Larasati bekerja sebagai sekretaris pada suatu group perusahaan besar di Jakarta. Kantornya terletak di bilangan daerah kelas satu, yaitu di jalan Jenderal Sudirman, di sebuah gedung bertingkat. Perusahaan tempat Larasati bekerja, memakai 3 lantai penuh yaitu lantai 24, 25 dan 26 dari gedung tersebut. Ketiga lantai tersebut dihubungi dengan tangga khusus yang sengaja dibuat di bagian dalam dari perkantoran tersebut, untuk memudahkan hubungan antar perusahaan di group tersebut, tanpa mempergunakan lift. Kantor Larasati terletak di lantai 25, dan ruangan tempat Larasati bekerja terletak agak berdekatan dengan tangga penghubung ke lantai 24 dan 26.
Di tempat perusahaan-perusahaan lain dalam satu group, terdapat beberapa orang asing yang bekerja sebagai tenaga ahli dan kebanyakan mereka berkantor di lantai 26. Mereka ada yang berasal dari Philipina dan ada juga dari Nigeria serta Pakistan.
Sudah menjadi kebiasaan di kantor Larasati di lantai 25, apabila setiap jam istirahat, yaitu dari jam 12 sampai jam 2 siang, maka para karyawan termasuk para pimpinan perusahaan keluar makan siang sehingga suasana di lantai 25 sangat sepi, hanya ditunggui oleh satpam yang duduk di depan pintu luar dekat lift, sambil juga bertindak sebagai operator sementara setiap jam istirahat. Akan tetapi sudah menjadi kebiasaan sejak Larasati mulai bekerja di kantor tersebut 4 bulan lalu, Larasati lebih sering istirahat sambil makan makanan yang dibawa dari rumahnya, di ruang kerjanya sendirian. Hal ini rupanya sudah sejak lama diperhatikan oleh Mr. Idowu , salah seorang tenaga ahli berasal dari Nigeria, yang bekerja di lantai 26. Mr. Idowu sering turun melalui tangga apabila dia pergi ke bagian pemasaran yang terletak di ruangan sebelah barat di lantai 25, sedangkan ruangan tempat Larasati bekerja dan tangga penghubung terletak di ujung sebelah Timur lantai 25. Mr. Idowu sangat tertarik melihat Larasati, karena Larasati yang berumur 28 tahun, adalah seorang gadis Jawa, yang sangat cantik.
Dapat digambarkan sosok Larasati adalah gadis bertampang Jawa, yang sangat cantik dan manis, dengan kulit agak kuning langsat, tinggi badan sekitar 165 cm, potongan muka manis, agak memanjang dengan rambut hitam lurus terurai sampai bahu. Badannya tinggi semampai dapat dikatakan kurus dengan berat badan sekitar 47 kg, dadanya agak rata hanya terlihat tonjolan buah dadanya yang kecil, sedangkan pinggangnya amat langsing dengan perut yang rata, pinggulnya serasi dengan pantatnya yang kecil tapi padat. Tungkai pahanya dan kakinya terlihat panjang serasi dengan bentuk badannya. Apabila berjalan badannya terlihat sangat gemulai dan pembawaan Larasati terlihat sangat kalem , malah dapat dikatakan malu-malu, wajahnya sangat mirip dengan pemain FTV P0py bunga. Mr. Idowu sendiri adalah seorang pria berumur mendekati 40 tahun, bekulit gelap dengan badan tinggi 178 cm dan besar, sedangkan kedua tangannya kekar terlihat berbulu lebat, apalagi pada bagian dada dan kakinya. Kedua pahanya terlihat sangat gempal.
Larasati memang agak risih juga terhadap Mr. Idowu, karena setiap kali Mr. Idowu lewat depan ruangannya, Mr. Idowu selalu melirik dan melempar senyum kepada Larasati dan kalau kebetulan Larasati tidak melihat keluar, maka Mr. Idowu akan mendehem atau membuat gerakan-gerakan yang menimbulkan suara, sehingga Larasati akan terpancing untuk melihat keluar. Larasati agak ngeri juga melihat tampang Mr. Idowu yang berewokan itu dengan badannya yang gelap dan tinggi besar. Larasati telah mempunyai pacar, yang orang Jawa juga dan badan pacarnya agak ceking dan tidak terlalu tinggi, kurang lebih sama tingginya dengan Larasati.
Sampai pada suatu hari, pada hari itu Larasati ke kantor mengenakan baju terusan mini berwarna coklat muda yang memakai kancing depan dari atas sampai batas perut. Seperti biasa tepat jam 12 siang, para karyawan dan boss di lantai 25 sudah pada keluar kantor, sehingga di lantai 25 hanya tinggal Larasati sendiri yang sedang makan siang di ruangannya. Tiba-tiba Mr. Idowu melintas di depan ruangan Larasati dan terus menuju ke bagian ruangan sebelah barat. Tapi seluruh lantai 25 ternyata kosong, semua karyawan telah keluar makan siang. Begitu melintas di pintu keluar satu-satunya yang menuju lift, Mr. Idowu memutar kunci pada pintu keluar yang tertutup. Setelah itu Mr. Idowu kembali menuju ke ruangan Larasati yang terletak di ujung Timur itu. Secara perlahan-lahan Mr. Idowu mendekati ruangan Larasati dan mengintip ke dalam, Larasati sedang duduk membelakangi pintu menghadap ke jendela kaca sambil makan.
Secara perlahan-lahan Mr. Idowu masuk ke dalam ruangan kerja Larasati dan langsung mengunci pintunya dari dalam. Mendengar suara pintu terkunci Larasati menoleh ke belakang dan, tiba-tiba mukanya menjadi pucat. Dia segera berdiri dari tempat duduknya sambil berkata, “Sir, apa-apaan ini, kenapa anda masuk ke ruangan saya dan mengunci pintunya?”, tapi Mr. Idowu hanya memandang Larasati dengan tersenyum tanpa berkata apa-apa. Larasati semakin panik dan berkata, “Harap anda segera keluar atau saya akan berteriak!”. Tapi dengan kalem Mr. Idowu berkata, “silakan saja nona manis.., apabila anda mau menimbulkan skandal dan setiap orang di gedung ini akan mempergunjingkan kamu selama-lamanya”. Mendengar itu Larasati yang pada dasarnya agak pemalu menjadi ngeri juga akan akibatnya apabila ia berteriak. Bagaimana dia akan menaruh mukanya di hadapan teman-temannya sekantor apabila terjadi skandal.
Sementara Larasati berada dalam keadaan ragu-ragu, dengan cepat Mr. Idowu berjalan medekat ke arah Larasati dan karena ruangan kerja Larasati yang sempit itu, begitu Larasati akan mundur untuk menghindar, dia langsung kepepet pada meja kerja yang berada di belakangnya. Dengan cepat kedua tangan Mr. Idowu yang penuh dengan bulu tersebut memeluk badan Larasati yang ramping dan mendekap Larasati ke tubuhnya. Karena badan Larasati yang sangat langsing dan dapat dikatakan tinggi kurus itu, lelaki tersebut merasakan seakan-akan memeluk kapas dan sangat ringkih sehingga harus diperlakukan dengan sangat lembut dan hati-hati.
Mr. Idowu memegang kedua lengan bagian atas Larasati dekat bahu, sambil mendorong badan Larasati hingga tersandar pada meja kerja, kemudian Mr. Idowu mengangkat badan Larasati dengan gampang dan sangat hati-hati dan mendudukkannya di atas meja kerja Larasati, kemudian kedua tangan Larasati diletakan di belakang badan Larasati dan dipegang dengan tangan kirinya. Badan Mr. Idowu dirapatkan diantara kedua kaki Larasati yang tergantung di tepi meja dan paha Mr. Idowu yang sebelah kiri menekan rapat pada tepi meja sehingga kedua paha Larasati terbuka. Tangan kiri Mr. Idowu yang memegang kedua tangan Larasati di belakang badan Larasati ditekan pada bagian pantat Larasati ke depan, sehingga badan Larasati yang sedang duduk di tepi meja, terdorong dan kemaluan Larasati melekat rapat pada paha sebelah kiri Mr. Idowu yang berdiri menyamping di depan Larasati.
Tangan kanan Mr. Idowu yang bebas dengan cepat mulai membuka kancing-kancing depan baju terusan yang dikenakan Larasati. Badan Larasati hanya bisa menggeliat-geliat, “Jangan…, jangan lakukan itu!, stoooppp…, stoopppp”, akan tetapi Mr. Idowu tetap melanjutkan aksinya itu. Sebentar saja baju bagian depan Larasati telah terbuka, sehingga kelihatan dadanya yang kecil mungil itu ditutupi dengan BH yang berwarna putih bergerak naik turun mengikuti irama nafasnya. Perutnya yang rata dan mulus itu terlihat sangat mulus dan merangsang. Tangan kanan Mr. Idowu bergerak ke belakang badan Larasati dan membuka pengait BH Larasati. photomemek.com Kemudian Mr. Idowu menarik ke atas BH Larasati dan…, sekarang terpampang kedua buah dada Larasati yang kecil mungil sangat mulus dengan putingnya yang coklat muda agak tegang naik turun dengan cepat karena nafas Larasati yang tidak teratur. “Oooohh…, ooohh…, jaanggaannn…, jaannnggaann!”. Erangan Larasati tidak dipedulikan oleh pria tersebut, malah mulut Mr. Idowu mulai mencium belakang telinga Larasati dan lidahnya bermain-main di dalam kuping Larasati. Hal ini menimbulkan perasaan yang sangat geli, yang menyebabkan badan Larasati menggeliat-geliat dan tak terasa Larasati mulai terangsang juga oleh permainan Mr. Idowu ini.
