo, Bagong dan para napi peserta demo sudah tidak kelihatan lagi selain mereka berdua.
“Far…Farrah…!!” ia mengguncang tubuh Farrah mencoba membangunkannya.
“Eeennggghhh!!” Farrah menggumam dan membuka matanya pelan.
Tiba-tiba terdengar pintu dibuka dan muncul Subagyo,
“Aaahh….Mbak-mbak sekalian udah bangun, udah cukup istirahat kan? Karena sekarang demo sesi berikutnya” katanya sambil tersenyum, “Ayo anak-anak! Masuk!!”
Dari belakangnya masuklah ke ruangan itu 5 orang lain berpakaian napi. Mereka semua berwajah seram, mata mereka langsung seperti mau copot begitu melihat kedua selebritis itu tanpa pakaian di laintai, seolah tidak sabar untuk melahap tubuh keduanya. Sorak-sorai dan komentar mesum langsung terlontar dari mulut mereka. Penis-penis mereka pun sudah menegang karena sudah menonton potongan rekaman demo masak sesi pertama.
Melihat pemandangan tersebut, Farah hanya bisa berteriak, “Apa? Sesi kedua?? Sepuluh orang??? Tidaaaakkkk…..”
“Tidak!! Jangan lagi!!” Olga juga berteriak.
Sementara kelima napi tersebut mulai mendekat dan mengerubungi mereka.
“Oke selamat bersenang-senang, saya tinggal dulu ya!!” kata Subagyo seraya menutup pintu besi itu
“Blam!’
#########################
Seminggu kemudian
Di sebuah stasiun TV
Farrah tengah menunggu di belakang panggung untuk mengisi sebuah acara memasak yang akan dipandunya. Masih terbayang di ingatannya perkosaan brutal oleh para napi dan oknum lapas itu, ia ingin menjerit mengingat bagaimana tangan-tangan kasar itu menggerayangi tubuh mulusnya dan Olga. Baginya peristiwa tersebut merupakan mimpi buruk yang tidak begitu saja dapat dihilangkan walau terus-terang sesekali ada keinginan untuk mengalami kenikmatan liar itu lagi, namun harga diri sebagai seorang wanita bermartabat serta seorang public figure, mengingatkan bahwa peristiwa itu adalah merupakan suatu perkosaan brutal yang tidak pantas untuk diingat-ingat kembali.
“Assalamualaikum Farrah!” sahut sebuah suara yang diberat-beratkan dari belakangnya.
Sang chef cantik itu menoleh ke belakang melihat sosok berbaju putih yang membuatnya ilfil, seorang yang dianggapnya munafik dan sok suci. Orang itu tidak lain adalah Rhoma Irama si raja dangdut yang berambisi menjadi capres 2014.
“Walaikum salam” Farrah membalas dengan basa-basi seadanya.
“Bagaimana kabarnya selama ini?” sapa Rhoma sambil mendekati Farrah.
“Baik-baik aja!” jawab wanita itu singkat tanpa melihat wajah memuakkan itu, ia sengaja melihat-lihat ke panggung yang tengah dipersiapkan.
“Ini…saya…sebenarnya prihatin, ya prihatin terhadap peristiwa yang menimpa Farrah dan Olga di penjara beberapa waktu lalu itu, sungguh ter…la…lu….!”
Farrah pun langsung tersentak, bagaimana mungkin gorila ini mengetahui peristiwa waktu di penjara itu? namun ia berusaha menutup-nutupi kekagetannnya.
“Apa…apa maksud anda? Saya gak ngerti” katanya ketus.
“Ehehehe…saya kebetulan kenal dengan Pak Subagyo, waktu bicara mengenai acara dakwah di penjara dia ngasih liat rekaman itu ke saya”
Bak disambar petir, Farrah tercengang tak sanggup berkata apa-apa lagi.
“Hhhmm…itu mungkin karena anda dan Farrah dan juga Olga memakai pakaian yang memperlihatkan aurat, bettthhhuulll? Sehingga semua itu bisa terjadi”
“Jadi, anda mau apa?”
“Saya ikut berduka atas peristiwa itu, makanya sebagai orang beriman, saya ingin mengangkat derajat Farrah dan juga Olga dengan mengajak kawin siri dengan saya” kata Rhoma enteng sambil tersenyum.
Farrah benar-benar muak dengan ketidaktahumaluan pria ini, berani-beraninya dia menawarkan kawin siri sementara istri dan gundiknya sudah segudang. Kalau bukan di tempat umum ingin rasanya dia menghantam muka pria ini dengan wajan.
“Kurang a…!”
“Far…ready ya! Sebentar lagi kita on air!” sahut Dea sekitar lima meter dari mereka, “Oh, ada Bang Haji juga…assalamualaikum Bang!”
Umpatan Farrah terputus dan ia segera memasang wajah pura-pura tersenyum.
“Waalaikum salam…sudah mau mulai ya acaranya? Baik saya pergi dulu!” katanya.
“Jangan marah dulu, kalau Farrah mengerti manfaat kawin siri ini, insya Allah Farrah pun akan senang!” kata Rhoma pelan sebelum berlalu, “nanti saya akan hubungi Farrah lagi”
“Senang…senang kepalalu!” maki Farrah dalam hati.
Kini tambah lagi satu masalah dengan si serigala berbulu dada ini, Farrah tidak tahu harus bagaimana. Ia berdiri terpaku merenungi nasibnya.
THE END,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,