Cerita Dewasa Terbaru – cerita seks indonesia ini adalah cerita bokep yang terjadi pada seseorang. Surya adalah anak tunggal bu Wiwiek. Sejak kelas 1 SMA dia dipindahkan oleh ayahnya ke tempat neneknya bersekolah. Perkenalhain antara Wiwiek dengan suaminya tak terelakkan, setelah menurut suami Wiwiek dia berselingkuh. Perselingkuhan itu memang benar terjadi, tapi hanya lapioran orang, karena Wiwiek jugapintar menjaga rahasia. Setelah sekian tahun berpisah dan kemudian suami Wiwiek sudah berobat kemana-mana dan kontolnya diangap bisa berfungsi, akhirnya mereka rujuk kembali.
Saat itu pun Surya sudah lulusSMA dan dia ditarik kembali ke rumah mereka. Pada saat itu suami WIwiek berada di kota dan sekali seminggu pulang ke kebun teh seluas 20 hektar milik mereka. Wieik sengaja di tempatkan di sana, agar tidak berselingkuh. Mereka hanya berhubungan suami isteri sekali dalam seminggu, itu pun kalau suami Wiwiek tidak sedang sibuk.
Surya langsung ke villa di kebun teh, atas surahan ayahnya, agar dapat istirahat barang seminggu, menunggu pendaftaran di perguruan tinggi ternama. Surya tiba di villa kebun teh dan menekan bell. Villa itu sepi sekali. Surya sudah kedinginan. Bayangkan biasanya di Semarang, lalu piondah ke kebun teh yang sangat dingin di sore hari. Angin berhembus dari segala penjuru ke villa yang tempatnya di ketinggian. Betapa senangnya Wiwiek melihat anaknya muncul di depan pintu. Tinggi. Tiga tahun berpisah, membuatnya sangat rindu dan Surya juga sangat rindu. Langsung Wiwiek memeluk anaknya dan emncium bibirnya. Surya terkejut sekali.
Setelah pintu dikunci dan mereka ke ruang tengah, Wiwiek langsung memeluk Surya dan menciuminya. Tangannya meraba-raba kontol Surya dari balik celananya.
“Mama…”
“Ya sayang. AKu sangat mencintaimu. Aku tak sanggup berpisah denganmu.”
Surya heran, kenapa ibunya demikian. Apakah ibunya sudah gila? Melihat tubuh ibunya yang sintal dan semakin cantik dan menggairahkan, Surya bergetar juga. Dengan cepat ibunya melepas dasternya. Cepat pula dia melepas bra dan menurunkan celana dalamnya. Wiwiek yang sudah kesetanan sudah telanjang bulat.
“Mama…?
“Kalau hanya kita berdua, aku bukan ibumu nak. Aku kekasihmu. Puasi ibu nak. Sudah lama aku menungumu. AKu tak pernah selingkuh dengan siapapun. Kini aku juga tidak berselingkuh. Tapi aku ingin bersetubuh denganmu, sayangku, cintaku…” ibunya menciuminya dan melepas satu persatu kanting baruSurya dan melepas semua yang ada. Angi terus berdesir, membawa dingin.
“Kita ke kamar sayang…” diseretnya tubuh Surya ke kamar tidurnya dan pintu dikunci rapat.
“Ayo sayang. Puasi mama Nak. Puasi mama sayang…” Ibunya memeluk dan menioumi Surya yang sudah telanjang dan terbengong seperti terkena stroom. Akhirnya Surya memberikan ciuman hangat pada ibunya. Mereka saling berpelukan.
“Oh… sayang, kontolmu sangat besar dan keras sayang. Belum pernah menusuk memek perempuan lain kan?” kata Wiwiek.
“Belum Ma..”
“Bagus, sekarang puasi ibu nak. Ibu sudah lama tidk terpuasi. Ayo sayang, ayolah…” Ditariknya Surya anaknya itu menindihnya. Disodorkannya teteknya ke mulut anaknya itu.
“Isap sayang-isap. Ayo Nak, puasi ibu nak, ayo sayang…” Surya juga sudah mulai bernafsu. Mereka melupakan diri mereak antara ibu dan anak. Mereka sepadang anak manusia yang benar-benar sedang saling membuituhkan.
Wiwiek tak mampu membendung keinginannya. Dia melakukan berbagai gerakan dari bawah dan anaknya memompanya dari atas. Pergumulan yang keras dan hangat itu membuat keduanya berpelukan rapat dalam udara dingin. Di luar angin terdengan menderu-deru.