Mulut Mr. Idowu berpindah dan melumat bibir Larasati dengan ganas, lidahnya bergerak-gerak menerobos ke dalam mulut Larasati dan menggelitik-gelitik lidah Larasati. “aahh…, hmm…, hhmm”, terdengar suara mengguman dari mulut Larasati yang tersumbat oleh mulut Mr. Idowu. Badan Larasati yang tadinya tegang mulai agak melemas, mulut Mr. Idowu sekarang berpindah dan mulai menjilat-jilat dari dagu Larasati turun ke leher, kepala Larasati tertengadah ke atas dan badan bagian atasnya yang terlanjang melengkung ke depan, ke arah Mr. Idowu, payudaranya yang kecil mungil tapi bulat kencang itu, seakan-akan menantang ke arah lelaki Nigeria tersebut.
Mr. Idowu langsung bereaksi, tangan kanannya memegangi bagian bawah payudara Larasati, mulutnya menciumi dan mengisap-isap kedua puting itu secara bergantian. Mulanya buah dada Larasati yang sebelah kanan menjadi sasaran mulut Mr. Idowu. Buah dada Larasati yang kecil mungil itu hampir masuk semuanya ke dalam mulut Mr. Idowu yang mulai mengisap-isapnya dengan lahap. Lidahnya bermain-main pada puting buah dada Larasati yang segera bereaksi menjadi keras. Terasa sesak napas Larasati menerima permainan Mr. Idowu yang lihai itu. Badan Larasati terasa makin lemas dan dari mulutnya terus terdengar erangan, “Sssshh…, ssssshh…, aahh…, aahh…, ssshh…, sssshh…, jangaann…, diiteeruussiinn”, mulut Mr. Idowu terus berpindah-pindah dari buah dada yang kiri, ke yang kanan, mengisap-isap dan mejilat-jilat kedua puting buah dada Larasati secara bergantian selama kurang lebih lima menit.
Badan Larasati benar-benar telah lemas menerima perlakuan ini. Matanya terpejam pasrah dan kedua putingnya telah benar-benar mengeras. Dalam keadaan terlena itu tiba-tiba badan Larasati tersentak, karena dia merasakan tangan Mr. Idowu mulai mengelus-elus pahanya yang terbuka karena baju mininya telah terangkat sampai pangkal pahanya. Larasati mencoba menggeliat, badan dan kedua kakinya digerak-gerakkan untuk mencoba menghindari tangan lelaki tersebut beroperasi di pahanya, akan tetapi karena badan dan kedua tangannya terkunci oleh Mr. Idowu, maka dia tidak bisa berbuat apa-apa, yang hanya dapat dilakukan oleh Larasati adalah hanya mengerang, “Jaanngaannnn…, jaannngggannn…, diitteeerruusiin”, akan tetapi suaranya semakin lemah saja.
Melihat kondisi Larasati seperti itu, Mr. Idowu yang telah berpengalaman, yakin bahwa gadis ayu ini telah berada dalam genggamannya. Aktivitas tangan Mr. Idowu makin ditingkatkan, terus bermain-main di paha Larasati yang mulus itu dan secara perlahan-lahan merambat ke atas dan, tiba-tiba jarinya menyentuh bibir kemaluan Larasati. Segera badan Larasati tersentak dan, “aahh…, jaannggaan!”, mula-mula hanya ujung jari telunjuk Mr. Idowu yang mengelus-elus bibir kemaluan Larasati yang tertutup CD, akan tetapi tak lama kemudian tangan kanan Mr. Idowu menarik CD Larasati dan memaksanya lepas dari pantatnya dan meluncur keluar di antara kedua kaki Larasati. Larasati tidak dapat berbuat apa-apa untuk menghindari perbuatan Mr. Idowu ini. Sekarang Larasati dalam posisi duduk di atas meja dengan tidak memakai CD dan kedua buah dadanya terbuka karena BH-nya telah terangkat ke atas. Muka Larasati yang ayu terlihat merah merona dengan matanya yang terpejam sayu, sedangkan giginya terlihat menggigit bibir bawahnya yang bergetar.
Kelihatan perasaan putus asa dan pasrah sedang melanda Larasati, disertai dorongan birahinya yang tak terbendung melandanya. Melihat ekspresi muka Larasati yang tak berdaya seperti itu, makin membangkitkan nafsu birahi lelaki tersebut. Mr. Idowu melihat ke arah jam yang berada di dinding, pada saat itu baru menunjukan pukul 12.30, berarti dia masih punya waktu kurang lebih satu setengan jam untuk menuntaskan nafsunya itu. Pada saat itu Mr. Idowu sudah yakin bahwa dia telah menguasai situasi, tinggal melakukan tembakan terakhir saja.
Tampa menyia-nyiakan waktu yang ada, Mr. Idowu, dengan tetap mengunci kedua tangan Larasati, tangan kanannya mulai membuka kancing dan retsliting celananya, setelah itu dia melepaskan celana yang dikenakannya sekalian dengan CD-nya. Pada saat CD-nya terlepas, maka senjata Mr. Idowu yang telah tegang sejak tadi itu seakan-akan terlonjak bebas mengangguk-angguk dengan perkasa. Mr. Idowu agak merenggangkan badannya, maka terlihat oleh Larasati benda yang sedang mengangguk-angguk itu, badan Larasati tiba-tiba menjadi tegang dan mukanya menjadi pucat, kedua matanya terbelalak melihat benda yang terletak diantara kedua paha lelaki Nigeria itu. Benda tersebut hitam besar kelihatan gemuk dengan urat yang melingkar, sangat panjang, sampai di atas pusar lelaki tersebut, dengan besarnya kurang lebih 6 cm dan kepalanya berbentuk bulat lonjong seperti pohon jamur. Tak terasa dari mulut Larasati terdengar jeritan tertahan, “Iiihh”, disertai badannya yang merinding. Larasati belum pernah melihat alat vital lelaki sebesar itu. Larasati merasa ngeri. “Bisa jebol milikku dimasuki benda itu”, gumannya dalam hati. Namun Larasati tak dapat menyembunyikan kekagumannya. Seolah-olah ada pesona tersendiri hingga pandangan matanya seakan-akan terhipnotis, terus tertuju ke benda itu. Mr. Idowu menatap muka Larasati yang sedang terpesona dengan mata terbelalak dan mulut setengah terbuka itu, “Kau Cantik sekali Larasati…”, gumam Mr. Idowu mengagumi kecantikan Larasati.
Kemudian dengan lembut Mr. Idowu menarik tubuh Larasati yang lembut itu, sampai terduduk di pinggir meja dan sekarang Mr. Idowu berdiri menghadap langsung ke arah Larasati dan karena yakin bahwa Larasati telah dapat ditaklukkannya, tangan kirinya yang memegang kedua tangan Larasati, dilepaskannya dan langsung kedua tangannya memegang kedua kaki Larasati, bahkan dengan gemas ia mementangkan kedua belah paha Larasati lebar-lebar. Matanya benar-benar nanar memandang daerah di sekitar selangkangan Larasati yang telah terbuka itu. Nafas laki-laki itu terdengar mendengus-dengus memburu. anganku.com Biarpun kedua tangannya telah bebas, tapi Larasati tidak bisa berbuat apa-apa karena di samping badan Mr. Idowu yang besar, Larasati sendiri merasakan badannya amat lemas serta panas dan perasaannya sendiri mulai diliputi oleh suatu sensasi yang mengila, apalagi melihat tubuh Mr. Idowu yang besar berbulu dengan kemaluannya yang hitam, besar yang pada ujung kepalanya membulat mengkilat dengan pangkalnya yang ditumbuhi rambut yang hitam lebat terletak diantara kedua paha yang hitam gempal itu.
Sambil memegang kedua paha Larasati dan merentangkannya lebar-lebar, Mr. Idowu membenamkan kepalanya di antara kedua paha Larasati. Mulut dan lidahnya menjilat-jilat penuh nafsu di sekitar kemaluan Larasati yang yang masih rapat, tertutup rambut halus itu. Larasati hanya bisa memejamkan mata, “Ooohh…, nikmatnya…, ooohh!”, Larasati menguman dalam hati, mulai bisa menikmatinya, sampai-sampai tubuhnya bergerak menggelinjang-gelinjang kegelian. “Ooooohh…, hhmm!”, terdengar rintihan halus, memelas keluar dari mulutnya. “Paakkk…, aku tak tahan lagi…!”, Larasati memelas sambil menggigit bibir.
