Waktu diusiaku yang beranjak dewasa, saya merasa bangga kepada diriku yang ceria, supel, riang, penuh canda dan mempunyai keindahan yang ada di dalam diriku. Tak jarang saya berkumpul dan berjalan-jalan dengan kenalan baru, untuk saling mengetahui hal-hal yang baru.
Saya di sekolah mempunyai teman yang cantik dan seksi, sebut saja namanya Nia, tetapi diriku mempunyai lebih dari apa yang dimilikinya. Temanku mempunyai tubuh yang ideal, tinggi diatas 165 cm, berat 40 kg lebih, kulit putih mulus, bokong yang padat, dan yang paling kami banggakan adalah keindahan kedua buah dada yang kami miliki (34B lebih ukurannya), terkadang kami suka memakai pakaian yang pedek dan ketat untuk dapat memamerkan apa yang kami miliki, dan tentu saja indahnya tubuh kami sering dipuji. Bangga rasanya dapat menarik perhatian orang, yang terkadang tak berkedip melihatku.
Sebut saja namaku Tari, saya sangat akrab dan saling berbagi dengan temanku ini, walaupun itu hal yang kecil dan sepele. Di sekolah dan sepulang sekolah, rasanya seperti perangko saja, jarang berjauhan dan selalu terlihat bersama, dan tak jarang kami menginap bergantian.
Jika sedang berdua, kami sering membandingkan sosok tubuh kami, apa yang kurang dan apa yang lebih. Kami membandingkan tubuh dengan berbagai macam jenis pakaian, dari yang dapat memperlihatkan indahnya tubuh dan pakaian yang benar-benar tertutup.
Ia sering bercerita apa yang sering dilakukannya dengan pacarnya, sampai ke hal-hal yang disukainya. Saat kami duduk berdua, ia menceritakan bagaimana ia merawat dadanya, ia mengajarkan bagaimana menghindari penyakit kanker payudara.
Nia mengajarkan cara memijat dan lain-lain. Ia mengatakan jika wanita menyusui sangat minim untuk terkena kanker. Dengan berbisik, Nia mengatakan kepadaku cara menjaganya dengan cara lain, tetapi lebih suka bila dibantu.
Ia berbisik lagi, “Dibantu dengan pacarku.”
Lalu kubertanya, “Bagaimana..?”
“Sepeti ini (tanganya lalu meremas-remas dadanya) dan kadang dihisap, awalnya saya risih, tapi karena saya suka, jadi saya menyenanginya (pacarnya dan caranya).”
“Saya bingung.., seperti apa sih..?” jawabku.
“Bodoh kamu..!” kata Nia, lalu ia melepaskan pakaiannya dan memang bentuknya indah, saya saja terkagum-kagum, apa lagi pacarnya, buah dadanya mulus dan terlihat padat.
Lalu ia melepaskan BH yang menutupi keindahan dadanya. Kedua dada yang padat dan kedua puting yang merah terlihat lembut. Lalu tanganya meraba-raba, meremas-remas kedua puting yang terlihat bulat, akhirnya kedua puting payudara itu mengeras dan kedua dadanya tegang.
“Seperti ini…” katanya.
Dan ia memainkan puting yang merah itu sambil berkata, “Ia menghisap ini dengan nafsu, dan lembut juga lidahnya memainkan ini, nikmat loh..!”
“Apa nikmatnya..?” kataku.
Lalu ia menghampiriku dan tanganya meraba dadaku (yang ukurannya lebih besar dari miliknya),
“Seperti ini loh Non.., dadamu boleh juga ya..?” kata Nia sambil tersenyum dengan peragaan kedua tangannya.
Rasanya saya tak menyuka hal seperti ini, tetapi perlahan-lahan saya rasakan nikmat.
“Awalnya risih, tapi lama-lama rasanya lumayan, enak juga..!” kataku.
Kemudian kulihat tatapan matanya ke wajahku, rasa ingin berbagi pengalamannya terlihat.
“Bolehkan kubagi pengalamanku..?” sahut Nia dengan rasa penasaran, “Biar kamu tau yang kunikmati dari pacarku..” sambungnya dengan rasa ingin memberitahunya yang tinggi.
Aku berpikir dan rasanya penasaran juga, “Seperti apa sih..?” tanyaku dengan sikapku yang ingin mengetahui lebih lagi.
Lalu Nia meremas, dan kemudian mengangkat kaosku, sehingga BH-ku yang berenda dan berwarna krem dapat ditonton.
Nia melihat dan memujiku, “Jika kamu punya pacar pasti suka dengan yang satu ini.. (dada berukuran 36 yang putih dan mulus)”
Ia pun melepaskan kedua kaitan bra-ku, bra yang tadinya menutup dengan sesak kedua buah dadaku, akhirnya diangkat bersama kaosku, sehingga tiada sehelai kain pun menutupi dadaku yang tertutup sesak, dan seakan dadaku sekarang lepas dan terlihat mengembang. Memang ukuran yang aslinya lebih besar dari bra yang kupakai.
Lalu tangan Nia merangkulku, tangannya meraba-raba dadaku sambil berkata, “Kayak ini loh non..”
Kemudian ia memainkan putingku, wajahnya menghampiri dadaku yang satunya, lalu bibirnya mulai mencium putingku. Setelah beberapa lama, kurasakan sesuatu yang nikmat.
“Nikmat Nia…” sahutku kepada Nia.
“Lanjut ya..?” sahut Nia sambil mulutnya melanjutkan tugasnya.
Putingku yang merah dan mengeras akhirnya masuk ke dalam mulut Nia. Kurasakan kelembutan dan kenikmatan, sehingga rasanya tubuh ini pasrah untuk dinikmatinya. Dadaku pun mengeras, kurasakan titik kenikmatan dari putingku yang menyebar dan mengalir ke seluruh tubuhku.
Sesaat kurasakan kenikmatan itu mengalir ke bagian tengah tubuhku, tepatnya diantara kedua paha tepat di bawah perut yang tertutup bulu-bulu hitamku yang lembut. anganku.com Rasanya terbang tinggi tanpa sadar. saya merasakan puncak pertamaku, walau itu hanya dari cumbuan. Rasanya ingin terulang kembali.