“Ayo sayang, buntingi Mama nak. Buntingi Mama Nak, biar papamu merasa anak mu adalah anaknya. Ayo sayang…”
“Ya, Mam.. aku akan membuntingimu.”
“Terima kasih sayang… tujah sedalam-dalamnya memek mama sayang. Enak kan? Nikmat, kan? Ayo sayang…. ayo,” cerocos Wiwiek pada anaknya. anganku.com Keduanya sudah tak perduli. Malam sekitar pukul 19.00, pak Amat dan Pak Ujang baru datang menjaga ruah mereka. Itu pun jauh digerbang dan satu atau setengah jam sekali, mereka baru ronda mengelilingi rumah. Sebenarnya di kawasan ityu tak ada maling. Tapi sebagaisebuah rumah besar dan milik bosa harusdijaga, agar kesannya kelihatan lebih elite.
“Habisi mama sayang,” teriak Wiwiek. Surya terus menggenjo tubuh ibunya dengan kerakusannya. Suara bunyi air berceipak di dalam memek Wiwiek terdengar sebagai irama musik yang indah. Bibir mereka saling berpagut, lidah mereka saling berkait. Desir angin yang kuat menyelusupdari kisi-kisi jendela membuat mereka dingin. Merekamenutupi tubuh mereka pakai selimut tebal sampai ke leher. Selimut ituseperti bergelombang.
“Kamu ingin punya anak, kan sayang…” kata Wiwiek sembari terus mengguyang pantatnya dari bawah.
“Ingin, Ma. Aku ingin punya anak.”
“Nanti kamu harusm enyayanginya ya. Jaga diabaik-baik dan sekolahkan setingi-tingginya.”
“Ya. Mam.”
“Nah… buntingi mama sayang,.Semprotkan spermamu sebanyak-banyaknyake dalam memek mama sayang. Kontolmu besar dan enak sekali. Ayo Nak,” Wiwiek terus menyerocos seperti orang kesurupan. Surya anaknya pun terus memeompa.
“Ma, apa nanti tidak ketahuan?”
“Tidak sayang. Kita jaga rahasia. Ayosayang, buntingi Mama sayang. Mama mau punya anak darimu, bukan dari Papamu sibajingan itu. Ayo sayang, tujah memek mama sepuasmu,” kata Wiwiek mendesah-desah. Sesekali dijilatinya leher anaknya, sesekali digigitnya bahu anaknya itu.
“Ma… aku sudah mau keluar Ma…”
“Ya sayang, mama juga sudah mau keluar. Ayolah, kita sama -sama dan keluarkan yang banyak sayang…”
“Ya Mam… ini dia,” Surya memeluk mamanyasekuat tenaganya dan tubuhnya kejang. Wiwiek memeluk anaknya dengan kuat dari bawah dan berteriak sekuat tenaganya memenuhikamarnya.
“Buntingi mama sayaaaaaannnngggg…”
“Ya Ma. Mama harusBunting…” Bisik Surya. Merekabepelukan dengan kuat dan saling mendesahkan nafasnya dengan kuat.
“Terima kasih sayang… terima kasih. Doakan mama bunting dan anakmu akan lahir semibilan bula kemudian,” kata Wiwiek.
Sejaksat itu, jika hanyamerekaberduadi Villa, keduanyabukan seperti ibu dan anak, melainkan sebagai sepadang kekasih. Setiap hari mereka berpelukan, berciuman, bermesraan dan saling membelai. Setiap sabtu, suami Wiwiek pulang ke villa. Mereka pastimelakukan persetubuhan. Ya.. hanya sekali dealam seminggu. Biasanya Wiwiek akan selalu dingin, walau nafas suaminya sudah ngos-ngosan. Sabtupagi, biasanya suaminya pulang ke kota dan Surya berangpat senin pagi, karean dia pada senin kuliah siang. Saat itu, mereka lakukan dengan penuh kemesraan dan penuh kenikmatan.
“Sayang… rabalah perut Mama syang. Bayimu sudah ada didalam. Sudah tiga minggu menurut dokter,” kata Wiwiek senang. Surya senang sekali. Bayinya sudah tumbuh dalam rahim ibunya.
“Bayi ini, hasil kontolmu sayang,” kata Wiwiek.
“Ya Ma. Mama harusmenjaga anakku dengan baik,” kata Suryua.
“Anak kita sayang. Anak kita berdua. Ingat itu. Dan ini rahasia kita.”
“Ya Ma.”
“Kamu mau punya anak berapa dari mama sayang?”
“Dua Ma. Bila aku sudah tmat kuliah, mereka sudah masuk TK dan play grup. Saat aku belum berusia 40 tahun, mereka sudah sarjana, Ma.”