Sungguh Larasati tidak bisa menahan lagi, dia telah diliputi nafsu birahi, perasaannya yang halus, terasa tersiksa antara rasa malu karena telah ditaklukan oleh orang Nigeria yang kasar itu dengan gampang dan perasaan nikmat yang melanda di sekujur tubuhnya akibat serangan-serangan mematikan yang dilancarkan Mr. Idowu yang telah bepengalaman itu. Namun rupanya lelaki Nigeria itu tidak peduli, bahkan amat senang melihat Larasati sudah mulai merespon atas cumbuannya itu. Tangannya yang melingkari kedua pantat Larasati, kini dijulurkan ke atas, menjalar melalui perut ke arah dada dan mengelus-elus serta meremas-remas kedua payudara Larasati dengan sangat bernafsu.
Menghadapi serangan bertubi-tubi yang dilancarkan Mr. Idowu ini, Larasati benar-benar sangat kewalahan dan kemaluannya telah sangat basah kuyup. “Paakkk…, aakkhh…, aakkkhh!”, Larasati mengerang halus, kedua pahanya yang jenjang mulus menjepit kepala Mr. Idowu untuk melampiaskan derita birahi yang menyerangnya, dijambaknya rambut Mr. Idowu keras-keras. Kini Larasati tak peduli lagi akan bayangan pacarnya dan kenyataan bahwa lelaki Nigeria itu sebenarnya sedang memperkosanya, perasaan dan pikirannya telah diliputi olen nafsu birahi yang menuntut untuk dituntaskan. Wanita ayu yang lemah lembut ini benar-benar telah ditaklukan oleh permainan laki-laki Nigeria yang dapat membangkitkan gairahnya.
Tiba-tiba Mr. Idowu melepaskan diri, kemudian bangkit berdiri di depan Larasati yang masih terduduk di tepi meja, ditariknya Larasati dari atas meja dan kemudian Mr. Idowu gantian bersandar pada tepi meja dan kedua tangannya menekan bahu Larasati ke bawah, sehingga sekarang posisi Larasati berjongkok di antara kedua kaki berbulu Mr. Idowu dan kepalanya tepat sejajar dengan bagian bawah perutnya. Larasati sudah tahu apa yang diinginkan Mr. Idowu, namun tanpa sempat berpikir lagi, tangan Mr. Idowu telah meraih belakang kepala Larasati dan dibawa mendekati kejantanan Mr. Idowu, yang sungguh luar biasa itu.
Tanpa mendapat perlawanan yang berarti dari Larasati, kepala penis Mr. Idowu telah terjepit di antara kedua bibir mungil Larasati, yang dengan terpaksa dicobanya membuka mulut selebar-lebarnya, Lalu Larasati mulai mengulum alat vital Mr. Idowu ke dalam mulutnya, hingga membuat lelaki Nigeria itu melek merem keenakan. Benda itu hanya masuk bagian kepala dan sedikit batangnya saja ke dalam mulut Larasati yang kecil, itupun sudah terasa penuh benar. Larasati hampir sesak nafas dibuatnya. Kelihatan Larasati bekerja keras, menghisap, mengulum serta mempermainkan batang itu keluar masuk ke dalam mulutnya. Terasa benar kepala itu bergetar hebat setiap kali lidah Larasati menyapu kepalanya.
Beberapa saat kemudian Mr. Idowu melepaskan diri, ia mengangkat badan Larasati yang terasa sangat ringan itu dan membaringkan di atas meja dengan pantat Larasati terletak di tepi meja, kaki kiri Larasati diangkatnya agak melebar ke samping, di pinggir pinggang lelaki tersebut. Kemudian Mr. Idowu mulai berusaha memasuki tubuh Larasati. Tangan kanan Mr. Idowu menggenggam batang penisnya yang besar itu dan kepala penisnya yang membulat itu digesek-gesekkannya pada clitoris dan bibir kemaluan Larasati, hingga Larasati merintih-rintih kenikmatan dan badannya tersentak-sentak. Mr. Idowu terus berusaha menekan senjatanya ke dalam kemaluan Larasati yang memang sudah sangat basah itu, akan tetapi sangat sempit untuk ukuran penis Mr. Idowu yang besar itu.
Pelahan-lahan kepala penis Mr. Idowu itu menerobos masuk membelah bibir kemaluan Larasati. Ketika kepala penis lelaki Nigeria itu menempel pada bibir kemaluannya, Larasati merasa kaget ketika menyadari saluran vaginanya ternyata panas dan basah. Ia berusaha memahami kondisi itu, namun semua pikirannya segera lenyap, ketika lelaki itu memainkan kepala penisnya pada bibir kemaluannya yang menimbulkan suatu perasaan geli yang segera menjalar ke seluruh tubuhnya. Dalam keadaan Larasati yang sedang gamang dan gelisah itu, dengan kasar Mr. Idowu tiba-tiba menekan pantatnya kuat-kuat ke depan sehingga pinggulnya menempel ketat pada pinggul Larasati, rambut lebat pada pangkal penis lelaki tersebut mengesek pada kedua paha bagian atas dan bibir kemaluan Larasati yang makin membuatnya kegelian, sedangkan seluruh batang penisnya amblas ke dalam liang vagina Larasati. Dengan tak kuasa menahan diri, dari mulut Larasati terdengar jeritan halus tertahan, “Aduuuh!.., ooooooohh.., aahh”, disertai badannya yang tertekuk ke atas dan kedua tangan Larasati mencengkeram dengan kuat pinggang Mr. Idowu. Perasaan sensasi luar biasa bercampur sedikit pedih menguasai diri Larasati, hingga badannya mengejang beberapa detik.
Mr. Idowu cukup mengerti keadaan Larasati, ketika dia selesai memasukkan seluruh batang penisnya, dia memberi kesempatan kemaluan Larasati untuk bisa menyesuaikan dengan penisnya yang besar itu. Larasati mulai bisa menguasai diri. Beberapa saat kemudian Mr. Idowu mulai menggoyangkan pinggulnya, mula-mula perlahan, kemudian makin lama semakin cepat. Seterusnya pinggul lelaki Nigeria itu bergerak dengan kecepatan tinggi diantara kedua paha halus gadis ayu tersebut. Larasati berusaha memegang lengan pria itu, sementara tubuhnya bergetar dan terlonjak dengan hebat akibat dorongan dan tarikan penis lelaki tersebut pada kemaluannya, giginya bergemeletuk dan kepalanya menggeleng-geleng ke kiri kanan di atas meja. Larasati mencoba memaksa kelopak matanya yang terasa berat untuk membukanya sebentar dan melihat wajah gelap lelaki Nigeria yang sedang menatapnya, dengan takjub. Larasati berusaha bernafas dan …:” “Paak…, aahh…, ooohh…, ssshh”, sementara pria tersebut terus menyetubuhinya dengan ganas.
Larasati sungguh tak kuasa untuk tidak merintih setiap kali Mr. Idowu menggerakkan tubuhnya, gesekan demi gesekan di dinding liang vaginanya, sungguh membuat Larasati melayang-layang dalam sensasi kenikmatan yang belum pernah dia alami. Setiap kali Mr. Idowu menarik penisnya keluar, Larasati merasa seakan-akan sebagian dari badannya turut terbawa keluar dari tubuhnya dan pada gilirannya Mr. Idowu menekan masuk penisnya ke dalam vagina Larasati, maka clitoris Larasati terjepit pada batang penis Mr. Idowu dan terdorong masuk kemudian tergesek-gesek dengan batang penis Mr. Idowu yang berurat itu. Hal ini menimbulkan suatu perasaan geli yang dahsyat, yang mengakibatkan seluruh badan Larasati menggeliat dan terlonjak, sampai badannya tertekuk ke atas menahan sensasi kenikmatan yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata.
Lelaki tersebut terus menyetubuhi Larasati dengan cara itu. Sementara tangannya yang lain tidak dibiarkan menganggur, dengan terus bermain-main pada bagian dada Larasati dan meremas-remas kedua payudara Larasati secara bergantian. Larasati dapat merasakan puting susunya sudah sangat mengeras, runcing dan kaku. Larasati bisa melihat bagaimana batang penis yang hitam besar dari lelaki Nigeria itu keluar masuk ke dalam liang kemaluannya yang sempit. Larasati selalu menahan nafas ketika benda itu menusuk ke dalamnya. Kemaluannya hampir tidak dapat menampung ukuran penis Mr. Idowu yang super besar itu. Larasati menghitung-hitung detik-detik yang berlalu, ia berharap lelaki Nigeria itu segera mencapai klimaksnya, namun harapannya itu tak kunjung terjadi. Ia berusaha menggerakkan pinggulnya, akan tetapi paha, bokong dan kakinya mati rasa. Tapi ia mencoba berusaha membuat lelaki itu segera mencapai klimaks dengan memutar bokongnya, menjepitkan pahanya, akan tetapi Mr. Idowu terus menyetubuhinya dan tidak juga mencapai klimaks.