“Terima kasih ya..!” kuucapkan kepada Nia.
“Senang rasanya dapat berbagi dan memberi tau kamu..” ucap Nia.
Lalu kami mengenakan pakaian lagi.
Hari pun terus berganti, Nia terus membagi pengalamannya kepadaku. Ia terus mengajariku banyak hal. Pernah ia bercerita tentang hal yang tak pernah lepas disaat ia bersama pacarnya, yaitu berciuman. Ia bercerita jika pacarnya sekarang bukan yang pertama, ia sudah mengenal beberapa bibir yang membuat kenangan padanya.
“Apa nikmatnya kissing.., kenapa kamu suka..?” sahutku ke Nia dengan rasa penasaranku.
“Makanya pacaran biar tahu, kamu mau tau..?” jawab Nia.
“Sebenarnya udah banyak cowok yang ngajak pacaran, tapi saya belum mau aja..!” balasku.
Saya terus mengungkapkan rasa penasaranku ke Nia, Nia pun memberi respon, dan ia berkata, “Kamu mau kalau saya kasih tau, saya praktekin..?” katanya sambil bercanda.
“Mau Nia, kamu bisa..?” jawabku serius.
“Bisa.., ehm… cuma kissing kamu aja kan..?” jawab Nia yang terlihat bingung.
Aku bingung campur penasaran, lalu kujawab, “Saya ingin tau Nia.”
Lalu Nia mendekatiku, ia menghampiri wajahku, bibirnya perlahan menghampri bibirku. saya merasa janggal, gemetar, tegang campur macam-macam perasaan. Perlahan-lahan memangnya aksinya, dan akhirnya bibirku tersentuh bibir Nia, kurasakan lembut dan nikmatnya sentuhan bibir Nia, dan itulah yang pasti disukai pacarnya. Lalu Nia melepas kecupan bibirnya, saya hanya terdiam dan tak mengerti harus berbuat apa.
“Bibir kamu lembut, kalau kamu pacaran pasti cowok kamu ketagihan…” sahut Nia.
“Masa..?” jawabku.
“Kamu mau tau banyak tentang kisssing..? saya ajarin deh..!” kata Nia mulai agak bersemangat.
Dengan rasa masih penasaran, saya mulai menanggapi tawaran Nia, dan kujawab, “saya ingin tau banyak.., ajarin saya dong..!”
Lalu Nia bercerita panjang lebar tentang pengalaman kissing-nya dengan tahap demi tahap, dan lalu kami mempraktekannya. Entah mungkin karena kami berteman dan sama-sama sejenis, mungkin kami tahu dan mengerti apa yang harus dilakukan untuk berbagi kenikmatan. Akhirya kami sama-sama merangsang seluruh tubuh kami, ah.. nikmatnya tiada tara.
Kami terus berbagi dan mengulanginya dari hari ke hari, tetapi itu hanya terbatas karena kami sama-sama sejenis, dan tak ada rasa suka, yang ada hanya kenikmatan. Waktu pulang sekolah, saya tak dapat pulang bersama Nia, karena ia sudah diajak pacarnya. saya pun pulang bersama teman yang lain. Sesaat ditengah perjalanan pulang rasanya saya ingin main dan menginap di rumah Nia saja. Akhirnya saya menuju ke rumah Nia.
Saat saya sampai dan pintu rumahnya ternyata terkunci, saya pun masuk dengan kunci cadangan pemberian Nia. Rumahnya tenyata sepi, kukira ia ada di rumah. Sekilas saya mendengar suara Nia (entah seperti apa suaranya, hanya terdengar samar) di dalam kamar.
Akhirnya kamar Nia kuhampiri. Kubuka perlahan pintunya supaya ia tak kaget. Astaga, alangkah kagetnya aku, kulihat Nia sedang berdua dengan pacarnya tanpa sehelai pakaian di badannya (kecuali pacarnya). Untung pintu terbuka sedikit sekali, saya hanya dapat mengintip. saya hanya terdiam menatap Nia dengan pacarnya, maklum baru kali ini saya melihat insan berduaan dengan gairah seperti itu.
Awalnya mereka berciuman, lalu meraba-raba, dan yang dilakukan Nia dengan dadaku sama seperti yang dilalukan pacarnya, meraba, meremas, menghisap dan begitulah. Kulihat Nia menikmati dan terlihat pasrah untuk dinikmati.
Tubuhnya pasrah, wajahnya terlihat melayang seperti saya waktu itu, tetapi tak sehebat saya terbangnya. saya heran melihat pacarnya yang tak hanya mencumbu dada Nia, tetapi juga mencumbu belahan yang juga kumiliki yang ada di antara kedua paha. Nia pun kulihat melayang, dan sesaat kemudian ia mengeluarkan suara desahan yang kuat, saya pun samar-samar merasakannya juga.
“Ah, nikmatkah rasanya, seperti apakah nikmatnya..?” pikirku dalam hati.
Sesaat kulihat beberapa jari tangan pacar Nia keluar-masuk di antara paha Nia yang tertutup bulunya. Kulihat kaki Nia melebar, seakan-akan serakah mengambil tempat. Tak beberapa lama Nia terbangun dan memberi isyarat supaya pacarnya mendekatkan pinggangnya ke arah wajah Nia. Lalu kulihat Nia melepaskan celana pacarnya, saya heran melihat tonjolan di celana pacarnya.
Seperti apakah tonjolan di balik celana dalam itu. Nia mengelus dan mencium tonjolan itu, saya berpikir sambil heran seperti inikah caranya pacaran. Tanpa basa-basi lagi Nia menarik dan melepaskan celana serta CD pacarnya.
“Ah, seperti itukah tonjolan yang selama ini yang samar-samar kuketahui..?” kataku dalam hati.
Saya hanya dapat melihat dengan terpana dan heran, tetapi sesaat kurasakan saya menyukainya juga.
“Kapankah saya dapat mengetahuinya lebih jelas..?” kataku lagi dalam hati sambil berusaha membayangkannya.