“Ya sayang. Tapi Mama mau dientitilagi sayang. Puasi mama sayang.Mama tak pernah puas akan kontolmu sayang.”
“Ya, Ma. Kontolku akan memuaskan Mama”
Merekabergumuldan saling memeluk, memeblai, menjilat dan memberikan yang terbaik pada lawannya. Keduanyapuas dan sangat menikmati hari-harimereka. Papa Suryajuga senang, karean sebentar lagi, diamengira anaknya akan lahir. Setiap kali dia mengelus perut Wiwiek, Wiwiek tersenyum dan dari beberapa meter, Surya mencibirkan bibirnya. Wieik melihat itu.
Dua tahu kemudian, Wiwiek bunting lagi. Surya senang bukan main. Tapi kali ini, ini diapunya rencana. Diamembubuhi beberapatetes racun ke dalam gelas papanya. Itu disaksikan oleh Wiwiek dan Wiwiek tersenyum. Setiap pulang ke Villa, Papanya ditetesi dua tiga tetes ke gelas minumnya. Terkadang bahkan dua sampai tiga akli.
Saat kandungan Wiwiek sudah tujuh bulan, Suami Wiwiek terjatuh di kantornya dan harus dibawa ke rumahsakit. Tiga hari di rumahsakit, suaminya mati.
“Ma… suami mu swudah mati,” kataSurya melaluio telepon saat menyetormobilnyamenuju Jakarta.
“Hahahaha… baguslah. Kamu urus kuburannya. Malam ini Mama ke Jakarta,” kata Wiwiek. Wiwiek menangis sejadi-jadinya di hadapan jenazah suaminy. Semua orang terharu. Semuanyamengucapkan rasa belasungkawa. Esoknya jenazah suaminya di makamkan. Malam itu juga mereka pulang ke villa, karean dia akan tahlilbersama para karyawan di villa. Semua orang dapat mahfum.
Setiap malam seusai tahlil, Surya dan Wieiek tidur sekaramar dan berpelukan dengan mesra.
“Semua orang tau, Mama sudh bunting sayang. Sekarang tak ada lagi yang menghalangi kita. Kita bebas,” kara Wiwiek. Surya tersenyum.
“Kalau bayi ini sudah lahir, rahim mama harus ditutup agar takbunting lagi,” kata Surya.
“Ok sayang. Mama juga berpikiran seperti itu.”
MALAM PENGANTIN
Terlebih mohon maaf kalau kisah ini membosankan tapi inilah drama yang akhirnya telah menukarkan pola hidupku sehingga kini. Namaku Haz**** dah berumahtangga dan aku bahagia dengan kehidupanku sekarang walaupun tidak sepenuhnya bagai yang pernah aku impikan sewatu zaman remajaku dulu. Aku pasrah tidak ada seorangpun yang dapat mengatasi takdir kerana ketentuan adalah milikNYA jua. Aku tergolong dalam profesion yang agak berpengaruh juga di negara kita ini dan punya cukup segalanya untuk bersyukur dengan kehidupan yang aku alami kini. Suamiku seorang yang sangat penyayang terhadap diriku serta anak-anak kami yang dah mula bersusun, mungkin kerana sifatnya sebagai seorang pendidik yang berjiwa halus serta cukup memahami kehendak orang lain malah selama kami berkahwin belum sekalipun ia meninggikan suaranya terhadapku tetapi apa yang salah ditegurnya dengan cukup berhemah. Aku terkadang menangis kerana cukup malu bila berdepan dengannya berbanding dengan diriku yang lebih kumal dan selekeh (dalam kerja-kerja mengurus rumahtangga).
Perkahwinan kami bukanlah atas dasar cinta atau pandang pertama tetapi lebih kepada pertemuan jodoh yang diaturkan oleh pihak keluarga. Sungguhpun semasa aku di kolej (la ni dah jadi universiti) dulu aku mempunyai seorang kekasih (masih di tahap intermediate – belum sampai tenggek menenggek) dan menurut katanya ia juga mempunyai kekasih hati (belajar di U yang berlainan). Sedang aku hanyut berkasih sayang tiba-tiba sahaja aku dikejutkan dengan berita ada orang masuk meminang mulanya aku menyangkakan kekasihku yang meminang tetapi bila aku check semula rupanya orang lain yang aku tak kenal langsung. Aku memberontak tak mahu menerima pinangan berkenaan dengan berhujah menentangnya daripada orangtuaku. Mereka juga sebenarnya lebih merestui hubunganku dengan kekasihku itu tetapi mereka tergamam dan tak dapat untuk berbuat apa-apa sebab pinangan itu datangnya daripada seorang yang sangat-sangat disegani serta dihormati dalam kampung kami. Aku membuat keputusan untuk bertemu dengan pihak berkenaan untuk menjelaskan kedudukan sebenarnya diriku.