Lalu tiba-tiba Larasati merasakan sesuatu yang aneh di dalam tubuhnya, sesuatu yang tidak pernah dia rasakan ketika bersetubuh dengan pacarnya, rasanya seperti ada kekuatan dahsyat pelan-pelan bangkit di dalamnya, perasaan yang tidak diingininya, tidak dikenalnya, keinginan untuk membuat dirinya meledak dalam kenikmatan. Larasati merasa dirinya seperti mulai tenggelam dalam genangan air, dengan gleiser di dalam vaginanya yang siap untuk membuncah setinggi-tingginya. Saat itu dia tahu dengan pasti, ia akan kehilangan kontrol, ia akan mengalami orgasme yang luar biasa dahsyatnya. Ia ingin menangis karena tidak ingin itu terjadi dalam suatu persetubuhan yang sebenarnya ia tidak rela, yang merupakan suatu perkosaan itu. Ia yakin sebentar lagi ia akan ditaklukan secara total oleh monster Nigeria itu. Jari-jarinya dengan keras mencengkeram tepi meja, ia menggigit bibirnya, memohon akal sehatnya yang sudah kacau balau untuk mengambil alih dan tidak membiarkan vaginanya menyerah dalam suatu penyerahan total.
Larasati berusaha untuk tidak menanggapi lagi. Ia memiringkan kepalanya, berjuang untuk tidak memikirkan percumbuan lelaki tersebut yang luar biasa. Akan tetapi…, tidak bisa, ini terlalu nikmat…, proses menuju klimaks rasanya tidak dapat terbendung lagi. Orgasmenya tinggal beberapa detik lagi, dengan sisa-sisa kesadaran yang ada Larasati masih mencoba mengingatkan dirinya bahwa ini adalah suatu pemerkosaan yang brutal yang sedang dialaminya dan tak pantas kalau dia turut menikmatinya, akan tetapi bagian dalam vaginanya menghianatinya dengan mengirimkan signal-signal yang sama sekali berlawanan dengan keinginannya itu, Larasati merasa sangat tersiksa karena harus menahan diri.
Akhirnya sesuatu melintas pada pikirannya, buat apa menahan diri?, Supaya membuat laki-laki ini puas atau menang?, persetan, akhirnya Larasati membiarkan diri terbuai dan larut dalam tuntutan badannya dan terdengar erangan panjang keluar dari mulutnya yang mungil, “Ooooh…, ooooooh…, aahhmm…, ssstthh!”. Gadis ayu itu melengkungkan punggungnya, kedua pahanya mengejang serta menjepit dengan kencang, menekuk ibu jari kakinya, membiarkan bokongnya naik-turun berkali-kali, keseluruhan badannya berkelonjotan, menjerit serak dan…, akhirnya larut dalam orgasme total yang dengan dahsyat melandanya, diikuti dengan suatu kekosongan melanda dirinya dan keseluruhan tubuhnya merasakan lemas seakan-akan seluruh tulangnya copot berantakan. Larasati terkulai lemas tak berdaya di atas meja dengan kedua tangannya terentang dan pahanya terkangkang lebar-lebar dimana penis hitam besar Mr. Idowu tetap terjepit di dalam liang vaginanya.
Selama proses orgasme yang dialami Larasati ini berlangsung, memberikan suatu kenikmatan yang hebat yang dirasakan oleh Mr. Idowu, dimana penisnya yang masih terbenam dan terjepit di dalam liang vagina Larasati dan merasakan suatu sensasi luar biasa, batang penisnya serasa terbungkus dengan keras oleh sesuatu yang lembut licin yang terasa mengurut-urut seluruha penisnya, terlebih-lebih pada bagian kepala penisnya setiap terjadi kontraksi pada dinding vagina Larasati, yang diakhiri dengan siraman cairan panas. Perasaan Mr. Idowu seakan-akan menggila melihat Larasati yang begitu cantik dan ayu itu tergelatak pasrah tak berdaya di hadapannya dengan kedua paha yang halus mulus terkangkang dan bibir kemaluan yang kuning langsat mungil itu menjepit dengan ketat batang penisnya yang hitam besar itu.
Tidak sampai di situ, beberapa menit kemudian Mr. Idowu membalik tubuh Larasati yang telah lemas itu hingga sekarang Larasati setengah berdiri tertelungkup di meja dengan kaki terjurai ke lantai, sehingga posisi pantatnya menungging ke arah Mr. Idowu. Mr. Idowu ingin melakukan doggy style rupanya. Tangan lelaki Nigeria itu kini lebih leluasa meremas-remas kedua buah payudara Larasati yang kini menggantung ke bawah. Dengan kedua kaki setengah tertekuk, secara perlahan-lahan lelaki tersebut menggosok-gosok kepala penisnya yang telah licin oleh cairan pelumas yang keluar dari dalam vagina Larasati pada permukaan lubang anus Larasati yang menimbulkan suatu sentakan kejutan pada seluruh badan Larasati, kemudian menempatkan kepala penisnya pada bibir kemaluan Larasati dari belakang.
Dengan sedikit dorongan, kepala penis tersebut membelah dan terjepit dengan kuat oleh bibir-bibir kemaluan Larasati. Kedua tangan Mr. Idowu memegang pinggul Larasati dan mengangkatnya sedikit ke atas sehingga posisi bagian bawah badan Larasati tidak terletak pada meja lagi, hanya kedua tangannya yang masih bertumpu pada meja. Kedua kaki Larasati dikaitkan pada paha laki-laki tersebut. Laki-laki tersebut menarik pinggul Larasati ke arahnya, berbarengan dengan mendorong pantatnya ke depan, sehingga disertai keluhan panjang yang keluar dari mulut Larasati, “Oooooooh!”, penis laki-laki tersebut menerobos masuk ke dalam liang vaginanya dan Mr. Idowu terus menekan pantatnya sehingga perutnya yang bebulu lebat itu menempel ketat pada pantat Larasati yang setengah terangkat. Selanjutnya dengan ganasnya Mr. Idowu memainkan pinggulnya maju mundur dengan cepat sambil mulutnya mendesis-desis keenakan merasakan penisnya terjepit dan tergesek-gesek di dalam lubang vagina Larasati yang ketat itu. Sebagai seorang wanita Jawa yang setiap hari minum jamu, Larasati memiliki daya tahan alami dalam bersetubuh. Tapi bahkan kini Larasati kewalahan menghadapi Mr. Idowu yang ganas dan kuat itu. Laki-laki itu benar-benar luar biasa tenaganya. Sudah hampir setengah jam ia melakukan aktivitasnya dengan tempo permainan yang masih tetap tinggi dan semangat tetap menggebu-gebu.
Kemudian Mr. Idowu merubah posisi permainan, dengan duduk di kursi yang tidak berlengan dan Larasati ditariknya duduk menghadap sambil mengangkang pada pangkuan Mr. Idowu. Mr. Idowu menempatkan penisnya pada bibir kemaluan Larasati dan mendorongnya sehingga kepala penisnya masuk terjepit dalam liang kewanitaan Larasati, sedangkan tangan kiri Mr. Idowu memeluk pinggul Larasati dan menariknya merapat pada badannya, sehingga secara perlahan-lahan tapi pasti penis Mr. Idowu menerobos masuk ke dalam kemaluan Larasati. Tangan kanan Mr. Idowu memeluk punggung Larasati dan menekannya rapat-rapat hingga kini badan Larasati melekat pada badan Mr. Idowu. Kedua buah dada Larasati terjepit pada dada Mr. Idowu yang berambut lebat itu dan menimbulkan perasaan geli yang amat sangat pada kedua puting susunya setiap kali bergesekan dengan rambut dada Mr. Idowu. Kepala Larasati tertengadah ke atas, pasrah dengan matanya setengah terkatup menahan kenikmatan yang melandanya sehingga dengan bebasnya mulut Mr. Idowu bisa melumat bibir Larasati yang agak basah terbuka itu.
Larasati mulai memacu dan terus menggoyang pinggulnya, memutar-mutar ke kiri dan ke kanan serta melingkar, sehingga penis yang besar itu seakan mengaduk-aduk dalam vaginanya sampai terasa di perutnya. Tak berselang kemudian, Larasati merasaka sesuatu yang sebentar lagi akan kembali melandanya. Terus…, terus…, Larasati tak peduli lagi dengan gerakannya yang agak brutal ataupun suaranya yang kadang-kadang memekik lirih menahan rasa yang luar biasa itu. Dan ketika klimaks itu datang lagi, Larasati tak peduli lagi, “Aaduuuh…, eeeehm”, Larasati memekik lirih sambil menjambak rambut laki-laki yang memeluknya dengan kencang itu. Dunia serasa berputar. Sekujur tubuhnya mengejang, terhentak-hentak di atas pangkuan Mr. Idowu. Sungguh hebat rasa kenikmatan orgasme kedua yang melanda dirinya. Sungguh ironi memang, gadis ayu yang lemah gemulai itu mendapatkan kenikmatan seperti ini bukan dengan kekasihnya, akan tetapi dengan orang asing yang sedang memperkosanya.