Nia mendekap tonjolan itu dengan jemarinya. Kelima jari Nia kemudian mengusap-usap milik pacarnya dengan nikmatnya. Kulihat pacar Nia menegang. Tak lama kemudian wajah Nia menghampiri tonjolan yang didekap dan dielus-elus jemarinya itu.
Lalu bibirnya pun terbuka seperti goa, lidahnya keluar dan menjilat tonjolan yang pucuknya seperti jamur itu. Kulihat lidah Nia menyentuh dengan nikmatnya, dan bibirnya mulai terbuka lebar lagi. Milik pacarnya pun masuk ke dalam goa itu (mulut Nia) sampai dalam.
Kulihat Nia memejamkan mata dengan perlahan sambil menikmati yang masuk ke dalam mulutnya. Mulut Nia dan bibirnya terlihat seperti menghisap permen dengan nikmatnya.
“Ah, kurasakan nikmat lembutnya bibir dan lidah Nia waktu di dadaku, pasti pacarnya menikmatinya seperti yang kurasakan di dadaku.” kataku dalam hati.
Milik pacarnya terlihat hampir keluar, dan akhirnya tertelan lagi di mulut Nia yang lembut. Mulut dan kepala Nia bergerak terus dengan nikmatnya. Kulihat adegan berikutnya, setelah masuk dan dinikmati mulutnya, kulihat Nia menarik milik pacarnya dengan perlahan (sambil merebahkan badan, kakinya seperti membuka stand) ke arah tepat di bawah perut, di antara kedua paha Nia.
Dibalik bulu Nia yang halus dan hitam, kulihat dari jauh itulah yang dituju milik pacarnya yang perlahan seakan hilang dan bersembunyi di tubuh Nia. anganku.com Kulihat mereka berdua tegang, lalu milik pacarnya hadir dan terlihat lagi, kemudian masuk dan terus menerus seperti itu. Dan perlahan-lahan bergerak cepat. Suara Nia yang mendesah halus seakan perlahan-lahan dibesarkan volumenya sampai besar.
Cukup lama saya mengintip mereka berdua dengan perasaan heran dan ingin tahu. Beberapa waktu kemudian, milik pacarnya ditarik keluar dari tubuhnya, dan kulihat ia menegang. Nia terbangun dari terbangnya, dan kulihat wajahnya menghampiri milik pacarnya. Sesaat entah apa yang keluar dari milik pacarnya dan terbang ke arah mulut Nia yang terbuka.
Kulihat pacarnya merasakan kenikmatan, tampaknya Nia terlihat tak puas dengan sesuatu yang terbang masuk ke mulutnya, lalu ia terlihat kembali menghisap milik pacarnya sampai air yang keluar itu habis tertelan mulutnya.
Setelah itu mereka beristirahat, dan setelah beberapa lama pacarnya bergegas pergi dari rumah Nia. Saat itu pun saya bergegas bersembunyi di lantai atas rumah Nia. Terlihat ia naik ke lantai atas untuk mengambil sesuatu. Ia kaget, ternyata saya ada di atas dan bersembunyi, saya pun kaget sambil tersenyum.
“Sudah dari kapan kamu datang..?” tanya Nia.
“Udah lama…” jawabku.
Lalu ia mengajakku turun setelah mengambil yang dicarinya. Ia mengajakku ke kamarnya, dan lalu kami bercerita panjang lebar.
“Apa kamu liat pacarku tadi disini..?” tanya Nia.
“Saya tak sekedar ngelihat pacar kamu, tapi juga melihat kalian berdua..” jawabku.
“Jadi kamu melihat kami..?” kata Nia sambil penasaran.
“Emang, saya penasaran dan ingin tau, jadi maaf ya Nia..?” jawabku.
“Tapi ini rahasia kita ya..?” sahut Nia.
“Kita kan teman, ya saling menjaga dan berbagi. Seperti apa sih Nia rasanya, kamu ngerti ngelakuinnya ya..!” kataku kemudian sambil bercanda.
“Kamu mo tau ya..? Enak.., saya suka, saya butuh, ini bukan yang pertama Yul, sebenarnya sudah sering saya ngelakuinnya, tapi ini yang pertama di rumahku. saya sering ngelakuin di rumah pacarku, rumahnya sepi, tapi sebenarnya bukan sama ia aja loh hubungan ini kulakuin. Kadang saya sama mantan masih berhubungan, soalnya kita masih ada rasa suka.
Tapi kita udah punya masing-masing, mantanku ada dua. Dan saya pernah berhubungan bertiga, kita sama-sama butuh dan puas, dan kita sama-sama jaga rahasia, kecuali saya ke kamu. Kalau kamu pengen tau tentang gituan, nanti kujelasin banyak deh, kita kan temen…” ucap Nia dengan panjang lebar.
“Saya jadi pengen, boleh liat lagi nggak..?” sahutku sambil bercanda.
“Besok-besok kalau pengen tau kamu bisa ngintip kami kok..!” dijawab Nia dengan serius.
Ternyata Nia menepati janjinya. saya dapat melihat ia berhubungan saat di rumahnya. Lama-lama kupikir saya juga suka. Kayaknya saya juga menginginkannya.
Suatu hari saya dan Nia berkenalan dengan beberapa anak pria dari sekolah lain. Wawan, Edwin, Aris, Sandi, Ari dan Heri, dan beberapa diantaranya sudah kuliah (Aris dan Heri). Kami akhirnya akrab dan kami sering berkumpul.
Suatu saat mereka mengajakku dan Nia berjalan-jalan ke pantai. Tempatnya di luar kota, jaraknya pun cukup jauh, mungkin ada tiga sampai lima jam perjalanan lamanya. Kami berencana menginap di sana dalam acara liburan akhir minggu. saya dan Nia dapat ijin dari keluarga, karena kami memberi alasan kumpul bersama teman-teman sekolah kami.
Saya dan Nia bersepakat untuk bersaing dulu-duluan menarik perhatian mereka, siapa yang paling mereka sukai. Awalnya kami kira kami hanya berempat dengan Aris dan Heri yang pergi. Tetapi ternyata berdelapan.