Akhirmya aku ditemukan dengan sipeminang (bukan suamiku tetapi datuk dan neneknya), berderau darahku bila melihat pasangan tua berkenaan kerana selama inipun aku sangat menghormati serta memuliakan mereka malah setiap kali cuti panjang aku sering ke rumah mereka untuk belajar pelbagai perkara termasuk masak memasak serta hal-hal agama. Hatiku cair bila mendengarkan suara datuk yang begitu lembut meminta aku menerima pinangannya, tunang saja bukan apa-apa lagi kalau ditakdirkan tak jadi tak apalah kami tak marah pada Haz katanya lagi. Masih ada harapan kata hatiku, baiklah cuma tunang sahaja sebab diri ini belum memikirkan soal kahwin masih nak belajar lagi, eyalah kami akur dengan pintaan Haz tambah mereka lagi.
Sebenarnya keluargaku serba salah kalau menolak pinangan mereka ini sebab apa kata orang kampung nanti sebab kalau orang lain kecik tapak tangan mesti nyiru yang ditadahkan memandangkan status serta nama baik famili mereka yang terkenal selama ini. Mereka menunjukkan sekeping gambar seorang jejaka yang dari potretnya memang cukup handsome sebab mereka ini ada kacukan darah Parsi menurut apa yang aku ketahui tapi saya tak tahupun datuk ada lagi anak yang masih bujang aku mencelah; bukan anak tetapi cucu kami yang sesekali saja datang menjenguk sebab tinggal dengan ibu bapanya jauh di perantauan apa yang aku tahu ia kini bertugas sebagai seorang pendidik. Patutlah aku tak kenal sebab bukan besar di kampung kami. Malam itu tersarunglah cincin intan berbatu lima di jari manisku tanda ikatan pertunangan telah terjalin dan pinangan telah diterima dengan rasminya. Apa yang jelas soal hari langsung tidak boleh dibangkitkan sama sekali itu adalah hak aku untuk menentukannya.
Aku kembali ke kolej dengan hati yang gusar apatah lagi bila kekasihku melihat cincin intan di jari manisku habis bungkam hatinya, aku sebak lalu mencabut cincin berkenaan dan membuangnya tetapi kekasihku mengambil semula serta menyarungkan kembali di jariku. photomemek.com Jangan bertindak keterlaluan kelak memalukan famili sendiri katanya bukankah masih ada hari esok buat kita katanya memujuk sambil meramas-ramas tanganku. Masa terus berlalu dan aku dahpun menamatkan pengajianku di kolej serta cukup bernasib baik dapat menyambung pengajian peringkat ijazah di salah sebuah universiti begitu juga dengan kekasihku kami sama-sama diterima masuk jadi harapan untuk bersama kian menggunung.
Berbalik kepada tunangku kami tak pernah bersua atau bertegur sapa dan selalu mengelakkan diri daripada bertemu, setiap kali dia ada di kampung aku tak akan balik, pernah sekali dia mengutus warkah kepadaku tapi ku balas dengan bahasa yang agak keras walaupun tutur bahasanya boleh mencairkan hati mana-mana perempuan yang menatap warkah berkenaan. Pengajianku di universiti akan mengambil tempoh tiga ke empat tahun jadi adakah dia sanggup menanti begitu lama hingga lebih lima tahun nanti sedangkan usia pertunangan kami telah melampaui tiga tahun. Harapanku biarlah dia yang memutuskan ikatan pertunangan dan tiada siapa yang akan menyalahkan keluargaku nanti.
Satu hari aku menerima telefon dari seorang lelaki yang mahukan aku berjumpa dengannya di dewan asrama dia sah tunangku bila masa dia datang ke KL akupun tak pasti. Aku panik peluh membasahi tubuhku tak tahu nak buat apa last-last aku meminta room mate turun berjumpa dengannya menyampaikan sekeping nota ringkas. Ia membacanya, mengucap terima kasih lantas berlalu. Apa yang ku tulis hanyalah helah untuk tidak berjumpa dengannya tetapi terpaksa juga bertemu dengannya esok hari. Room mateku melompat naik dengan liuk-lintuknya fulamak kalau itulah tunangku katanya bagi dirinya no second tought zap terus jadi dan tambahnya lagi kalau aku tak mahu boleh rekomenkan dirinya naik jeles pulak aku dia yang lebih-lebih.