Kemudian kembali laki-laki itu menggendong dan meletakkan Larasati di atas meja dengan pantat Larasati terletak pada tepi meja dan kedua kakinya terjulur ke lantai. Mr. Idowu mengambil posisi diantara kedua paha Larasati yang ditariknya mengangkang, dan dengan tangan kanannya menuntun penisnya ke dalam lubang vagina Larasati yang telah siap di depannya. Laki-laki itu mendorong penisnya masuk ke dalam dan menekan badannya setengah menindih tubuh Larasati yang telah pasrah oleh kenikmatan-kenikmatan yang diberikan oleh lelaki tersebut. Mr. Idowu memacu keras untuk mencapai klimaks. Desah nafasnya mendengus-dengus seperti kuda liar, sementara goyangan pinggulnya pun semakin cepat dan kasar. Peluhnya sudah penuh membasahi sekujur tubuhnya dan tubuh Larasati yang terkapar lemas di atas meja.
Sementara lelaki Nigeria itu terus berpacu diantara kedua paha Larasati, badan gadis itu terlonjak-lonjak mengikuti tekanan dan tarikan penis lelaki tersebut. Larasati benar-benar telah KO dan dibuat permainan sesukanya oleh si Nigeria yang perkasa itu. Larasati kini benar-benar tidak berdaya, hanya erangan-erangan halus yang keluar dari mulutnya disertai pandangan memelas sayu, kedua tangannya mencengkeram tepi meja untuk menjaga keseimbangannya. Lelaki itu melihat ke arah jam yang terletak di dinding ruangan kerja tersebut, jam telah menunjukan pukul 13.40, berarti telah 1 jam 40 menit dia menggarap gadis ayu tersebut dan sekarang dia merasa sesuatu dorongan yang keras seakan-akan mendesak dari dalam penisnya yang menimbulkan perasaan geli pada ujung penisnya.
Lelaki tersebut mengeram panjang dengan suara tertahan, “Agh…, terus”, dan disertai dengan suatu dorongan kuat, pinggulnya menekan habis pada pinggul gadis yang telah tidak berdaya itu, sehingga buah pelirnya menempel ketat pada lubang anus Larasati dan batang penisnya yang besar dan panjang itu terbenam seluruhnya di dalam liang vagina Larasati. Dengan suatu lenguhan panjang, “Sssh…, ooooh!”, sambil membuat gerakan-gerakan memutar pantatnya, lelaki Nigeria tersebut merasakan denyutan-denyutan kenikmatan yang diakibatkan oleh semprotan air maninya ke dalam vagina Larasati. Ada kurang lebih lima detik lelaki tersebut tertelungkup di atas badan gadis ayu tersebut, dengan seluruh tubuhnya bergetar hebat dilanda kenikmatan orgasme yang dahsyat itu. Dan pada saat yang bersamaan Larasati yang telah terkapar lemas tak berdaya itu merasakan suatu semprotan hangat dari pancaran cairan kental hangat lelaki tersebut yang menyiram ke seluruh rongga vaginanya. Tubuh lelaki Nigeria itu bergetar hebat di atas tubuh gadis ayu itu.
Setelah kurang lebih 3 menit keduanya memasuki masa tenang dengan posisi tersebut, secara perlahan-lahan Mr. Idowu bangun dari atas badan Larasati, mengambil tissue yang berada di samping meja kerja dan mulai membersihkan ceceran air maninya yang mengalir keluar dari bibir kemaluan Larasati. Setelah bersih Mr. Idowu menarik tubuh Larasati yang masih terkapar lemas di atas meja untuk berdiri dan memasang kembali kancing-kancing bajunya yang terbuka. anganku.com Setelah merapikan baju dan celananya, Mr. Idowu menarik badan Larasati dengan lembut ke arahnya dan memeluk dengan mesra sambil berbisk ke telinga Larasati, “Maafkan saya manis…, terima kasih atas apa yang telah kau berikan tadi, biarpun kudapat itu dengan sedikit paksaan!”, kemudian dengan cepat Mr. Idowu keluar dari ruangan kerja Larasati dan membuka pintu keluar yang tadinya dikunci, setelah itu cepat-cepat kembali ke lantai 26. Jam menunjukan 13.55.
Sepeninggalan Mr. Idowu, Larasati terduduk lemas di kursinya, seakan-akan tidak percaya atas kejadian yang baru saja dialaminya. Seluruh badannya terasa lemas tak bertenaga, terbesit perasaan malu dalam dirinya, karena dalam hati kecilnya dia mengakui turut merasakan suatu kenikmatan yang belum pernah dialami serta dibayangkannya. Kini hal yang diimpikannya benar-benar menjadi kenyataan. Dalam pikirannya timbul pertanyaan apakah bisa? sepuas tadi bila dia berhubungan dengan pacarnya, setelah mengalami persetubuhan yang sensasional itu.
Hari demi hari berlalu dengan cepat tanpa ada kejadian istimewa, pekerjaan-pekerjaan di kantornya semakin sibuk menyita waktu Larasati, sehingga kejadian tersebut mulai dapat dilupakannya. Sampai pada suatu hari, tiba-tiba terjadi demonstrasi para mahasiswa di sekitar Bundaran Semanggi tidak jauh dari kantor tempat Larasati bekerja. Karena situasi pada saat itu sangat memanas, maka pimpinan kantor memutuskan untuk memulangkan para karyawannya lebih awal untuk mencegah terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Saat itu baru menunjukan pukul 14.30 siang, setiap karyawan buru-buru mengemasi barang-barangnya di atas meja, mengunci laci dan lemari-lemari pada ruang kerja masing-masing dan cepat-cepat turun dari gedung kantor untuk buru-buru pulang. Demikian juga dengan Larasati, dengan cepat dia membereskan surat-surat yang bertebaran di atas meja kerjanya dan segera dimasukkan ke dalam laci meja kerjanya. Setelah menguncinya dengan rapi Larasati segera keluar ruang kerjanya dan cepat-cepat menuju lift untuk turun ke bawah.
Di lantai 25 tempat Larasati bekerja itu telah kosong, seluruh karyawan telah turun terlebih dahulu, hanya Larasati sendirian yang menunggu lift untuk turun ke bawah. Setelah lift yang turun dari atas terbuka, Larasati dengan cepat segera masuk ke dalamnya dan segera lift itu menutup kembali dan bergerak turun. Tiba-tiba Larasati menyadari, dia hanya berdua dengan seseorang di dalam lift tersebut dan saat bersamaan orang tersebut menyapa Larasati dengan halus, “Larasati, mau pulang juga ya!” dengan kaget Larasati segera mengangkat mukanya dan melihat ke belakang, ke arah suara tersebut berasal. Mukanya mendadak menjadi merah setelah menyadari bahwa orang tersebut yang hanya berdua saja dengan dia adalah Mr. Idowu yang bejad itu. Larasati hanya diam tidak menyambut sapaan Mr. Idowu tersebut. Mr. Idowu mencoba menawarkan jasanya untuk mengantar Larasati pulang dengan alasan pada saat itu kendaraan umum tidak ada yang beroperasi akibat demonstrasi para mahasiswa di sepanjang jalan Sudirman. Akan tetapi tawaran Mr. Idowu itu ditolak secara halus oleh Larasati.
Sesampai di bawah, begitu lift terbuka, Larasati buru-buru keluar dan berjalan ke depan gedung untuk mencari taksi, sementara Mr. Idowu menuju tempat parkir untuk mengambil mobilnya yang kebetulan hari itu dibawa sendiri olehnya tanpa supir. Dengan gelisah Larasati menunggu taksi di depan kantor, akan tetapi tidak terlihat satupun taksi dan kendaraan umum lainnya melintas di depan gedung tersebut, sementara aksi mahasiswa yang sedang berdemonstrasi di sepanjang jalan tersebut semakin panas saja. Sementara dalam kegelisahan itu, tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depannya dan ketika kaca jendela mobil tersebut terbuka, kepala Mr. Idowu menongol keluar, “Ayolah, jangan takut, mari kuantar anda pulang, keadaan semakin berbahaya kalau anda terjebak di sini!” Melihat situasi sekelilingnya yang semakin gawat itu, dengan terpaksa Larasati menerima ajakan Mr. Idowu tersebut. Dengan cepat Larasati masuk ke dalam mobil Mr. Idowu dan mobil tersebut segera meninggalkan tepat tersebut.
Di dalam mobil, Mr. Idowu menanyakan Larasati arah tempat rumah tinggal Larasati. Segera Larasati menjelaskan bahwa dia tinggal di daerah Kebayoran Baru. Karena arah ke Kebayoran Baru melalui Jl. Sudirman tertutup oleh para mahasiswa yang sedang berdemonstrasi tersebut, maka Mr. Idowu mengambil arah Jl. Gatot Subroto untuk memutar melalui Jl. Buncit Raya masuk ke daerah Kebayoran Baru. Akan tetapi sepanjang jalan Gatot Subroto ternyata macet total, akhirnya Mr. Idowu mengusulkan untuk mampir dulu ke apartement temannya yang terletak di dekat situ sambil menunggu lalu lintas lancar kembali. Karena tidak ada pilihan lain, maka akhirnya Larasati menyetujui usul tersebut. Mendapat persetujuan Larasati, segera Mr. Idowu mengambil jalur kiri dari jalan dan kemudian membelok pada sebuah jalan kecil yang menuju ke sebuah bangunan apartement yang tidak jauh letaknya.