Saya dan Nia menganggap suasana menjadi lumayan lebih ramai. Akhirnya kami janjian bertemu di tempat kost salah satu dari mereka. Sebelumnya Nia dan saya berganti pakaian terlebih dahulu di sana, dan akhirnya saya dan Nia memulai permainan. Kemudian Nia melepas semua pakaiannya sampai yang tersisa hanya celana dalam, begitu juga aku.
Tubuh kami yang indah terlihat semua dan itulah rencana dari permainan kami. Kami akhirnya mengenakan rok sedengkul dengan belahan yang lumayan, sehingga dapat memamerkan kemulusan paha kami sepenuhnya. Kemeja tanpa lengan dengan kancing di depan kami pakai, dan terkadang memperlihatkan pusar kami.
Ah rasanya pakaian kami cukup seksi, karena sudah membentuk tubuh kami yang sudah indah menjadi lebih indah lagi. Ketatnya baju ini seakan-akan kami merasakan seperti dipeluk dengan dekapan erat. Kedua buah dada kami terlihat indah bentuknya, memang saya dan Nia sengaja untuk tak memakai bra yang menyelimuti mahkota seperti biasanya.
Lalu kami keluar dari kamar kost. Mereka yang melihat, langsung terpana karena tubuh indah kami, sehingga membuatku dan Nia merasa bangga. Akhirnya kami berangkat setelah menjelang selesainya siang. Kami berangkat dengan sebuah mobil minibus, supaya dapat beramai-ramai. saya dan Nia duduk di tengah-tengah, diapit Aris dan Heri.
Saya pun belum pernah duduk berdua dengan pria seperti ini. Di perjalanan, untuk menghilangi rasa jenuh kami bernyanyi dan bercanda. Di tengah perjalanan kurasakan mata mereka menelanjangi tubuhku dan tubuh Nia. Senang rasanya, karena mata mereka lebih banyak menuju ke tubuhku ini. Dari celah-celah kancing pun, bentuk bulat dada kami kadang-kadang terlihat dengan jelas.
Kulihat Nia melepas beberapa kancing supaya agak terbuka sedikit. saya tentu tak mau kalah, akhirnya kulakukan juga. Kadang saya agak menunduk, sehingga belahan dadaku dapat terlihat jelas. Rupanya kenalan Nia (Aris) dengan Nia sudah benar-benar akrab.
Mungkin karena pakaian kami, mereka tak melepas pandangan mereka dari kami. Aris tampaknya mulai melakukan penjajakan ke Nia, sehingga Nia pun tertarik padanya. Aris mulai memegang tangan Nia dan perlahan ia mencoba merangkul Nia. Awalnya Nia menolak, tetapi tampaknya ia tetap mencoba terus dan tak menyerah.
Ia terus memuji tubuh Nia. Yang kutahu, Nia sangat suka dipuji akan tubuhnya, dan itu merupakan suatu kelemahan Nia. Aris memuji wajah Nia yang cantik, kulit yang putih mulus, rambut yang indah, dada dan bokong yang indah. Nia pun senang dan bangga. Maklumlah, kami masih anak-anak yang beranjak dewasa, sehingga kami cepat salah tingkah.
Aris meremas dan mengelus-elus jemari Nia. Kulihat Nia menyukainya. Ia memuji paha Nia yang putih dan mulus.
“Paha kamu mulus dan indah ya..?” sahut Aris.
“Kamu suka ya..?” jawab Nia.
“Andai itu milikku, andai kubisa menikmati halusnya…” sahut Aris.
“Seperti apa..?” sambil tangan Nia menaruh tangan Aris di pahanya.
Tanpa basa basi dan menunggu waktu, aris langsung mengelus-elus dengan nikmat paha Nia yang terlihat utuh karena belahan roknya. Tampaknya Nia mulai menyukai Aris.
Tanpa terasa waktu cepat berganti, Nia dan Aris mulai terlihat dekat. Aris berhasil merangkul Nia. Dan tak itu saja, ia juga membelai rambut Nia, mencium pipi Nia, entah mengapa mereka cepat dekat seperti itu.
Kulihat Aris berhasil mengelus paha Nia sampai ke pertemuan dua paha. Rok Nia terangkat tinggi sampai celana dalam Nia terlihat. Tampaknya Nia sudah terbawa melayang dengan sentuhan Aris, maklum gairah kami terlalu tinggi dan cepat datangnya. Aris menyiumi Nia mulai dari pipi, kuping, leher lalu ke bibir.
Nia menikmatinya dan bibir mereka berperang. Tangan Aris mengelus paha Nia dengan nikmatnya, lalu perlahan pindah ke belahan di celana dalam Nia, pinggang, perut, lalu dada Nia. Awalnya Nia menolak, tetapi gairah Nia yang sudah muncul membuatnya melayang dan susah untuk berkutik dan menolak.
Tangan Aris meraba-raba dada Nia dan meremas-remas, lalu menuju kancing Nia dan melepaskannya satu persatu secara perlahan. Kancing Nia terlepas dan terlihat indahnya sebagian tubuh Nia. Lalu Aris meremas dada Nia secara langsung, sehingga keindahan tubuh Nia dapat dinikmati setiap mata di dalam mobil.
Setelah beberapa lama hal ini terjadi, Aris dan Nia menghentikan asmara mereka. Nia menutup kembali tubuhnya yang indah itu, walaupun tampaknya mereka belum puas. Kami terus berjalan, dan akhirnya sampai di pantai yang kami tuju. Kami bersenang-senang di pantai. Akhirnya kami berkumpul di dalam mobil.
Kami bercanda di dalam, entah mungkin suasana yang sepi dan lembut merubah rasa-rasa yang ada di dalam jiwa. Nia dan Aris tampaknya melanjutkan permainan mereka yang belum selesai. saya agak risih di samping Nia, karena saya belum pernah berhubungan, apalagi yang seperti ini.