Esoknya bila aku turun dia dah menanti, terpaku juga aku bila melihatnya itulah kali pertama kami bertemu pandang dia tersenyum memang handsome, kacak dan tinggi lampai orangnya. Boleh cair hati melihatnya, dia meminta aku mengikutnya dengan menaiki keretanya ada hal sikit nak diperkatakan, aku memandang room mate pohon kepastian dan terus sahaja angguk kepala tanda tiada bantahan. Aku tak dapat lari lagi lalu melangkah masuk ke tempat duduk di sebelah driver dan kereta terus berlalu membelah kota. Rupanya kami berpergian ke sebuah lagi kampus universiti di pinggir kota dan setelah mencari tempat yang agak sunyi kamipun mengambil tempat duduk. Agak lama juga untuk memecahkan kebuntuan kerana tiada seoranpun yang mahu membuka mulut last-last aku give-up sebab lagi lama lagi lambat aku balik nanti.
Aku terus bertanya perlu apa dia mahu bertemu denganku sebab mengikut syarat yang ku berikan kepada datuknya…..stop dia memotong I undersatand fully understand sebab itulah dia mahu bertemu denganku. Akhirnya aku berterus terang mengatakan yang aku dah ada pilihan hati sendiri tapi tak mampu nak tolak pinangan datuknya well indeed kita kena cari jalan keluar supaya semua orang puas hati, by the way dia sambung belajar kat universiti berkenaan sebab boring juga tunang lama-lama dan seperti aku dia juga tak mampu nak kata tidak kepada datuknya. Akhirnya kami mengambil kata putus untuk sama-sama membentangkan perkara ini kepada keluarga masing-masing dan kalau perlu kami akan bersemuka dengan mereka. Kembang rasanya hatiku bila melihat peluang untuk bersama kekasihku kini terbuka luas. Aku memberitahu familiku yang kami akan balik hujung minggu nanti dan dia juga turut menyampaikan berita itu kepada datuk dan neneknya.
Kami kembali ke kampungku bersama dan disepanjang perjalanan kami rancak berbual mengenai bidang pengajian masing-masing tanpa sedikitpun menceritakan hal pertunangan kami. Bila sahaja kereta memasukki halaman rumahku kami agak terkejut kerana orang agak ramai gaya seperti ada kenduri di rumahku mungkin juga majlis kenduri bacaan Yassin malam nanti bisik hatiku. Sebaik turun aku disambut oleh neneknya dipeluk cium dan dipimpin naik ke atas rumah, aku masih termangu-mangu tak tahu apa yang terjadi sebenarnya, tak lama ibu memanggilku serta meminta aku cepat bersiap kerana mak andam dah lama menanti takut tak sempat nanti katanya.
Aku meluru keluar lalu bertanya sapa yang nak kawin ni sambil air mataku dah merembas keluar membasahi pipiku, ibuku terkejut malah seluruh ahli keluarga tergamam ehh bukankah engkau sendiri yang mahukan begitu jawab ibuku aku membantah bila pulak aku kata begitu, itu hari tu yang beri tahu nak balik bersama dengannya? Soal ibuku semula. Aku dah naik angin lalu terus menyerang tunangku mengatakan dia cuba perangkap aku dengan cara ini habis bajunya koyak bila aku menyentapnya dengan kuat, pihak famili menyabarkan aku malah datuk dan neneknya juga turut panik. Perlahan-lahan dia mendekati diriku lalu berkata demi Allah dia tidak berbuat demikian tapi mungkin berita kita balik bersama telah disalah anggap oleh famili kita, jadilah orang terdidik terpelajar sahaja belum mencukupi tambahnya lagi.
Barulah kami ketahui rupanya berita kami balik bersama telah disambut dengan rasa gembira oleh datuk dan neneknya terus sahaja menghubungi kedua orang tuanya yang baru sampai dari perantauan pagi tadi untuk sama-sama menumpang gembira. Neneknya beranggapan kalau aku tak mahu menerima tunangku masakan aku sanggup balik ke kampung berdua dengannya sedangkan selama ini bersua mukapun aku tak hingin. Datuk dan neneknya bersyukur kerana doa mereka dimakbulkan juga dan terlanjur mereka dah tua eloklah kalau malam itu kami dinikahkan dulu sementara mencari waktu yang sesuai untuk hari langsungnya nanti. Barulah aku sedar bila aku memberitahu famili akan balik bersama tunangku telah disalahertikan oleh semua pihak kerana selama ini aku mengelak berjumpa dengannya dan akhirnya aku sendiri yang terjerat.
