Saat Cinta Bersemi | Sang Pakar

Author:

Sebelum aku memulai pengalamanku ini, aku
akan memperkenalkan diri. Panggil saja aku Clara. Aku adalah keturunan
Chinese dan berumur 21 tahun. Sekarang aku kuliah di negara Australia,
tepatnya di kota Perth yang sangat sepi dan indah.

Kisah ini
dimulai ketika aku diperkenalkan oleh teman akrab sekaligus teman
baikku dengan seorang Pemuda tampan yang berasal dari Jakarta. Sebut
saja namanya Paul. Setelah kami berkenalan, Paul, serta dan
teman-temanku mengajak pergi ke daerah pelabuhan di Perth yang dikenal
dengan nama Fremantle. Kami bersama-sama makan Fish and Chip di sana.
Paul kelihatan tertarik padaku dan secara jujur, aku juga tertarik pada
Paul tetapi aku tetap biasa saja terhadap dia. Kami bercakap-cakap
mengenai asal usul kami masing-masing sampai kami menghabiskan makanan
kami masing-masing.
Saat itu adalah malam minggu, jadi kami
merasa canggung sekali kalau cuma diisi dengan istirahat di rumah saja.
Oleh karena itu, temanku yang bernama Erlina memberikan ide untuk pergi
ke diskotik di Perth yang terkenal dengan sebutan EXCAPADE. Aku sih
setuju saja karena aku juga tidak mempunyai pekerjaan yang harus
diselesaikan dan akhirnya kami bersama-sama pergi ke EXCAPADE dan aku
tidak tahu apakah memang ini nasibku atau memang disengaja, Erlina
meninggalkanku hingga aku cuma berdua dengan Paul, dan dia pergi
berdansa dengan teman cowoknya yang bernama Albert.
Aku tidak
tahu mesti bicara apa dengan Paul dan Paul juga kelihatan bingung mau
bicara apa denganku karena kita sudah membicarakan segalanya tadi siang
dan aku melihat bahwa Paul kelihatan seperti pemalu. Tak lama kemudian,
Paul mengajakku pergi ke bawah untuk minum-minum sambil ngobrol. Kami
memesan brandy dan minum sampai kepalaku pusing karena terlalu banyak
minum. Karena aku sudah mabuk dan tidak tahan lagi, Paul membopongku
dan mengajak Albert dan Erlina pulang karena Paul kasihan melihat aku
yang sudah “teler” karena terlalu banyak minum brandy. Terus terang,
baru kali itu aku merasakan Brandy. Di dalam mobil, aku hanya tiduran
di pangkuan Paul karena aku sudah tidak kuat lagi dan aku juga tidak
mengerti mengapa Paul memelukku dengan mesranya dan terus terang saat
dia memelukku, vaginaku sudah sangat basah. Selama perjalanan, aku
hanya dapat mendengar samar-samar suara percakapan Paul, Albert dan
Erlina dan suara radio yang sedang menyala karena kepalaku berat sekali.
Akhirnya
tibalah kami di rumah Albert. Albert menyuruh Paul untuk membopongku ke
sebuah kamar yang sangat privacy. Sebenarnya kamar itu biasa dipakai
untuk orang tua Albert jika mereka datang mengunjungi anaknya di Perth,
tapi saat itu Albert menyuruh Paul untuk menemaniku di kamar yang
biasanya dipakai oleh orang tuanya. photomemek.com Paul membopongku masuk ke kamar itu
dan Paul mengambil kain basah untuk membantuku sadar dari rasa pusing
yang teramat berat. Paul kemudian mengusap-usap wajahku dan mencium
bibirku sambil mengucapkan bahwa dia sebenarnya suka padaku tetapi dia
mencium bibirku dengan malu-malu.
Setelah beberapa jam kemudian,
aku sadar karena dia memberiku air dingin di kepalaku. Kebetulan saat
itu sedang musim dingin dan aku merasakan kedinginan yang amat sangat.
Kemudian aku meminta Paul untuk memelukku. Paul mendekatiku dan
memelukku dengan mesranya dan di saat dia memelukku, aku mencium
bibirnya dan mengulum lidahnya. Saat itu juga, Paul mulai memainkan
tangannya di dadaku dan memilin puting di dadaku yang masih tertutup
baju dan BH hitam, hal ini membuatku menjadi basah sekali. Secara
refleks, aku hanya mendesah kecil tapi aku yakin Paul mendengar
desahanku karena jarak telinganya dan muluku sangat dekat.
Paul