Wawan yang duduk di depan tampaknya terangsang dengan tubuh Nia. Ia pun tampak ikut meraba dan menikmati tubuh Nia. Akhirnya Nia dan Aris bercinta tanpa peduli dilihat seisi mobil. Wawan pun tak mau kalah, ia ikut bercinta dengan Nia bergantian dengan Aris. Tampaknya Nia tak canggung dan menikmatinya. Entah mengapa kurasakan tangan Heri meremas dadaku. saya menolaknya, “Jangan..!” kataku tersentak, entah mengapa saya malah terangsang.
Ia dengan nafsunya menyerang tubuhku, saya agak meronta dan menolak, tetapi saya tak sanggup bergerak banyak, rambutku dijambak oleh Sandi dari belakang. Edwin tak mau kalah, ia segera menarik kedua tanganku ke belakang.
Heri akhirnya dengan leluasa dapat menikmati dadaku, saya hanya dapat berkata, “Tolong jangan..!”
Mereka tampaknya tak peduli dengan ucapanku, yang ada hanya nafsu untuk menikmati tubuhku.
Aku menangis pelan. Tampaknya Nia tak mendengarnya, Heri, Sandi, Edwin terus menyergapku. Sandi menciumi wajahku, Heri meremas-remas dadaku dengan nafsu. Awalnya saya merasa takut. Heri meraih kancingku dan melepaskannya, sehingga dadaku terlihat jelas.
Tanpa henti ia juga meraih resleting rokku, dan perlahan melepaskannya bersama celana dalamku. Ia tak menikmati dadaku lagi, tetapi yang ada di balik bulu halusku. Entah mengapa saya menikmati sentuhan jemarinya, ah mengapa jadi saya terangsang.
Akhirnya jarinya keluar masuk di lubangku (hilang keperawananku) dan sesaat saya mendesah. Dadaku memang tak disentuh Heri lagi. Sandi yang menjambak rambutku mengecup bibirku dengan nafsu, lalu tangannya menikmati dada kananku. Edwin yang memegang tanganku ikut menikmati dada kiriku.
Waktu terus berjalan, entah mengapa saya menjadi terbawa. Walaupun saya meronta, saya sebenarnya menikmatinya. Tubuhku yang indah ini akhirnya mereka nikmati secara bersamaan. Perasaanku bercampur aduk, saya disentuh oleh mereka.
Karena waktu sudah agak malam, akhirnya kami ke rumah Aris yang kosong bersama-sama. Di sana kami bermalam bersama, tampaknya Nia bingung menghadapi teman baru kami. Tubuhku dan Nia tampaknya menjadi hidangan mereka malam ini. Mereka terus menyerang tubuh kami, Nia dan saya tak bisa mengelak hasrat mereka.
Di dalam rumah saya menjadi bulan-bulan mereka, saya terus menolak, tetapi apa daya tenaga mereka lebih besar. saya diboyong ke tempat tidur. Kedua tanganku dipegang dengan erat, sehingga saya hanya bisa pasrah dan mengalah.
Bajuku dilucuti. Cahaya lampu terang pun mempertontonkan seluk beluk tubuhku, dan membuat mereka semakin terangsang. Kali ini saya ditiduri langsung, tanpa ada rabaan dan cumbuan. Ah, entah mengapa saya malah merasakan kenikmatan, mereka bergantian memegangi tanganku, dan secara bergantian pula mereka memasukkan milik mereka ke liang memekku.
Tampaknya saya hanya bisa pasrah, beberapa kali saya merasakan ada sesuatu yang menyembur di dalam liangku. Mereka melakukannya berkali-kali padaku sampai saya lemas tak sadarkan diri. Dan entah apa yang terjadi pada Nia.
Pagi pun menjelang, saya mulai terbangun dengan tubuh lemas ini.
Aris menyapaku, “Pagi Yul..”, yang begitu juga jawabku dengan kesadaran yang bertahap.
Kucari pakaianku, tetapi saya tak mendapatkannya.
Heri menemuiku di kamar, “Pagi Tari…” sapanya sambil menghampiriku dan meraba-raba tubuhku kembali.
Kali ini saya tak dapat menolak keinginannya. Ternyata tubuh ini terhanyut bersama nafsu mereka. Heri menganjurkanku mandi, saya rasa memang saya harus mandi. Akhirnya kumasuk ke kamar mandi untuk menyuci tubuhku, pasti segar rasanya.
Mulai basah tubuh ini tersiram air segar, tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka, terlihat Aris dan Heri di depan pintu dan bergegas masuk. Mereka segera melepas pakaiannya, lalu menyiram tubuh mereka dengan air seperti yang kulakukan.
“Kita mandi sama-sama ya..?” sahut mereka.
Setelah beberapa lama, kurasakan Heri mendekatiku dari belakang, lalu mendekapku dan meraba dadaku serta meremas-remas. Aris juga menghampiriku, ia mendekap salah satu buah dadaku yang tersisa dengan jemarinya.
Aku canggung, sesaat Aris menghisap dadaku yang dipegangnya, lalu ia mengecup dan menikmati bibir lembutku. Tanpa menunggu waktu, jari-jarinya pun masuk ke lubang memekku. saya tak berkutik, entah cepat sekali diri ini bergetar lemas. Jari-jarinya keluar-masuk dengan leluasa.
Tak puas dengan jemarinya, ia segera memasukkan miliknya ke tubuhku. Ah, saya tak sanggup menolak, saya diapit dua lelaki dengan penuh nafsu dan birahi. Mereka pun bergiliran kembali, tubuhku dinikmati sambil berdiri.
Kemudian Heri bergantian dengan Aris. Kemudian mereka bergantian lagi. Entah mengapa, karena tak sanggup menahan birahi, Heri yang bergantian dengan Aris berusaha memasuki lubang anusku. Awalnya kurasakan sesuatu yang aneh, kukira sakit.
Awalnya miliknya tak dapat masuk, tetapi karena usaha yang gigih dan dengan berbagai cara, akhirnya anusku dapat dimasukinya. anganku.com Keluar-masuklah milik mereka bersamaan di semua lubangku. Sesaat beberapa lama suaraku agak merintih pelan, dan akhirya mendesah kuat. saya tak dapat berkutik, saya tak mengerti harus berbuat apa, mereka terus mendekap dan menikmati tubuhku. Entah mengapa saya merasakan kenikmatan dan puncaknya.