Aku masih membantah, sekali lagi dia menyelamatkan keadaan datang berbisik kepadaku kita ikutkan sahaja sebab tak baik membatalkan majlis yang sudah hampir bermula, dia berjanji tidak akan menyentuh aku walaupun sudah bernikah dan kalau perlu dia akan menceraikan aku jika itu yang aku mahukan. Akhirnya kami dinikahkan pada malam itu dan sekali lagi jari manisku disarungkan dengan cicncin berlian berbatu tunggal agak besar, neneknya meneteskan air mata kegembiraan.
Kami ditinggalkan berdua oleh semua orang untuk memberi peluang kepada pengantin baru tapi apa yang berlaku adalah jiwaku berperang, Qais (bukan nama sebenar but nama itu aku senonimkan dengan the world great lovers) memegang bahuku mengangkat daguku yang berjuraian dengan air mata, menyekanya dengan jari-jarinya lalu mengucup dahiku. Aku terimamu sebagai isteriku walaupun hanya untuk semalam sahaja tanpa mengujiskan walau sedikitpun perhiasan dirimu cuma pintaku izinkanlah aku mengucup bibirmu sebagai tanda kenangan yang kita pernah menjadi suami isteri katanya sayu. Aku merelakan Qais mengucup bibirku panas terasa bila sahaja dia mengucup bibirku maklumlah itu kali pertama bibirku disentuh oleh lelaki, dia mengucapkan terima kasih dan terus berlalu, malam itu dia tidur di rumah datuknya dan aku dibuai keresahan sehingga pagi.
Esoknya pihak keluarga telah memutuskan agar hari langsung di adakan seminggu selepas Aidilfitri nanti kerana mereka tak tahu apa rancangan sebenar kami. Semasa balik ke KL aku bungkam tak tahu apa nak cakap tambahan hari langsung dah tak lama lagi lepas ni puasa lepas tu raya dan….Qais berjanji akan mencari jalan keluar malah katanya dia sendiri akan membawa aku menikah nanti sebaik sahaja habis edah tapi dia meminta aku memikirkannya sambil berdoa banyak-banyak mohon petunjuk Allah. Aku menangis sepuasnya di bahu kekasihku sambil menceritakan apa yang dah terjadi yang pada mulanya dia agak sangsi tapi bila bertemu dengan Qais tak lama selepas itu barulah dia faham akan perancangan kami.
Bak kata orang kita hanya mampu merancang tetapi perancangan Allah mengatasi segalanya. Selepas itu kekasihku dah agak jarang mahu berjumpa denganku tak manis katanya sebab aku dalam apa jua keadaan adalah isteri orang terlalu bersalah rasanya berdua-duaan dengan isteri orang tanpa pengetahuan suaminya. Qais juga tidak menghubungi aku sebab he got to settle his own problem barangkali.
Akhirnya bila hampir sampai hari langsung kami, kekasihku datang membawa hadiah….inilah sahaja yang mampu aku berikan seikhlasnya kau kawinlah dengannya tak baik meyeksa banyak orang dengan percintaan kita cuma kenanglah daku sekali sekala dalam doamu mana tahu kita bisa bertemu lagi kemudian hari. Jangan sedih tapi bergembiralah….aku menangis sepuasnya sambil memeluknya aku merayu ambillah apa sahaja yang ada pada diriku aku merelakannya malah aku mahu dia memuaskan nafsunya, tebuklah aku dulu sebelum dia sambil tanganku meraba-raba kangkangnya dengan harapan kotenya mahu keras aku dah nekad malam itu.
Walaupun aku dapat merasakan kotenya mula mengeras tapi kekasihku menolak tubuhku perlahan-lahan bukan aku tak mahu dan bukan aku tak sudi, aku tak mampu menanggung dosanya nanti lebih baik aku melanggan pelacur daripada bermukah dengan isteri orang tambahnya, cuma sebelum berpisah buat kali terakhir kekasihku hanya memegang jari manisku lalu mengucupnya. Kesian dia bertahun-tahun bercinta hanya itu yang dia dapat tetapi itulah lelaki sejati sebab itu aku masih menghormatinya sehingga kini malah aku menceritakan kepada Qais perilaku kekasihku itu. Qais kata andai kata dia diberi peluang sekali lagi dia akan cepat-cepat kawin lain agar kami tidak dijodohkan dan aku dapat bersamanya.