Setelah memarkir mobilnya, keduanya masuk ke lobby dan menuju lift. Apartment teman Mr. Idowu terletak di lantai 9, setelah lift berhenti mereka menuju ke apartement bernomor 916. Mr. Idowu segera memencet bel yang terletak depan pintu dan tak lama kemudian pintunya terbuka dan terlihat seorang pria Nigeria yang berumur kurang lebih 35 tahun, berwajah tampan dengan tubuh yang tinggi tegap dan berkulit gelap dengan kedua tangannya dan dadanya yang bidang ditumbuhi rambut hitam lebat. Mr. Idowu segera memperkenalkan Larasati kepada temannya yang ternyata bernama Okinwa Gwala yang adalah seorang tenaga ahli pada sebuah pabrik tekstil yang terletak di Jakarta Selatan.
Kedua lelaki tersebut terlibat sebentar dalam percakapan dalam bahasa mereka, yang tidak dimengerti oleh Larasati, yang hanya bisa memandang mereka dengan pandangan mata curiga. Setelah mengambil tempat duduk pada sebuah sofa panjang yang terletak di ruangan tamu, Larasati memperhatikan keadaan apartement tersebut. Apartement itu hanya terdiri dari satu kamar, beserta ruang duduk yang menyambung menjadi satu dengan ruang makan dan dapur yang terletak paling ujung dari ruangan tersebut. Terlihat apartement tersebut adalah apartement yang dihuni oleh bujangan, dimana pada tempat cuci piring terlihat piring dan gelas kotor masih menggeletak belum dicuci. Setelah berbincang-bincang sejenak, Okinwa meminta diri sebentar untuk keluar, karena akan membeli minuman dingin dan makanan kecil di toko makanan yang terletak di ground floor.
Sepergian Okinwa, suasana di antara Larasati dan Mr. Idowu menjadi agak kikuk, kepala Larasati hanya tertunduk ke bawah tanpa berani memandang ke arah Mr. Idowu. Terlihat bibir bawah Larasati agak bergetar dan kedua jari-jari tangannya saling menggenggam dengan erat. Larasati agak grogi, sambil membayangkan apa yang telah terjadi beberapa bulan lalu, ketika lelaki di hadapannya itu memperkosanya dengan brutal. Terlintas dengan jelas bagaimana lelaki tersebut menekan badannya ke atas meja dan mengangkangi kedua pahanya, serta menyetubuhinya dengan ganas. Seakan-akan masih terasa ngilu kemaluannya dikocok-kocok oleh senjata lelaki tersebut, akan tetapi perasaan nikmat tiba-tiba melandanya ketika membayangkan kedua puting susunya tergesek-gesek pada dada bidang berambut tebal dari Mr. Idowu, ketika dia terduduk dan terlonjak-lonjak di atas pangkuan Mr. Idowu karena senjata Mr. Idowu menyodok-nyodok lubang kemaluannya. Membayangkan hal tersebut, tiba-tiba kemaluannya dirasakan basah.
Melihat muka Larasati yang berubah-ubah dan matanya yang semakin sayu saja, Mr. Idowu yang telah berpengalaman itu, tidak mau melewatkan momentum yang menguntungkannya. Segera dia berpindah duduk di samping Larasati pada sofa panjang dan sebelum Larasati menyadari apa yang terjadi, kedua tangan Mr. Idowu dengan cepat telah merangkul bahu Larasati dan segera menarik badan Larasati menempel ke badannya. Dagu Larasati diangkatnya menengadah ke arahnya sehingga kedua mata mereka saling menatap. Mata Mr. Idowu berkilat-kilat menatap muka Larasati yang ayu itu dan akhirnya terpaku pada kedua bibir Larasati yang merah merekah yang sedang bergetar dengan halus.
Perlahan-lahan Mr. Idowu menundukkan kepalanya dan bibirnya yang kasar yang ditumbuhi kumis lebat menyentuh kedua bibir Larasati yang mungil dan perlahan-lahan mulai melumat bibir-bibir yang indah yang telah pasrah itu. Menjelang beberapa saat, ketika Mr. Idowu mulai merasakan badan Larasati tidak tegang lagi dan bibirnya mulai melemas, maka lidahnya segera ditekan masuk menerobos ke dalam mulut Larasati dan menyapu langit-langit dan mempermainkan lidah Larasati. Hal ini membuat badan Larasati bergetar dan kepalanya serasa melayang-layang dan tanpa terasa terdengar keluhan halus keluar dari mulut mungil tersebut, “Ooohh… eeehhmm…!” Merasakan Larasati mulai merespon aksinya itu, Mr. Idowu segera meningkatkan serangannya. Secara perlahan-lahan tangannya segera membuka kancing-kancing blouse yang dikenakan Larasati dan segera mencopotnya dari badan Larasati.
Segera terlihat BH Larasati yang putih menutupi kedua buah dadanya yang kecil mungil itu. BH tersebut tidak dapat bertahan lama melindungi kedua gundukan daging kenyal tersebut, karena segera tercampakkan oleh tangan-tangan lelaki tersebut. Dengan cepat kedua bukit kenyal mungil itu menjadi sasaran mulut dari Mr. Idowu, yang segera mencium dan mengisap-hisap puting yang telah tegang itu. Badan Larasati hanya bisa menggeliat-geliat dan dari mulutnya keluar suara seperti orang kepedasan. Melihat keadaan Larasati yang telah pasrah itu, Mr. Idowu tidak mau menyia-nyiakan momentum yang ada, dengan tangkas kedua tangannya segera melucuti rok dan sekalian CD Larasati, sehingga sekarang Larasati terbaring telentang di sofa dengan tubuh yang mulus yang tidak ditutupi selembar benang pun.
Lelaki Nigeria tersebut menindihkan tubuhnya pada Larasati yang sudah terbaring pasrah di sofa, sambil dia memperbaiki posisi tubuhnya agar senyaman mungkin, lelaki tersebut dengan kedua tangannya membuka kaki Larasati dan segera menempatkan badannya tepat berada di tengah, di antara kedua paha Larasati yang telah terkangkang itu. Dengan tangan kirinya memegang batang penisnya yang besar itu, lelaki tersebut mulai mengarahkan penisnya, ke arah sasarannya yang telah pasrah terbuka di bawahnya. Begitu kepala penis bertemu dengan belahan bibir vagina luarnya, badan Larasati terlihat bergetar dan kedua tangannya mencengkeram dengan kuat pada sofa, pandangan matanya menjadi sayu, wajahnya keringatan. Dengan perlahan-lahan Mr. Idowu mulai mendorong penisnya memasuki relung tubuh Larasati yang paling rahasia itu. Seirama dengan masuknya penis Mr. Idowu yang besar itu, mata Larasati terlihat membalik ke atas dan rintihan nikmatnya terdengar jelas keluar dari mulut mungilnya, “Aahh… eeehhmm…” pada mulanya agak susah juga masuknya, sedikit-sedikit, terlihat Mr. Idowu menggerakkan pantatnya maju mundur dengan perlahan-lahan, sambil mulutnya mencium bibir ranum Larasati.
Tak berselang kemudian tiba-tiba dengan suatu sentakan keras, lelaki tersebut menekan pinggulnya dan terus mendorong penisnya, sehingga terbenam seluruhnya ke dalam liang vagina Larasati. Pas ketika mentok tidak bisa masuk lagi Larasati menggigit bibirnya, dan… “Aahddduhh…” terdengar jeritan halus kesakitan ataupun mungkin kenikmatan keluar dari mulutnya. Selanjutnya pelan-pelan Mr. Idowu mulai menggerakkan keluar masuk penisnya, sofa itu berderit-derit menahan gerakan dan tekanan tubuh Mr. Idowu yang besar itu pada tubuh mungil Larasati, kembali rintihan, desahan, dan lenguhan khas kenikmatan terdengar memenuhi ruangan, semakin lama semakin keras, tubuh Larasati menggeliat dalam pelukan ketat Mr. Idowu yang besar, kadang-kadang terlihat Larasati mengangkat kepalanya, giginya menggigit bibir bawahnya menahan kenikmatan yang melanda seluruh pori-pori badannya, kadang-kadang dia menjerit kecil kalau lelaki Nigeria tersebut menekan terlampau dalam.