Akhirnya kami selesai mandi. Tubuh ini segar tersiram air dan lemas terpakai secara bergiliran. Sehabis mandi pun saya dan Nia tak dapat mengenakan pakaian, mereka terus menggerayangi tubuh kami tanpa ada rasa puas.
Terkadang saya dan Nia meminta baju kami, tetapi jawab mereka, “Tubuh kami yang menjadi baju kalian..”
Ternyata kata-kata mereka pun benar-benar mereka lakukan. Merekalah yang menjadi baju kami. Terkadang mereka memuji saya dan Nia. saya dan Nia agak canggung, karena baru kali ini kami tak mengenakan pakaian sehelai pun dihadapan banyak lelaki. Mereka tampaknya berusaha supaya kami seperti ini, agar mereka dapat terus-menerus menikmati indahnya tubuh kami.
Akhirnya siang pun tiba, awalnya saya dan Nia dicumbu secara berpasangan. saya tak dapat menolaknya, saya mulai menyukai nikmatnya berhubungan. Setelah beberapa lama, saya mulai dicumbu dua orang, saat itu saya melihat milik Heri.
Saya penasaran, karena saya mulai menyukai yang berbentuk itu. saya ingin mengetahui seperti apa nikmatnya, apakah yang dirasakan Nia dan yang akan kurasakan dengan mulut ini. Akhirnya tubuh ini mulai dinikmati milik mereka, saya tambah penasaran, akhirnya kudekap milik Heri yang belum menikmati tubuhku.
Miliknya kudekap dengan jemariku dan kumasukkan ke dalam mulutku, kurasakan bentuknya di dalam mulutku. Kulakukan seperti yang pernah Nia lakukan. Kurasakan nikmatnya, dan entah mengapa saya mulai menyukainya. Lama-lama kurasakan agak asin, tetapi malah kusuka dan menambah gairahku, beberapa lama kurasakan tumpahan di dalam mulutku.
Saya berpikir, “Tampaknya saya tambah menyukainya..” lalu kutelan, rasanya seperti menelan telor penyu, tetapi ini benar-benar kunikmati. Birahiku memuncak. Akhirnya mereka menggilirku dan Nia secara bergantian, sehingga kami semua sudah saling bersentuhan, tiada satu pun yang tersisa.
Akhirnya kami selesai dengan liburan akhir minggu, dan lalu kami bergegas ke tempat asal. Di jalan pun kami masih tetap bersentuhan. Tampaknya birahi kami terus menguat. Setelah kejadian itu, mereka tampaknya tak mau lepas dari saya dan Nia.
Mereka mengisyaratkan rasa tanggung jawab kepada kami atas apa yang telah terjadi, dan mereka berusaha mendapatkan kami seutuhnya. saya dan Nia pun berhubungan terus dengan mereka tanpa ada rasa menyesal.
Sempat saya pernah terlambat bulan, dan mereka mau menikahiku, tetapi rasanya saya tak mau di usia sekarang ini. Akhirnya salah satu diantara mereka, yaitu Aris dapat membuatku datang bulan. Ia mengundangku ke rumahnya, dan ia memberikan alat test untuk kucoba, dan ternyata saya positif. Tetapi ia membuat semua ini seakan-akan tenang-tenang saja.
Lalu ia memberikan obat untukku, yang katanya dapat membuatku dalam waktu beberapa jam menstruasi. Tetapi sebelum kupakai obat itu, ia meminta ijin kepadaku untuk mengecup bibirku. Awalnya kutolak, tetapi akhirnya karena tak enak dengan kebaikannya, akhirnya kubersedia, dan kuberikan sebagai ucapan terima kasihku. Akhirnya ia senang dan mulai melahap bibirku, entah mengapa bibir dan lidah kami jadi berperang, birahi kami pun bersaing memuncak.
Adegan demi adegan berlanjut, sehelai demi sehelai kain pun tertanggal dari tubuh ini. Akhirnya tubuh kami menyatu penuh dengan birahi. Tampaknya ia tak ada puas-puasnya untuk merasakan tubuhku, serasa hanya ini kesempatannya. Karena usia kami masih muda dan kondisi kami sangat fit, akhirnya ronde demi ronde pun terjadi.
Semburan demi semburan kurasakan di dalam tubuhku. Tetesan demi tetesan yang keluar dari miliknya juga tertelan mulut ini, sampai tak dapat dikeluarkannya lagi, dan kami berdua jatuh TKO. Setelah itu kupakai obat pemberiannya dan beberapa waktu kemudian rasa yang kualami setiap bulan kurasakan kembali.
Hari-hariku terus berjalan, persahabatanku dengan Nia berlanjut dan jiwa kami masih muda, kami ingin banyak mengenal sesuatu yang baru. Kami sering mendapat kenalan baru dan kami saling berbagi, dan juga bertukar pasangan. Pengalaman dan pengetahuan kami terus bertambah. Setiap lelaki yang tidur denganku dan Nia tak mau lepas.
Mereka berusaha mempunyai kami. Tubuh dan wajah yang indah dan kemampuan kami di atas ranjang benar-benar membuat mereka ketagihan. Hubungan sex kami sangat aktif, hampir setiap hari kami bergiliran dengan setiap pacar kami. Rasanya makin diasah, gairah kami makin tajam, sampai-sampai tak dapat dibendung lagi.
Beberapa kali kami berkerkenalan dengan pria yang hampir setua orangtua kami, saya dan Nia bertahap mulai dekat dengan mereka. Mereka baik, lembut dan pengertian, selalu mau mengerti perasaan kami. Disuatu hari, Om Edo mengajak kami jalan-jalan, kami senang dan dapat bergembira dengan puas. Keesokan harinya, saya diajak Om Edo jalan-jalan ke Lembang.