Malam persandingan kami meriah semuanya gembira hanya aku dan Qais sahaja yang memendam rasa tapi kekasihku telah bertemu dengannya dan mohon maaf kerana tidak dapat melunaskan perancangan kami disebabkan terlalu banyak orang yang akan menderita nanti biarlah dia tanggung seorang. Setelah larut malam barulah Qais masuk ke bilik bila dilihatnya aku masih belum tidur dia memberi salam lalu ku jawab sambil mencium tangannya. Aku masih berpakaian pengantin tapi Qais dah bersalin baju lain panas katanya. Qais merapati diriku memegang bahuku, mengangkat daguku lalu mengucup bibirku, aku terus menyembam muka ke bahunya dan menangis sambil berbisik Qais aku pasrah menjadi isterimu lakukanlah kewajipanmu dan seandainya kau bosan nanti buanglah aku ke tempat yang sebaiknya.
Qais mengesat air mataku udah jangan nangis lagi nanti bila pulak kita nak merasa madu malam pengantin kita ni katanya melawak. Aku terus berdiri dalam bilik yang begitu terang kerana aku mahu Qais melihat semuanya milikku untuk memastikan bahawa aku masih suci belum ada yang luak pada diriku. Aku membuka pakaian satu persatu dan sedikit demi sedikit anggota tubuhku terdedah bahagian dadaku kini hanya dibaluti bra, aku beralih kepada kain menanggalkannya lalu terus menjatuhkan kain dalam tinggal hanya panties berwarna putih yang menutupi cipapku yang telah licin ku cukur tanpa sehelai bulupun yang tinggal.
Aku terhenti tak dapat meneruskan membuka cangkuk bra kerana tak mampu menahan malu, Qais bangun sambil menanggalkan pakaiannya hanya tinggal brief sahaja yang jelas kelihatan ada sesuatu yang menonjol di situ. Dia melepaskan cangkuk bra sambil menarik braku keluar, terpancul sepasang buah dada yang mengkar dengan aeriolanya berwarna kemerahan serta puting tetek yang masih kecil. Aku dapat melihat dengan jelas tubuhku menerusi cermin besar yang terdapat dalam bilik peraduan kami itu. Qais mengusap-ngusap manja buah dadaku sambil memainkan puting tetekku, aku mendakapnya terus mencium bibirnya dan kali ini kami benar-benar melakukan french kiss dengan lidah bertaupan menjelajah mulut ke mulut.
Nafsuku yang terpendam sekian lama melonjak dengan tiba-tiba seluruh tubuhku terasa bahang, tanpa diminta aku melorotkan terus pantiesku dan terserlahlah pantat gebuku yang ku jagai dan andami selama ini. Mata Qais membulat melihatkan pantatku yang sungguhpun kecil tapi tembam menebeng dengan alur rekahannya berwarna pink serta sebutir mutiara tersergam indah di puncak alur. Tanpa sehelai bulu lebih menjelaskan segalanya milikku itu buat tatapan suamiku, aku nampak bonjolan di seluar dalam Qais kian membesar jelas nampak ia melintang. Qais tak tahan lagi terus sahaja melucutkan briefnya dan kali ini aku pulak yang terbeliak biji mata kerana itulah kali pertama aku melihat batang pelir yang begitu besar, panjang dan tegar (walaupun aku pernah nampak kote milik adik dan abangku namun tidak sebesar dan sepanjang ini).
Batang pelir Qais terhangguk-hangguk dan aku nampak ada semacam air terkumpul di mulut kepala pelirnya. Dia menggesel-geselkan kepala pelirnya di alur cipapku yang dah mula berair aku terus berbisik mampukah cipapku menahan kemasukan kemaluannya yang besar dan panjang tu. Kita buat pelan-pelan tentu boleh katanya dan kami perlahan-lahan merebahkan diri di atas tilam empok yang pertama kali digunakan itu.
Kami berkucupan dengan penuh berahi habis satu badan aku dikucup, jilat dan diusap oleh Qais puting tetekku menjadi sasaran utama digentel dan dihisap semahunya dan entah berapa kali aku dah klimaks aku tak pasti lagi, Qais kemudiannya turun ke bawah pusatku dimain-mainnya pelvisku serta merta aku merasa kegelian yang amat sangat kemudian jari-jarinya semakin ke bawah lagi lalu menyentuh biji mutiaraku yang kini dah tegak berdiri diulit-ulitnya biji berkenaan hingga mataku naik buntang menahan rasa berahi yang memuncak tiba-tiba aku terasa jari-jarinya membuka kelopak bibir farajku yang dah cukup lencun, tahulah aku dia meninjau kulipis daraku yang masih intact menegang di ruang dalam lubang pantatku.