Beberapa saat kemudian, rintihan Larasati semakin keras, dan cairan tubuhnya terasa semakin banyak, tubuhnya melenting kaku dan dari mulutnya keluar suara seperti orang sekarat, Larasati tengah dibuai perasaannya yang sedang menuju puncak kenikmatan. Wajahnya benar-benar cantik pada saat itu, setelah didera depresi sekian lama, sepertinya ini semacam pelepasan buat dia. Bagian dalam dinding vaginanya menjepit keras dan berdenyut-denyut, badannya terhentak-hentak, Larasati mengalami orgasme yang dahsyat, yang membuat perasaannya melayang-layang dan setelah masa kenikmatan itu mereda, badannya terhempas lemas di atas sofa. Dadanya terlihat naik turun dengan nafas memburu seakan-akan orang yang baru menyelesaikan lari cepat 100 m dan kedua matanya terkatup rapat. Bintik-bintik keringat menghias pelipisnya menandakan satu ronde dari suatu pergulatan seru yang banyak memakan tenaga, yang baru saja diselesaikannya.
Akan tetapi bagi Mr. Idowu pertarungan ini belum selesai, bahkan baginya ini baru babak permulaan ataupun babak pemanasan saja. Melihat Larasati yang ayu itu sudah terkapar lemas itu dengan kedua matanya yang tertutup dan badannya yang langsing itu tergolek pasrah, menimbulkan suatu perasaan sensasi pada Mr. Idowu. Lelaki Nigeria tersebut sangat bersyukur bisa menguasai dan menikmati tubuh gadis ayu tersebut yang langsing dan mulus itu. Dengan penisnya yang besar masih terbenam dalam kemaluan gadis tersebut, Mr. Idowu memeluk badan Larasati dan mengangkatnya dari sofa.
Sekarang badan yang langsing dari gadis tersebut digendong oleh lelaki tersebut, kedua bukit kecil dengan putingnya yang menonjol keras dari buah dada Larasati tertekan rapat dan tergesek-gesek pada rambut-rambut lebat pada dada Mr. Idowu. Kepala Larasati terkulai lemas bersandar pada pundak lelaki tersebut, kedua tangan Mr. Idowu memegang kedua bongkahan pantat Larasati dan kedua kaki Larasati melingkar pada pinggang Mr. Idowu. Dari belakang kelihatan belahan pantat Larasati merekah dan penis hitam besar lelaki Nigeria tersebut masih bersarang di dalam liang kemaluan gadis tersebut yang menjepit rapat batang penis tersebut. Mr. Idowu membawa badan gadis tersebut merapat ke tembok ruangan tersebut, menekannya di tembok dan mulai menggerakan pantatnya sendiri maju mundur menekan pantat Larasati ke tembok, akibatnya penisku yang hitam besar itu menerobos keluar masuk kemaluan Larasati yang telah basah oleh cairan kenikmatan yang keluar pada waktu gadis itu mengalami orgasme. Gerakan pantat lelaki itu semakin lama semakin cepat dan tekanannya semakin dalam saja. Badan Larasati menggeliat-geliat, “Oooohh… oooohh… eeehhmm…!” suara lirih terdengar keluar dari mulut Larasati setiap kali lelaki tersebut menekan pantatnya dengan kuat.
Sementara sedang asyik-asyiknya Mr. Idowu mengerjai Larasati yang telah lemas itu, tiba-tiba pintu apartement itu terbuka dari luar dan Okinwa Gwala yang katanya hendak membeli minuman masuk, kedua tangannya membawa minuman Fanta merah 2 botol besar. Dia melihat sejenak pada aksi Mr. Idowu yang sedang mengerjai Larasati itu dengan senyum-senyum. Sementara itu Larasati yang terkejut dengan kedatangan Okinwa tersebut, merasa sangat malu dan mencoba melepaskan diri dari Mr. Idowu, akan tetapi Mr. Idowu dengan ketat tetap memeluk Larasati dan melanjutkan kegiatannya itu. Kemudian Mr. Idowu dengan tetap menancapkan penisnya ke dalam kemaluan Larasati mengambil posisi duduk di sofa dengan kedua kakinya terjulur mengangkang di lantai dan Larasati berada dalam posisi duduk di atas pinggul Mr. Idowu dengan kedua kakinya terkangkang di samping kiri kanan pinggul Mr. Idowu. Penis Mr. Idowu tetap berada dalam kemaluan Larasati dan sekarang kedua tangan Mr. Idowu memegang pinggul Larasati dan mengangkat ke atas dan menekan kembali ke bawah berulang-ulang sehingga kemaluan Larasati sekarang yang terlihat aktif menelan dan mengeluarkan penis hitam besar itu.
Sementara itu Okinwa Gwala yang telah meletakkan minuman yang dibawanya ke atas meja, dengan cepat segera melepaskan baju yang dikenakannya beserta sekalian CD-nya, sehingga telanjang bulat. Terlihat senjatanya yang tidak kalah besarnya dengan Mr. Idowu telah tegang siap tempur. Badannya tegap berbulu dengan kedua pahanya yang gempal juga ditutupi rambut tebal. Kemudian Okinwa mendekati kedua orang yang sedang bergelut di sofa itu dan berjongkok di antara kedua kaki Mr. Idowu yang terbuka, sehingga posisinya tepat berada di belakang pantat Larasati.
Melihat itu Larasati segera menyadari akan bahaya yang bakal menimpanya dan mencoba memberontak, akan tetapi dengan cepat kedua tangan Mr. Idowu segera membekap badan Larasati ke arah badannya, sehingga Larasati tertelungkup di atas badan Mr. Idowu yang bersandar setengah tidur pada sofa. Rupanya dalam hal mengerjai wanita secara bersama-sama, ini bukan merupakan yang pertama kali mereka lakukan, pada 2 minggu yang lalu, mereka juga menggarap Kim Lan, cewek manis yang bertubuh putih langsing yang bekerja pada perusahaan tempat Okinwa Gwala bekerja. Masih terbayang-bayang di benak Okinwa bagaimana tubuh putih mulus Kim Lan menggeliat-geliat dan jeritan-jeritan tertahan yang keluar dari mulutnya, ketika penisnya mulai menerobos belahan pantat Kim Lan dalam posisi yang sama seperti saat ini. Okinwa bertekad untuk merasakan lagi pengalaman yang mengasyikan itu.
Okinwa yang telah berada tepat di posisi belakang pantat Larasati, menundukan kepalanya dan menjilat-jilat pantat Larasati. Lidahnya bermain-main pada lubang anus Larasati, sehingga menimbulkan perasaan yang sangat geli pada Larasati yang tidak bisa dilukiskan, akibatnya badan Larasati menggeliat-geliat dengan kuat dan… “Aagghh… jaanggaan… jaanggaan… lakukan itu!” Larasati berusaha melepaskan diri, akan tetapi bekapan tangan Mr. Idowu pada tubuhnya terlalu kuat, sehingga Larasati hanya bisa menggerak-gerakan pantatnya ke kiri kanan, tetapi juga tidak bisa bergeser terlalu jauh, karena penis besar Mr. Idowu masih tertancap di dalam kemaluan Larasati.
Okinwa melanjutkan kegiatannya itu dan sekarang dia membasahi pantat dan bagian anus Larasati dengan ludahnya, sementara dengan ibu jarinya yang telah basah dengan ludah, mulai ditekan masuk ke dalam lubang anus Larasati dan diputar-putar di sana. Larasati terus menggeliat-geliat dan mendesah, “Jaannnggaann jaannggaan… aaddduuhh… aadduuhh… saakiitt… saakiitt…!” akan tetapi Okinwa tidak menanggapinya dan terus melanjutkan kegiatannya. Selang sesaat setelah merasa cukup membasahinya, Okinwa sambil memegang dengan tangan kiri penisnya yang telah tegang itu, menempatkan kepala penisnya tepat di tengah liang masuk anus Larasati yang telah basah dan licin itu.
Kemudian Okinwa membuka belahan pantat Larasati lebar-lebar. “aaduhh, janggaann! Sakkiiit! aammpuuunnn, aammppuunn! Aagkkh” Okinwa mulai mendorong masuk, terus masuk. Sementara Larasati menjerit-jerit dan menggelepar-gelepar kesakitan. Larasati meronta-ronta tak berdaya, hanya semakin menambah gairah Okinwa untuk terus mendorong masuk. Larasati terus menjerit, ketika perlahan seluruh penis hitam besar Okinwa masuk ke anusnya. “aauuugghh…! Saakkiiit! jerit Larasati ketika Okinwa mulai bergerak pelan-pelan keluar masuk anus Larasati. Akhirnya dengan tubuh berkeringat menahan sakit, Larasati terkulai lemas tertelungkup di atas badan Mr. Idowu kelelahan dan tidak berdaya.
Secara berirama Okinwa menekan dan menarik penisnya dari lubang anus Larasati, dimana setiap kali Okinwa menekan ke bawah, bukan saja penisnya yang terbenam ke dalam lubang anus Larasati, tetapi penis Mr. Idowu juga tertekan masuk lebih dalam ke dalam lubang kemaluan Larasati. Benar-benar sangat menyesakkan melihat kedua penis besar hitam itu berada di kedua lubang bawah Larasati. Terlihat kedua kaki Larasati yang terkangkang itu bergetar-getar lemah setiap kali Okinwa menekan masuk penisnya ke dalam lubang anusnya. Dalam kesakitan dan ketidakberdayaan itu, Larasati telah pasrah menerima perlakuan kedua lelaki tersebut.