Di sana kami jalan-jalan ke beberapa objek wisata terdekat. Udara pun kurasakan dingin, gerimis membasahi bumi, saya tak kuat menahan rasa dingin. Rasanya saya perlu penghangat untuk menghangati tubuh ini. Beberapa kali kupegangi telapak tangan Om Edo untuk merasakan hangat. Beberapa lama Om Edo akhirnya mengerti keadaanku, ia merangkulku untuk membagi kehangatan tubuhnya.
Sampai di suatu tempat yang tenang, di sana hanya ada kami serta tumbuh-tumbuhan saja. Awalnya kami duduk di antara pepohonan. Om Edo berada di samping sambil merangkulku. saya menyukai hangat tubuhnya.
Tampaknya cara duduk kami mengganggu, akhirnya kupindahkan tubuh ini ke depan Om Edo. saya duduk di depan tubuhnya, dan kurasakan kehangatan di belakang tubuhku. Ia memelukku dari belakang. Salah satu tangannya kuajak ke atas pahaku dan lalu kuelus-elus. Tangan Om Edo memeluk pinggangku.
Perutku dielus dengan pelan, tampaknya ia menikmati sentuhan tanganku, begitu juga denganku. Tampaknya kami berdua mulai merasakan sesuatu yang menghangat. Tangan Om Edo tak mau kalah dengan tanganku, ia mengelus-elus pahaku, ah lembutnya yang kurasakan.
Tahap demi tahap tangannya mengarah ke lubangku, saya menikmatinya. Nafsu kami pun meningkat, Om Edo mencium dan menikmati telingaku, ah beku tubuh ini rasanya. Perlahan ia mencium pipi dan leherku dengan lembut, lalu perlahan ke arah bibirku. Akhirnya kami berciuman, alangkah lembutnya Om Edo yang kurasakan.
Perlahan kulepas kecupannya, lalu kudekati telinganya, dan kubisikkan, “Yang lembut ya Om..!”
Om pun menunjukkan kemampuaanya, ia membuai jiwa, batin dan tubuhku, serasa melayang diri ini. Kupasrahkan tubuh ini untuk Om Edo, dan kami pun sama-sama menikmatinya.
Bibir Om Edo mengecup bibirku kembali, tangan kirinya mengelus-elus celana tengahku dengan lembut. Perlahan telapak tangan kanannya yang memeluk perutku kuarahkan ke dadaku, kurasakan lembutnya sentuhan tangannya. Tangannya segera melakukan tugasnya dan kunikmati sentuhan lembutnya. Perlahan kancing dan resteling jeans-ku dibuka Om edo.
Tangan kirinya menyusup ke dalam celanaku. Rupanya lubangku sudah terangsang dan basah. Tanpa basa-basi, Om Edo menggosok daerah sensitifku, tanganya tak terburu-buru masuk ke memekku. Perlahan tangan kanannya meraih kaitan bra-ku dan melepasnya perlahan. Tangan kanannya menyusup dan mengelus pundakku, lalu perlahan ke depan, ke dadaku.
Sesaat beberapa lama kemudian, ia mengangkat kaos dan bra-ku, sehingga mahkotaku terlihat jelas. Bibirnya perlahan berjalan, dari bibir, dagu, leher, pundak dan akhirya putingku masuk ke dalam mulutnya yang lembut. Dada, perut dan daguku reflek terangkat. Perlahan tanpa kusadari tanganku melepas kaos dan bra-ku, celana jeans-ku pun agak kuturunkan sedengkul, dan akhirnya kulepas semuanya dan kami buat menjadi alas.
Secara perlahan jari Om Edo masuk ke lubang memekku, ah daguku terangkat tinggi. Kedua tempat itu, yaitu dada dan memekku disentuh Om Edo. Perlahan jari Om Edo keluar-masuk di lubang memekku, awalnya saya tak kuat menahan nikmatnya sampai saya tegang dan menahan nafas. saya melayang jauh dan tak sanggup bergerak, yang bisa hanya pasrah menikmatinya.
Sesaat kurasakan rangsangan yang kuat, dan kukeluarkan desahan yang tak sanggup kutahan. Tampaknya Om Edo mengerti. Tanpa kusadari bajuku menjadi alas dan Om Edo perlahan memeluk tubuhku dari depan. Dengan rasa pasrah dan penuh dengan kenikmatan, kudekap tubuh Om Edo.
Perlahan kurasakan ada sesuatu yang keras dan menonjol di dekat bawah perutku, lalu perlahan masuk ke memekku, daguku terangkat dan suaraku tak sanggup kutahan. Desahan demi desahan suaraku yang tegang pun mengeras, sampai akhirnya kami merasakan puncak dari semua itu. Akhirnya dari sana kami berangkat menuju ke tempat Om Edo di daerah sana. Karena kami belum puas, kami pun melakukannya kembali di tempat Om Edo.
Setelah semuanya terjadi, suatu saat Om Edo mengajakku menikah. Maklumlah, ia ditinggal istri-istrinya (istri yang lalu) yang sudah tiada, dan ia tak mempunyai anak. Ia mengatakan butuh aku, tetapi kutolak, dan saya janji tetap membantu sesuatu yang kurang padanya, maaf jawabku, begitu juga dengan Om Edo, ia berkata sama.
Mulai dari situ saya menyukai Om-Om, karena mereka mempunyai cara berpikir dan emosi yang sudah matang. Pernah suatu saat kukatakan pada Om Edo jika saya pernah hamil, dan untunglah tak terjadi, lalu kuungkapkan saya tak mau hamil di usia ini. Lalu Om Edo mengenalkanku dengan alat-alt KB, lalu kucoba dan ternyata saya memilih spiral, karena lebih aman.
Lalu kutawarkan Nia untuk memakainya, dan ia menyetujuinya. Akhirnya saat kami datang bulan, Om Edo mengajakku dan Nia ke dokter kenalannya, lalu kami dipasangkan spiral.
Akhirnya kami merasa tenang dalam setiap berhubungan. Tak ada rasa was-was, yang ada hanya kepuasan. Setiap semburan dari penis dapat kami rasakan dan nikmati di dalam permainan. saya melakukannya bukan hanya dengan Om Edo, tetapi juga dengan Om yang lainnya, tapi hanya Om Edo yang terbaik. Suatu hari Om Edo ulang tahun, saya bingung harus memberi hadiah apa, ia sangat baik.