Di masa yang sama jari-jariku secara spontan dah mengurut-ngurut batang pelirnya sehingga tak muat tanganku menggenggamnya, Qais terus menyenbamkan mukanya di celah kangkangku menjilat seluruh kawasan pantatku sambil lidahnya menyedut-nyedut biji kelentitku. Terangkat-angkat punggungku menahan keberahian yang amat tinggi ku alami ketika itu, Qais tak tunggu lama terus mengacukan kepala butuhnya ke alur pantatku yang merekah sambil menekan-nekan manja. Aku tersentak-sentak bila saja kepala berkenaan cuba membuka rekahan pantatku sebab terasa begitu nyeri sekali. Perlahan-lahan dapat ku rasakan kepala butuh suamiku berjaya membelah alur pantatku lalu masuk ke dalam hingga menyentuh kulipis daraku, aku tersentak lalu menolak badan Qais agar tidak meneruskannya, ia akur lalu menarik keluar semula lantas mengulit-ngulit sekali lagi kepala butuhnya ke biji kelentitku.
Bila aku telah memberikan resopon semula sekali lagi Qais menekan masuk hingga ke kulipis daraku dan berhenti, dia berbisik ke telingaku bila dia bilang satu….dua….tiga aku hendaklah mengangkat punggungku ke atas secepat mungkin aku hanya memberi isyarat ya kepadanya.
Sayang kalau terasa sakit sayang tahan ye we got to do it anywhere tapi aku tak tahu apa sebenarnya yang bakal dilakukannya. Satu….dua….tiga aku terus mengangkat punggungku ke atas secepatnya dan Qais dengan serta merta menekan masuk batang pelirnya yang dah cukup bersedia tu. Aduh…aduh… sakitnya….sakit Qais aku menjerit sambil tanganku memeluk badannya tidak membenarkannya bergerak baik ke depan mahupun ke belakang. Batang pelir Qais terbenam menerobos dalam lubang pantat daraku yang kecil, perlahan-lahan dia merebahkan aku semula cepat-cepat aku memegang baki batang pelirnya supaya dia tidak dapat menekan masuk lebih dalam lagi.
Qais membiarkan sahaja batangnya yang sekerat masuk tu terendam dalam cipapku yang menyepit tidak membenarkan ia bergerak lagi, perlahan-lahan dinding vaginaku memberi ruang kepada bendasing yang memasukinya dengan melonggarkan sepitannya dan Qais terus sahaja menarik keluar pelirnya tetapi sebaik sahaja sampai ke hasyafahnya dia menekan semula ke dalam dengan keras menyebabkan kemasukan kali ini begitu jauh hingga mencecah batu merianku dan sekali lagi aku menjerit sakit serta memaut pinggangnya. Qais menyorang tarik perlahan-lahan dan tak lama terus mencabutnya keluar lalu memegang batang pelirnya menghala ke mukaku, aku memejamkan mata tiba-tiba aku merasa cecair panas tumpah ke mukaku bertalu-talu sambil mendengar suamiku mendesis bagaikan ular tedung yang sedang mengembangkan kepalanya.
Aku tak berani membuka mata kerana terasa cecair berkenaan turut tumpah di kelopak mataku. Jari-jari Qais melumurkan cecair berkenaan ke seluruh mukaku dan kemudian terdengar bukalah mata sayang everything will be ok, jangan basuh muka biar ia kering dulu tambahnya lagi.
Qais rebah di sisiku tak lama iapun terlena, aku duduk memeriksa pantatku kelihatan ada sedikit darah meleleh turun ke punggungku lalu jatuh ke pelapik kain putih yang sememangnya diletakkan oleh mak andam. Aku menangis lagi tapi bukanlah kerana sakit kerana memang nyeri dan pedih masih terasa tetapi disebabkan berakhirlah sudah zaman keperawananku yang selama ini ku jaga dan bercita-cita untuk ku abadikan kepada kekasihku tetapi takdir tuhan menjadikannya milik Qais suamiku pula.
Aku melihat batang pelir Qais yang dah mengecil turut diselaputi kesan-kesan darah, aku memegangnya tetiba Qais tersedar sambil tersenyum ia berkata tidurlah dulu esok sahaja kita cuci sambil ia memelukku dan mencium dahiku dan lagi satu simpan semula bulu cipap biar lebat dan panjang yang ni sambil memegang cipapku macam budak-budak punya katanya lagi. Semenjak itu aku tak pernah lagi mencukur bulu pantatku sebab suamiku cukup suka dengan bulu pantat yang panjang dan lebat hanya sebelum bersalin sahaja ia akan mencukurnya tetapi sebaik selepas itu akan ku biarkan panjang semula. Demikianlah cerita seks panas TOLONG HAMILI AKU dan MALAM PENGANTIN oleh cerita sex hot,,,,,,,,,,,,,,,,,