membukakan baju yang sedang kupakai dan dia juga membuka baju dan
celananya. Sekarang kami dalam keadan telanjang dan kembali Paul
mengulum lidahku di dalam mulutnya dan mulutnya sudah menguasai
tubuhku. Lidahnya menyapu seluruh badanku dan membuatku menjadi
kegelian bercampur kenikmatan karena aku belum pernah merasakan
kenikmatan seperti ini sebelumnya. Dengan mesranya, Paul membuka
selangkanganku dan menjilati vaginaku serta memainkan lidahnya di
klitorisku yang membuat aku menjadi mendesah-desah tidak keruan sambil
tanganku mengelus-elus rambutnya yang pendek. Aku menekan kepalanya
supaya aku bisa mendapatkan kenikmatan maksimum.
Selang 15 menit
kemudian, aku merasakan kenikmatan yang luar biasa dan seperti ada
sesuatu yang mendesak untuk keluar dari dalam tubuhku dan aku tidak
kuat lagi menahannya dan dengan getaran hebat, aku menjepit kepala Paul
yang sedang menjilati vaginaku dan aku merasakan kenikmatan saat aku
mengeluarkan cairan kewanitaan dan aku menyadari kalau aku sudah
mencapai klimaks.
Paul tersenyum dan menanyakan apakah aku puas
dengan permainannya. Aku mengatakan bahwa aku puas dengan jilatan
“maut”-nya. Akhirnya, dia memberitahu bahwa dia akan menunjukkan
sesuatu yang lebih enak lagi. Setelah dia menyarungkan penisnya yang
sudah berdiri dengan kondom, dengan pelan-pelan dia memasukkan penisnya
yang lumayan panjang ke dalam vaginaku. Ketika dia memasukkan penisnya,
aku merasakan sakit dan membuatku berteriak kecil karena aku takut
kedengaran oleh teman kami yang berada di sebelah. “Owww, Paulll..,
Sakittt..”, teriakku dengan manja. Paul hanya membalas teriakanku
dengan kuluman bibir sambil membiarkan penisnya yang masih menancap di
dalam vaginaku. Setelah aku dapat menguasai keadaan, Paul mulai
memainkan penisnya dengan memaju mundurkan tubuhnya dan aksi ini
membuatku mulai mendesah-desah karena aku mulai merasakan kenikmatan
bercinta. Vaginaku menjadi sangat basah dan basah. Sambil masih terus
memajumundurkan tubuhnya, Paul memainkan tangannya dan memilin puting
susuku sehingga aku merasakan kegelian bercampur kenikmatan.
Setelah
20 menit berlalu, terlihat Paul masih unggul sementara aku semakin
terangsang. Setelah dia melepaskan penisnya dalam genggaman vaginaku,
dia berdiri dan menyuruhku untuk berdiri. Kemudian Paul secara refleks
menggendongku, sehingga aku secara refleks menyilangkan kakiku di
punggung Paul dan penis Paul berhasil masuk kembali ke vaginaku. Terus
terang aku juga bingung kenapa itu bisa terjadi, tetapi masa bodoh
karena aku merasakan kenikmatan dunia. Ku menggoyang-goyangkan badanku
ke depan dan ke belakang sambil mendesah-desah.
Selang 20 menit
kami saling memaju-mundurkan badan kami, aku ingin mengeluarkan cairan
kewanitaanku dan aku juga tahu dari mimik wajah Paul bahwa dia juga
akan klimaks. Akhirnya kami sama-sama berteriak, “Paulll.., gueee..,
dapattt..”, dan Paul juga teriak sambil masih terus menggoyangkan
badannya. “Claraaa.., enakkk.., bangettt..”.
Akhirnya setelah
kami mencapai kenikmatan itu, aku merasa lemas sekali begitu pula
dengan Paul. Setelah itu, Paul melepaskan penisnya dari dalam vaginaku
dan membuka kondom yang menutupi penisnya. Setelah dia membuang kondom
itu ke tempat sampah di dekat pintu, dia berbaring sambil memelukku dan
mencium keningku sambil mengucapkan, “I Love You”. Aku membalasnya
dengan ciuman di bibir karena aku sangat mencintainya. Setelah kami
berciuman, aku minta izin untuk pergi ke kamar mandi untuk membersihkan
darah perawanku yang masih menetes dari dalam vaginaku. Tentu saja,
besoknya aku ngomong ke temanku Albert supaya mengganti bed cover yang
penuh dengan darah perawanku dan temanku cuma tersenyum genit kepada
kami berdua.,,,,,,,,,,,,,,,,,,

TAMAT