Sesampainya di rumahnya kami, (aku dan Nia) hanya merayakannya bertiga, dia, saya dan teman baikku Nia. Akhirnya kami jalan-jalan. Dan akhirnya sampai kami kembali ke rumahnya, saya bingung karena tak ada hadiah. Terlintas saya ada ide, pastilah kami suka.
Lalu saya bertanya pada Nia, “Kamu mau nggak ama Om Edo..?”
Nia menjawab, “Terserah kamu, boleh aja..!”
Lalu saya mengajak Nia dan Om Edo ke kamar, di sana saya memancing Om Edo. Akhirnya ia terpancing, dan kami bermain bertiga. Karena hebatnya Om Edo, nafsu kami (aku dan Nia) menjadi tinggi. Ia mencumbu kami secara bergiliran. Karena saya dan Nia tak kuat menahan nafsu, jika ada kesempatan, milik Om Edo kami nikmati, dan seterusnya kami bermain sampai puncak.
Tampaknya Om Edo sangat berterima kasih kepada kami, terutama kepadaku. Segala sesuatu yang kami khayalkan selalu dijadikan kenyataan oleh Om Edo. Waktu saya di kelas akhir sekolahku, saya dan Nia sudah sering berganti-ganti pacar (cowok), tetapi tak semuanya dapat merasakan tubuh kami, karena kami tak memberinya sembarangan.
Kebetulan saya dan Nia adalah teman sekelas, ya jadi kami sering bertemu. Saat itu kebetulan saya dan Nia mempunyai pacar yang sekelas, ya kami jadi sering berjalan bersama. Hubungan kami sudah tak ada batas lagi, kami sering berkumpul di rumah kami secara bergantian. Tentu saja jalinan hubungan kami sangat dalam, sampai ke dalam tubuh kami.
Hubungan kami tak hanya di luar sekolah, di dalam sekolah pun hubungan kami dengan pasangan kami sangat aktif. Setiap keadaan yang memungkinkan, dan bila hasrat kami muncul, kami pun melakukannya.
Maklum, pakaianku sangat memungkinkan, sesaat kuangkat rokku tinggi, kulepas sedikit CD-ku, maka milik pasangan kami dapat masuk dengan leluasa, tentu saja dengan gaya tertentu. Terkadang di kelas, di wc sekolah, atau tempat lainnya yang aman, kami terus melakukannya. Tentu kami harus bergiliran berjaga-jaga, supaya tetap aman. Tetapi saya dan Nia masih berhubungan dengan teman pria kami yang dulu, serasa diri kami rakus.
Akhirnya kami lulus dengan nilai yang cukup baik, dan kami mengadakan perpisahan sekolah. Aku, Nia dan kekasih kami pergi perpisahan bersama, kami berpasangan, dan tentu saja di sana kami mencari kesempatan untuk mencurahkan birahi kami.
Tetapi rasanya perpisahan bukan hanya untuk kawan-kawan sekolah, tetapi juga kami (aku dan Nia) putuskan untuk kekasih sekelas kami. Awalnya mereka tak menerima dan menolak, tetapi akhirnya mereka tak dapat menolak, karena keputusan kami bulat, dan kami jelaskan bahwa kami masih bisa akrab seterusnya.
Liburan panjang pun kami rasakan, tampaknya Aris dan Heri akrab lagi kepada kami, dan kami berjalan bersama. saya dan Nia diajak berlibur bersama mereka, dan kami pun bersenang-senang bersama. Seusai berlibur dengan mereka, Om Edo pun memberi hadiah kepadaku dan Nia berlibur ke Bali, dan kami merasakan kegembiraan bersama.
Akhirnya kami kuliah, dan tempat kuliah kami di pinggiran kota Jakarta. Di sana kami dibelikan rumah oleh Om Edo sebagai tempat tinggal kami untuk kuliah. Kami memberikan alasan ke keluarga bahwa tempat itu adalah tempat yang murah dan baik buat kami. Akhirnya saya dan Nia tinggal di sana, dan kami berhubungan akrab dengan Aris dan Heri, tetapi mereka tak mengetahui bahwa kami berhubungan dengan Om Edo yang kami katakan sebagai pemilik kost.
Awal kuliah kami masih berganti-ganti pacar dan kawan. Mereka sering menginap, begitu juga saya dan Nia. Akhirnya, di akhir semester, saya dan Nia mulai serius dengan Aris dan Heri. Sering Om Edo, Aris dan Heri bergantian bermalam, tetapi Aris dan Heri tak mengetaui hubungan ini, kecuali Om Edo.
Akhirnya kami lulus kuliah, dan kami mulai mengurangi aktivitas hubungan intim kami kepada Om Edo, dan ia mengerti keputusan ini. Sampai akhirnya kami (Om Edo, saya dan Nia) dapat jodoh, sampai pada saatnya Aris dan Heri mempunyai kami, akhirnya janur kuning menyelimuti salah satu jari kami.
Aku, Nia, Aris dan Heri terus berhubungan sampai dengan hubungan yang tak akan pernah lepas. Kami sering ke luar kota bersama, di sana kami berpasangan. Terkadang kami jenuh berhubungan dengan suami, tetapi kami tetap berpasangan, pasanganku adalah suami Nia dan suamiku berpasangan dengan Nia.
Kami melakukannya untuk mendapat gairah dan mempererat hubungan kami. Kami terus menikmati ini sampai di atas rajang, dan tanpa ada rasa cemburu serta iri, kami terus berbagi. Mereka bangga mempunyai kami, tak jarang setiap bersama, tubuhku dan Nia ditelanjangi dan terus dinikmati suami kami secara bergantian. Terkadang saya dan Nia serta Om Edo masih berhubungan jauh, terkadang sebulan sekali atau lebih kami melakukannya tanpa diketahui pasangan kami
The post Menahan Hasrat Sex appeared first on CeritaSeksBergambar.