Tak lama kemudian mereka bertukar posisi, sekarang Okinwa duduk melonjor di sofa dengan penisnya tetap berada dalam lubang anus Larasati, sehingga badan Larasati tertidur telentang di atas badan Okinwa dengan kedua kakinya terpentang lebar ditarik melebar oleh kedua kaki Okinwa dari bawah dan Mr. Idowu mengambil posisi di atas Larasati. Mr. Idowu mulai memompa penisnya keluar masuk kemaluan Larasati, yang sekarang semakin basah saja, cairan pelumas yang keluar dari dalam kemaluan Larasati mengalir ke bawah, sehingga membasahi dan melicinkan lubang anusnya, hal ini membuat penis Okinwa yang sedang bekerja pada lubang anusnya menjadi licin dan lancar, sehingga dengan perlahan-lahan perasaan sakit yang dirasakan Larasati berangsur-angsur hilang diganti dengan perasaan nikmat yang merambat ke seluruh badannya.
Larasati mulai dapat menikmati kedua penis besar laki-laki tersebut yang sedang menggarap kemaluan dan lubang anusnya. Perlahan-lahan perasaan nikmat yang dirasakannya melingkupi segenap kesadarannya, menjalar dengan deras tak terbendung seperti air terjun yang tumpah deras ke dalam danau penampungan, menimbulkan getaran hebat pada seluruh bagian tubuhnya, tak terkendali dan meletup menjadi suatu orgasme yang spektakuler melandanya. Setelah itu badannya terkulai lemas, Larasati telentang pasrah seakan-akan pingsan dengan kedua matanya terkatup.
Melihat keadaan Larasati itu semakin membangkitkan nafsu Mr. Idowu, lelaki tersebut menjadi sangat kasar dan kedua tangan Mr. Idowu memegang pinggul Larasati dan lelaki tersebut menekan pinggulnya keras-keras ke depan dan “Aduuuh… aauuggghh…!” keluh Larasati merasakan seakan-akan vaginanya terbelah dua diterobos penis Mr. Idowu yang besar itu. Kedua mata Larasati terbelalak, kakinya menggelepar-gelepar dengan kuatnya diikuti badannya yang meliuk-liuk menahan gempuran penis Mr. Idowu pada vaginanya.
Dengan buasnya Mr. Idowu menggerakkan pinggulnya maju mundur dengan cepat dan keras, sehingga penisnya keluar masuk pada vagina Larasati yang sempit itu. Mr. Idowu merasa penisnya seperti dijepit dan dipijit-pijit sedangkan Larasati merasakan penis lelaki tersebut seakan-akan sampai pada dadanya, mengaduk-aduk di dalamnya, di samping itu suatu perasaan yang sangat aneh mulai terasa menjalar dari bagian bawah tubuhnya bersumber dari vaginanya, terus ke seluruh badannya terasa sampai pada ujung-ujung jari-jarinya.
Larasati tidak bisa menggambarkan perasaan yang sedang menyelimutinya, akan tetapi badannya kembali serasa mulai melayang-layang dan suatu perasaan nikmat yang tidak dapat dilukiskan terasa menyelimuti seluruh badannya. Hal yang dapat dilakukannya pada saat itu hanya mengerang-erang, “aahh… ssshh ooouusshh!” sampai suatu saat perasaan nikmatnya itu tidak dapat dikendalikan lagi serasa menjalar dan menguasai seluruh tubuhnya dan tiba-tiba meledak membajiri keluar berupa suatu orgasme yang dahsyat yang mengakibatkan seluruh tubuhnya bergetar tak terkendali disertai tangannya yang menggapai-gapai seakan-akan orang yang mau tenggelam mencari pegangan. Kedua kakinya berkelejotan. Dari mulut Larasati keluar suatu erangan, “aaduhh… laagii… laagiii… oohh… ooohh…” Hal ini berlangsung kurang lebih 20 detik terus menerus. Sementara itu kedua lelaki itu terus melakukan aktivitasnya, dengan memompa penis-penis mereka keluar masuk vagina dan anus. Mr. Idowu menjadi sangat terangsang melihat ekspresi muka Larasati dan tiba-tiba Mr. Idowu merasakan bagian dalam vagina Larasati mulai bergerak-gerak melakukan pijitan-pijitan kuat pada keseluruhan batang penisnya. Gerakan kaki Larasati disertai goyangan pinggulnya mendatangkan suatu kenikmatan pada penis kedua lelaki tersebut, terasa seperti diurut-urut dan diputar-putar.
Tiba-tiba secara bersamaan Mr. Idowu dan Okinwa merasakan sesuatu gelombang yang melanda dari di dalam tubuh mereka, mencari jalan keluar melalui penis masing-masing, terasa suatu ledakan yang tiba-tiba mendorong keluar, sehingga secara besamaan penis mereka terasa membengkak seakan-akan mau pecah dan… “Aaduuuh!” secara bersamaan tangan-tangan mereka memeluk erat-erat badan Larasati dan pinggul mereka dengan kekuatan penuh yang satu menekan ke bawah dalam-dalam pada pinggul Larasati yang mengakibatkan keseluruhan penisnya terbenam ke dalam vagina Larasati, disertai suatu semburan sperma yang keluar dan menyemprot secara deras ke dalam vagina Larasati, sedang Okinwa mengangkat ke atas pinggulnya mendorong masuk penis terbenam habis ke dalam lubang anus Larasati, sambil menyemburkan cairan kental panas ke dalam lubang anus Larasati. Menerima semburan cairan kental panas pada lubang kemaluan dan lubang anusnya Larasati merasakan suatu sensasi yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata, hanya reaksi badannya yang bergetar-getar dan ekspresi mukanya yang seakan-akan merasakan suatu kengiluan yang tak terbayangkan, diikuti badannya yang tergolek lemas, tanpa dapat bergerak. Larasati terlena oleh kedahsyatan orgasme yang dialaminya dan diterima dari kedua lelaki tersebut.
Setelah beristirahat sejenak, Okinwa dengan cepat segera pulih kembali dan penisnya telah tegak dengan perkasa siap tempur. Larasati yang masih telentang lemas di atas sofa tidak diberi kesempatan oleh Okinwa, segera ditindihnya. Dengan cepat penisnya dibenamkan ke dalam kemaluan Larasati dan Okinwa Gwala terus mengerjai Larasati yang kelihatan sudah sangat lemas dan hanya bisa menuruti saja apa yang diinginkan oleh Okinwa. Berkali-kali kelihatan Larasati mengalami orgasme yang dahsyat, itu kelihatan tiap kali dari getaran tubuhnya yang diikuti oleh kedua kakinya yang berkelejotan. Kedua matanya terlihat sayu, seakan-akan orang yang sudah sangat mengantuk.
Mr. Idowu dan Okinwa Gwala terus mengerjai gadis ayu tersebut secara bergantian terus-menerus sampai menjelang sore hari. Larasati mengalami orgasme berulang-ulang sepanjang waktu itu. Menjelang jam 5 sore mereka menghentikan kegiatannya, meninggalkan Larasati yang telentang lemas di atas sofa dengan kaki yang terkangkang dan dari vaginanya masih mengalir sisa-sisa sperma dari kedua lelaki tersebut. Sejam kemudian setelah tenaganya pulih, Larasati dengan tertatih-tatih bangkit dari sofa dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan badannya. Setelah itu bersama Mr. Idowu yang setengah memapahnya mereka pamitan dan Mr. Idowu mengantar Larasati ke rumahnya. Sepanjang jalan pulang, Larasati hanya bisa berdiam diri merenung akan apa yang baru saja dialaminya. Ada perasaan bingung yang melanda dirinya yaitu antara perasaan puas atas kenikmatan yang dirasakannya dan perasaan benci pada kedua lelaki tersebut atas perlakuan mereka terhadap dirinya.
Kejadian ini merupakan pengalaman buruk yang terakhir yang dialami Larasati, karena tak lama kemudian Mr. Idowu dan para tenaga asing di group perusahaan tempat Larasati bekerja memutuskan untuk tidak lagi memperpanjang kontrak kerja mereka berhubung dengan krisis ekonomi yang terjadi yang berdampak juga pada usaha group perusahaan tersebut. Setahun kemudian Larasati bertemu dengan seorang pria yang berasal dari pulau seberang yang sangat mempesonanya dan juga sangat mencintainya dan setelah berpacaran beberapa bulan, mereka melanjutkan dengan pernikahan. Larasati sekarang masih tetap bekerja pada perusahaan itu dan dalam kehidupan keluarganya hidupnya sangat berbahagia dengan suaminya yang penuh pengertian, sehingga secara perlahan-lahan ia dapat melupakan segala kejadian buruk yang pernah dialaminya itu, serta dapat menikmati tumpahan cinta kasih suaminya padanya.,,,,,,,,,,,,,,,,,,
TAMAT.